Melihat Miniatur Hutan Hujan Tropis Nusantara di IKN
Sebagian besar area IKN yang semula berselimut monokultur tanaman industri bakal dihutankan kembali. Salah satunya dengan membangun Miniatur Hutan Hujan Tropis Nusantara.
Di sela-sela monokultur eukaliptus, beragam jenis bibit tanaman buah dan kayu telah berdiri setinggi satu meter. Di antaranya spesies bangkirai (Shorea laevis Ridl), wanyi (Mangifera caesia Jack), buah lai (Durio kutejensis), dan ulin (Eusideroxylon zwageri).
Itulah pemandangan di salah satu bukit di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, akhir tahun 2023. Bibit-bibit yang ditanam itu adalah upaya pemerintah menghutankan kembali area tersebut, bernama Miniatur Hutan Hujan Tropis Nusantara.
Luasnya 96 hektar, terletak di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN. Proyek tersebut hasil kerja sama Otorita IKN, pihak swasta, dan Universitas Mulawarman, Samarinda.
Baca juga: Mereka yang Rentan di Ibu Kota Baru
Sebaran bibit-bibit itu menggambarkan niat pemerintah untuk kembali pada potret masa lalu wilayah itu di tahun 1960-an. Kala itu, area masih berupa hutan asli. Keanekaragaman hayati dalam hutan hujan tropis tersaji di sana.
Namun, tahun 1990-an, pemerintah memberi izin perusahaan hutan tanaman industri (HTI). Beralas izin, hutan dibabat perusahaan dan berubah menjadi hamparan yang ditanami eukaliptus, bahan baku kertas. Luas areal mencapai 190.000 hektar, setara tiga kali luas DKI Jakarta.
Pada 2022, pemerintah menetapkan kawasan tersebut sebagai IKN. Seiring itu, misi baru dibuat, yakni mengembalikannya menjadi hutan hujan tropis. Dari sekitar 250.000 hektar kawasan IKN, 65 persennya bakal dijadikan kawasan lindung.
Untuk itu, bibit-bibit pohon khas ditanam di Miniatur Hutan Hujan Tropis Nusantara. Tujuannya, untuk mengembalikan keanekaragaman hayati yang pernah dihabisi.
Pohon eukaliptus yang seragam itu tak ditebang. Tanaman eukaliptus menjadi penaung bibit-bibit yang ditanam sampai akhirnya bibit tumbuh dan kelak melampaui pohon eukaliptus.
Baca juga: Otorita IKN Jajaki Pembuatan Pusat Pelestarian Orangutan
Memasuki kawasan itu, kami disambut jembatan kayu yang ditata menjadi instalasi segitiga. Setelahnya, terdapat tempat duduk melingkar dengan ornamen bertuliskan Nusantara di tengahnya. Di bawahnya, terdapat area pembibitan dan dua rumah galeri.
Saat kami berkunjung, rumah galeri itu terkunci. Tak ada juga petugas yang menjaganya. Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN Myrna A Safitri mengatakan, rumah galeri itu bakal dikembangkan menjadi sarana edukasi.
Di dalamnya terdapat infografis, koleksi spesimen kayu, daun-daunan, hingga hasil hutan bukan kayu, contohnya madu. Itu semua merupakan sarana edukasi alternatif pemanfaatan hutan yang berkelanjutan. Artinya, manusia bisa memanfaatkan hutan tanpa menebang pohonnya.
Tempat tersebut diproyeksikan menjadi eko-edu-wisata. Maksudnya, sebagai tempat yang bisa dijadikan tempat edukasi yang mengusung konservasi alam sekaligus sebagai tempat berwisata.
”Saat ini perlu koordinasi dahulu dengan kami (untuk berkunjung) karena menuju lokasi harus melalui lokasi proyek pembangunan (IKN),” kata Myrna.
Selain harus melewati jalan berdebu tebal, menuju Miniatur Hutan Hujan Tropis Nusantara harus melewati tanah yang labil, becek saat hujan, dan berhadapan dengan kendaraan proyek.
Miniatur Hutan Hujan Tropis Nusantara terletak di perbukitan. Dari sana, terlihat KIPP IKN, seperti bangunan Istana Presiden hingga kantor kementerian. Bahkan, saat cuaca cerah, terlihat Jembatan Pulau Balang yang membentang di Teluk Balikpapan.
Baca juga: Cerita Si Pemilik Wisma dan Peladang dengan Rumah Cat Kusam
Area itu bakal dikembangkan dengan berbagai sarana dan prasarana yang bisa digunakan oleh warga, sekaligus untuk program penghutanan kembali area IKN. Area kemping seluas 2 hektar kelak bisa digunakan oleh warga untuk berkemah.
Selain itu, ada area seluas 6 hektar untuk program adopsi pohon bagi pengunjung. Siapa saja yang berkunjung bisa menyumbang dana untuk perawatan, penyelamatan, dan penanaman pohon di Miniatur Hutan Hujan Tropis Nusantara.
”Adopsi pohon diharapkan dapat meningkatkan kesadaran serta mendorong publik untuk lebih memberikan perhatian pada alam serta mendukung produk hasil hutan bukan kayu,” kata Myrna.
Pola alam
Dalam beberapa bulan ke depan, pemerintah bakal menanam 109 spesies pohon khas hutan hujan tropis di area tersebut. Penanaman diupayakan mengikuti pola tumbuhnya pohon di hutan alam, yakni lebih acak dan tidak ditanam berbaris.
Tanah sebagai media tanam pohon-pohon itu juga ditingkatkan kualitasnya dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. Saat digunakan sebagai area HTI,tanah di area IKN kerap diberikan pupuk kimia untuk menunjang pertumbuhan pohon eukaliptus yang dipanen setiap tujuh tahun sekali.
Dengan pola pemupukan bertahun-tahun itu, diperkirakan unsur-unsur alami tanah tergerus. Untuk itu, unsur-unsur penting di lahan Miniatur Hutan Hujan Tropis Nusantara coba dikembalikan. Caranya, dengan ditambahkan biochar dan bokashi.
Biochar ialah sejenis arang atau karbon. Fungsinya untuk menekan kehilangan unsur hara di dalam tanah. Adapun bokashi adalah sejenis pupuk kompos yang dibuat dari bahan-bahan organik.
Sebelum pencanangan IKN, daerah yang ditetapkan sebagai ibu kota baru itu hanya memiliki hutan sekunder sekitar 16 persen. Otorita IKN mencatat, laju deforestasi di kawasan tersebut 1.000 hektar per tahun sepanjang 2009-2019.
Reforestasi didominasi oleh pohon native (asli) Kalimantan.
Khusus di area bekas HTI dan perusahaan perkebunan sawit, Otorita IKN menargetkan penghutanan kembali 75.000 hektar, lebih luas dari DKI Jakarta yang hanya sekitar 66.000 hektar. Dari target penghutanan kembali IKN, 96 hektar di antaranya diwujudkan dengan program Miniatur Hutan Hujan Tropis Nusantara ini.
Baca juga: Siasat Hidup Warga di Tengah Proyek IKN
Rencana itu dapat terwujud antara lima sampai 20 tahun mendatang. Untuk pohon lai saja, sejak bibit ditanam hingga bisa dipanen buahnya, butuh waktu setidaknya lima tahun. Untuk kayu ulin, butuh waktu sedikitnya tujuh tahun untuk mendapatkan pohon dewasa dengan diameter 1 meter dan tinggi puluhan meter. Itu belum termasuk bibit yang gagal tumbuh.
”Reforestasi didominasi oleh pohon native (asli) Kalimantan,” kata Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kehutanan dan Sumber Daya Air Otorita IKN Pungky Widiaryanto.
Senyawa penghambat
Upaya penghutanan kembali di IKN itu bukan tak mungkin. Salah satu contoh yang juga menjadi inspirasi Otorita IKN adalah reforestasi oleh Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF), yayasan yang fokus pada konservasi satwa di Kalimantan. Di Kutai Kartanegara, mereka menghutankan kembali area sekitar 1.800 hektar selama 16 tahun sejak 2001. Area itu juga masuk dalam wilayah pengembangan IKN.
Bedanya, area BOSF itu sebelumnya adalah hutan yang dirambah, bukan area tanaman monokultur seperti di IKN. Kini, kawasan BOSF itu sudah ditumbuhi pohon-pohon asli Kalimantan dengan tinggi puluhan meter. Area tersebut digunakan untuk merawat dan meliarkan kembali orangutan. Sebagian lahan digunakan untuk suaka beruang madu yang sebelumnya dipelihara secara ilegal.
Peneliti Ahli Madya Bidang Konservasi dan Ekologi Invasif, Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Decky Indrawan Junaedi, mengatakan, reforestasi area HTI mungkin saja dilakukan. Secara akademis, reforestasi bermakna menghutankan kembali. Targetnya, menghutankan kembali wilayah hutan yang beralih fungsi.
Yang sulit dan belum ada contoh nyatanya di dunia adalah restorasi. Restorasi adalah mengembalikan hutan yang sudah terdegradasi menjadi sama persis seperti hutan alami layak kondisi awal. Dalam catatan Otorita IKN, target pemerintah adalah reforestasi, bukan restorasi. Artinya, itu mungkin saja dilakukan.
Namun, reforestasi di sekitar pohon eukaliptus punya tantangan berat. Decky mengatakan, dalam sejumlah kajian, eukaliptus punya kemampuan menghambat pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya.
Sebab, daun eukaliptus mengandung senyawa aleopati atau minyak khas yang bisa menghambat pertumbuhan tanaman di sekitarnya. Senyawa itu ada yang bersifat menguap dan ada juga yang bersifat larut di tanah. Agar bibit tanaman berhasil tumbuh dengan baik di antara eukaliptus, kata dia, eukaliptus perlu dikurangi sesuai hasil kajian dan sesuai kebutuhan penanaman bibit.
Bisa juga menyiasatinya dengan menanam jenis pohon tertentu dari famili fabaceae. Menurut sejumlah penelitian, jenis tumbuhan itu tahan dan tumbuh baik di antara eukaliptus. ”Yakni pohon yang punya karakter tumbuh cepat, punya kemampuan mengikat nitrogen dari udara ke dalam tanah, dan semacam jenis polong-polongan,” kata Decky.