Tsai Ing Wen Tiba di AS Sementara Ma Ying-jeou di China
Presiden Taiwan tiba di AS dan dikecam oleh China. Sementara itu, Mantan Presiden Taiwan berada di China untuk memuluskan hubungan kedua pihak.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
AP PHOTO/YUKI IWAMURA
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen saat tiba di hotel tempatnya menginap di New York City, Rabu (29/3/2023).
NEW YORK, KAMIS – Presiden Tsai Ing-wen mendarat di New York City pada hari Rabu (29/3/2023) malam waktu setempat atau Kamis (30/3/2023) pagi waktu Indonesia. Kedatangannya memancing amarah China dengan peringatan dari Beijing agar jangan sampai Tsai bertemu dengan pejabat teras Pemerintah Amerika Serikat.
Kunjungan itu masuk ke dalam agenda lawatan Benua Amerika Tsai, Presiden Taiwan yang berasal dari Partai Demokratik Progresif (DPP). Rencananya, Tsai yang ditemani Menteri Luar Negeri Joseph Wu dan Menteri Perekonomian Chen Chern-yi akan melakukan lawatan resmi ke Guatemala untuk bertemu dengan Presiden Alejandro Giammatei dan ke Belize untuk bertemu dengan Perdana Menteri John Briceno.
Guatemala dan Belize adalah dua dari 13 negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan. ”Kita harus memperkuat hubungan dengan negara-negara sahabat sehingga Taiwan bermaksud mencari aspek-aspek yang bisa dikembangkan guna meningkatkan kualitas dan substansi relasi,” kata Tsai, dikutip oleh kantor berita Central News Agency.
Taiwan rencananya menawarkan kerja sama di bidang agrikultur, kesehatan masyarakat, ekonomi digital, dan pemberdayaan perempuan kepada kedua negara sahabat. Baru-baru ini, Taiwan kehilangan sahabat, yaitu Honduras yang memutuskan hubungan diplomatik demi beralih ke China. Salah satu alasan peralihan ini adalah karena Taiwan tidak mau meningkatkan bantuan pinjaman lunak mereka ke Honduras dari 100 juta dollar AS per tahun menjadi 150 juta dollar AS.
AP PHOTO/SETH WENIG
Para pengunjuk rasa yang menentang kemerdekaan Taiwan berkumpul di depan hotel tempat Presiden Taiwan menginap di New York City, Rabu (29/3/2023).
Kegiatan Tsai di New York adalah untuk bertemu dengan diaspora Taiwan di sana. Ketika tiba di hotel, Tsai di satu sisi disambut oleh masyarakat AS pendukung Taiwan. Di sisi lain, juga ada unjuk rasa dari warga AS yang mendukung China. Beijing terus mengawasi kegiatan Tsai selama di AS.
“Kami sudah berulang kali berkomunikasi dengan Pemerintah AS agar tidak bermain api dengan Taiwan. Dari Beijing sudah ada peringatan bahwa jika sampai delegasi Taiwan bertemu dengan pejabat teras Pemerintah AS, akan ada akibatnya,” kata Xu Xueyuan, Kuasa Usaha Kedutaan Besar China di Washington.
Hal ini mengacu kepada rencana Tsai bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy. Sejauh ini, baik dari Taiwan maupun Washington belum ada bocoran jadwal pertemuan tersebut. Akan tetapi, Tsai kembali ke AS setelah dari Belize. Ia rencananya bertemu dengan para diaspora Taiwan di Kota Los Angeles yang terletak di Negara Bagian California. McCarthy adalah legislator dari California sehingga dugaan terbesar pertemuan itu berlangsung ketika Tsai berada di Los Angeles atau kota di sekitarnya.
AFP/TIMOTHY A. CLARY
Warga menyambut Presiden Taiwan Tsai Ing-wen saat ia tiba di hotel tempatnya menginap di New York City, Rabu (29/3/2023).
Pada Agustus 2022, Ketua DPR AS sebelum McCarthy, yakni Nancy Pelosi berkunjung ke Taiwan. Beijing mengecam dengan melakukan latihan militer besar-besaran di Selat Taiwan selama hampir dua bulan. Kali ini, Tsai dikabarkan berhati-hati sehingga meminta pertemuan dengan McCarthy dilakukan di AS agar tidak langsung memantik bara di Selat Taiwan.
Para pengamat politik luar negeri mengatakan, semakin China menggaungkan narasi penyatuan kembali dengan Taiwan, semakin Taiwan menggaungkan narasi kemerdekaan. Ini pula yang memicu kian eratnya hubungan Taiwan dengan negara-negara Barat, terutama AS yang memang terikat perjanjian untuk membantu Taiwan apabila kepulauan itu berada di bawah ancaman.
Menanggapi peringatan dari Beijing, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan bahwa China mencari-cari alasan. “Ini dalih untuk melegitimasi kegiatan China di Selat Taiwan yang melakukan intrusi ke perairan maupun wilayah pertahanan udara Taiwan,” tuturnya.
AP PHOTO/CHIANG YING-YING
Presiden Taiwan 2008-2016 Ma Ying-jeou melakukan jumpa pers di Bandara Internasional Taoyuan, Taiwan, pada hari Senin (27/3/2023) sebelum berangkat melakukan kunjungan selama 12 hari ke China.
Sementara itu, Presiden Taiwan 2008-2016 Ma Ying-jeou yang berasal dari Partai Kuomintang (KMT) sedang berada di China untuk kunjungan selama 12 hari. KMT adalah pemerintah Republik China yang pada tahun 1949 terpaksa meninggalkan China dan pindah ke Taiwan karena dikalahkan oleh Partai Komunis China pimpinan Mao Ze Dong. Sejak saat itu, China menjadi entitas dengan dua pemerintahan.
Pada tahun 1992, diadakan referendum di Taiwan yang hasilnya ialah rakyat menginginkan status quo. Referendum ini kemudian dikenal dengan prinsip Satu China. Artinya, Taiwan merupakan wilayah otonomi dengan pemerintahan sendiri, walaupun di Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diakui adalah Beijing. Seluruh negara di dunia, kecuali 13 negara, memiliki hubungan diplomatik dengan China.
Ma mengunjungi Nanjing, kota di bagian selatan China yang mengalami tragedi pembantaian oleh pasukan Jepang pada tahun 1937. Di sana, ia berkunjung ke tugu peringatan tragedi dan sempat beribadah di kuil untuk mengenang 300.000 warga China yang tewas selama satu tahun itu.
Dikutip oleh surat kabar South China Morning Post, Ma berpidato di depan tugu. Ia mengatakan, Tragedi Nanjing adalah pelajaran pahit, tetapi berharga untuk semua orang. Invasi tidak akan menguntungkan siapa pun.
"Jangan ada invasi di dunia ini. Kedua belah pihak yang berseberangan di Selat Taiwan sama-sama etnis Tionghoa. Keturunan Kaisar Yan dan Huang. Kita harus teguh memegang prinsip perdamaian dan kerja sama guna menghindari peperangan. Ini tanggung jawab bangsa China dan Taiwan,” katanya. (AFP)