Keketuaan G20 Indonesia berlangsung pada masa paling sulit. Indonesia mendapat dukungan semua anggota G20, khususnya China. Dukungan Beijing ditegaskan pejabatnya, termasuk pemimpin tertingginya, Presiden Xi Jinping.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·6 menit baca
BPMI SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Joko WIdodo bertemu Presiden China Xi Jinping dalam lawatannya ke Beijing, China, Selasa (26/7/2022).
Tidak perlu susah-susah merangkul China untuk kerja sama bilateral, kawasan, dan global. China sangat antusias dengan itu semua. China melakukan itu bukan hanya verbal, tetapi dengan aksi nyata. China sangat ingin berdiskusi dengan Indonesia tentang apa yang diperlukan demi sukses pertemuan G20.
Antusiasme itu dinyatakan Presiden China Xi Jinping, Menlu Wang Yi, Dubes China untuk Indonesia Lu Kang, hingga pejabat lainnya. "China mendukung penuh peran Indonesia sebagai Ketua G20 serta siap meningkatkan koordinasi dan kerja sama dengan Indonesia demi suksesnya pertemuan,” kata Xi, seperti dikutip kantor berita Xinhua, 27 Juli 2022, saat menjamu Presiden Joko Widodo di Beijing.
Presiden Jokowi berterima kasih atas dukungan China seraya menambahkan Indonesia akan melakukan koordinasi erat untuk sukses G20.
Xi menyatakan, China akan bekerja bersama Indonesia untuk meletakkan hubungan berbasis rasa saling percaya dan dukungan pada negara-negara, keamanan, dan pembangunan. Hal itu dilakukan sembari tetap membiarkan setiap negara menerapkannya sesuai dengan kondisi nasional masing-masing. Pertumbuhan dan perbaikan taraf hidup menjadi misi semua itu.
Peran nyata
Wang Yi dalam pertemuan dengan Menlu Retno Marsudi di Bali turut menyatakan dukungan China terkait G20, termasuk dalam rangka pertukaran komunitas internasional. “China sangat senang bekerja bersama Indonesia terkait kepentingan negara berkembang, mendukung dialog rasional, praktis, dan konstruktif demikian juga interaksi dengan semua pihak,” lanjut Wang, dikutip harian China Daily, 8 Juli 2022. Retno juga menyambut dukungan China pada G20.
China melakukan aksi yang mendukung ucapannya. Wang menyebutkan, China telah mengimplementasikan sedikitnya inisiatif pengurangan beban utang negara berkembang dalam kerangka G20. Menurut Wang, China merupakan negara anggota G20 yang paling besar memberikan porsi pengurangan beban, seperti dikutip Xinhua, 19 Agustus 2022.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi (kanan) menyambut kedatangan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (8/7/2022).
Saat Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis China, momen bergengsi, negara tersebut menyinggung G20. Wakil Menlu China Ma Zhaoxu, 21 Oktober 2022, mengatakan, China mendukung tema pertemuan puncak G20, "Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat".
“Kita berharap pertemuan puncak G20 memainkan peran aktif, konstruktif dalam kerja sama internasional, pemulihan ekonomi, serta penjaminan ketersediaan pangan dan energi,” kata Ma.
Dukungan di masa sulit
Dubes China untuk Indonesia Lu Kang melayani wawancara khusus dengan TVRI. Transkrip wawancara dipajang di situs Kedutaan Besar China untuk Indonesia pada 10 Agustus 2022.
“Adalah masa paling sulit sebagai Presiden G20 tahun ini, tetapi Indonesia mendapatkan dukungan dari semua anggota G20, khususnya China,” kata Lu. Masa sulit yang dimaksud tentu dunia yang baru pulih dari pandemi Covid-19, ketegangan geopolitik, serta ancaman inflasi dan resesi global.
Dubes Lu menyatakan, China tertarik dengan peran Indonesia pada G20. Sikap politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif merupakan hal yang disukai. “Pertahankan prinsip itu. Indonesia sangat terkenal dengan tradisi kebijakan luar negeri bebas aktif. Maka sejak awal saya kira, Indonesia sangat tepat dan juga melekat dengan prinsip G20,” kata Lu.
“Sebagai contoh, dalam partisipasi, semua anggota setara. Perwakilan anggota hadir meski berbeda opini dalam beberapa isu. Kedua, tetap bertahan pada tema, tidak hanya untuk kepentingan anggota, tetapi juga berupaya mengatasi isu global. Tema 'Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat' sangat relevan. Lepas dari apa yang sedang terjadi, meski ada opini yang berbeda-beda di antara para anggota, Pemerintah Indonesia sangat bagus dengan mempertahankan tema utama,” lanjut Lu.
LUKAS - BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Iriana Joko Widodo menerima surat kepercayaan dari enam duta besar luar biasa dan berkuasa penuh atau LBBP negara-negara sahabat di Ruang Kredensial, Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu (2/3/2022). Salah satunya adalah Lu Kang (kedua dari kiri), Duta Besar China untuk Indonesia.
“Kita selalu meyakini bahwa dasarnya adalah keharusan menghargai hak yang legitimatif serta hak setara bagi setiap orang dengan tetap bertahan dengan pola pembangunannya. Dalam arena internasional kita harus menghargai hak setiap komunitas internasional. Saya kira, Pemerintah Indonesia menjalankannya sesuai dengan prinsip bebas aktif,” lanjut Lu.
China selalu mencoba menekankan kesetaraan dan kebebasan untuk menjadi diri sendiri sembari bertanggung jawab secara internasional. Dalam konteks ini, Menlu Wang menyatakan, agar setiap negara tidak menjadi alat kepentingan geopolitik pihak tertentu. China tak luput menegaskan kedaulatan adalah hak setiap negara, termasuk tentang Taiwan. China menegaskan hak unik setiap negara untuk bersikap atas berbagai isu internasional lainnya.
Sehubungan dengan itu, Wang mengingatkan agar China jangan dipojokkan terkait invasi Rusia ke Ukraina. Ia mengatakan, isu Ukraina merupakan topik yang harus diatasi lewat dialog. Pihak China kerap menyebut invasi Rusia ke Ukraina sebagai efek pertarungan geopolitik antara Rusia dan AS.
Dalam konteks globalisasi, hak setara untuk bersuara, dan kepentingan kolaborasi internasional, China kerap menuduh AS dan Jepang sebagai penghalang dengan niat membendung China. Wang mengingatkan, Asia Pasifik adalah kawasan damai.
Akar kepemimpinan global
Antusiasme dan peran aktif China terkait kerja sama internasional bukan tanpa dasar. China sadar, pamornya juga tergantung kekuatan kawasan. Oleh karena itu, China ingin kawasan kuat dan menganut kebebasan mobilitas. Adalah atas dasar kekuatan kawasan, Asia menjadi episentrum geopolitik sekarang ini. Namun, kekuatan kawasan membuat pertarungan kekuatan-kekuatan juga terjadi di Asia Pasifik. China sangat sadar hal ini.
Aktif dalam komunitas internasional, termasuk dalam G20, juga mempunyai dasar lain. China memiliki teori kepemimpinan yang tidak hanya berlaku untuk tingkat negara, tetapi juga internasional. Ribuan tahun China sudah memosisikan diri sebagai pusat dunia. China memiliki peradaban berusia ribuan tahun yang ingin dipertahankan, dan menyambut siapapun yang tertarik tanpa paksaan, menurut versi China.
Menjadi pemimpin, termasuk di tingkat internasional, dalam terminologi China sejak dulu kala, berarti dengan sendirinya harus ada pengikut. Bukan pemimpin jika tidak ada pengikutnya. China ingin ada pengikutnya tanpa harus memaksa siapa yang menjadi pengikut, seperti sering dinyatakan Profesor Yan Xuetong dari Tsinghua University.
“Biarkan orang menilai dan merasakan sendiri seperti apa kepemimpinan China lewat perilakunya,” demikian Yan dalam berbagai kesempatan.
AFP/NOEL CELIS
Penari membentuk formasi bintang yang menjadi logo bendera nasional China.
Akan tetapi, China sering dicurigai menjadi kekuatan yang secara perlahan akan mencengkeram dunia. Menuju itu China akan mengutarakan kalimat- kalimat manis. Dan jika menjadi pemimpin, China akan sama anarkhisnya dengan kekuatan lama secara historis. China sangat kenyang dengan tuduhan seperti itu.
Akan tetapi, jika pun itu terjadi, China pada dasarnya tidak sendirian. Hal itu sudah merupakan tradisi yang dilakukan kekuatan lama, berdasarkan teori great power politics. Tindakan China yang menunjukkan potensi anarkhisme adalah langkahnya yang telah mengubah lanskap Laut China Selatan, Kepulauan Diaoyu (Senkaku), dan aksi menerabas laut biru dengan keluar dari wilayahnya berbasis kekuatan maritim kelas dunia. Dalam konteks ini, China masuk kategori hegemoni berdasarkan mazhab realis ofensif, seperti kerap disebutkan John Mearsheimer dari Universitas Chicago, AS.
Akan tetapi, China memang memperlihatkan niat yang ingin mengubah pola permainan internasional, yang selama ini didominasi sepihak oleh Barat. Meski demikian China menjanjikan no bully jika kelak semakin kuat. Presiden Xi juga menyatakan tidak mengejar hegemoni ala great power politics, tetapi menjadi kekuatan benevolent di kawasan.
Biarlah waktu yang akan menjawab semua postulat China itu. Peran aktif China pada G20 dan sepak terjangnya di dunia internasional, seperti kata Menlu Wang, adalah karena timing. Sejarah sedang berpihak pada China.
Adalah tugas G20 untuk mengontrolnya, sekaligus mengontrol kekuatan pendikte lainnya. Jika China bukan malaikat, kekuatan lainnya, yakni AS, juga bukan malaikat dalam perspektif sejarah. G20 layak menjadi forum penjinak. Oleh karena itu, G20 makin kontekstual. (REUTERS/AP/AFP)