Menlu China Apresiasi Upaya RI Dorong Perdamaian Ukraina-Rusia
Kunjungan spesifik Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia yang tengah berkonflik medapat apresiasi dari Menteri Luar Negeri China Wang Yi.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
BPMI SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (11/7/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo, Senin (11/7/2022), menerima kunjungan kehormatan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Istana Merdeka, Jakarta. Tak hanya mengapresiasi kepemimpinan di G20, China juga memberikan apresiasi terhadap upaya Indonesia mendorong perdamaian antara Ukraina dan Rusia. Berbagai proyek prioritas hasil kerja sama RI-China juga dibahas dalam pertemuan itu.
”Republik Rakyat China, sekali lagi, memberikan apresiasi atas pelbagai upaya Indonesia untuk mencoba mencari atau mengupayakan resolusi damai, penyelesaian secara damai terhadap situasi yang sedang terjadi di Ukraina termasuk secara spesifik disebutkan mengenai kunjungan Presiden ke Kyiv dan Moskwa,” kata Menteri Luar Negeri Retno Masudi dalam keterangan seusai mendampingi Presiden Jokowi menerima Menlu China Wang Yi.
Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 yang digelar di Bali pada Jumat (8/7/2022) juga diapresiasi. Retno menyebut bahwa China menilai Pemerintah Indonesia mampu menjalankan kepemimpinannya dengan baik dan bijak di tengah situasi dunia yang penuh dengan tantangan.
BPMI SEKRETARIAT PRESIDEN
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
”China paham bahwa situasi dunia sedang tidak atau sedang banyak tantangan. Oleh karena itu, Indonesia dinilai berhasil menjalankan kepemimpinannya yang baik dan bijak sehingga pertemuan para Menteri Luar Negeri G20 dapat berjalan dengan baik,” ujarnya.
Saat diterima Presiden Jokowi, Wang Yi hadir bersama Duta Besar China untuk RI Lu Kang dan Asisten Menlu China Wu Jianghao. Sementara Presiden Jokowi didampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Presiden Jokowi menyambut hangat kehadiran Wang Yi. ”Senang bertemu kembali dengan Anda,” ujar Presiden dalam bahasa Inggris.
Wang Yi melakukan kunjungan kehormatan setelah menghadiri pertemuan para menteri luar negeri G20 di Bali, Jumat lalu. Menurut rencana, pada Selasa (12/7/2022), Wang Yi menghadiri dialog mekanisme kerja sama tingkat tinggi (high level dialogue cooperation mechanism) antara RI dan China. Dalam pertemuan yang membahas mengenai kerja sama politik, ekonomi, budaya, dan maritim ini, Indonesia akan diwakili Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut serta Menlu Retno.
China paham bahwa situasi dunia sedang tidak atau sedang banyak tantangan. Oleh karena itu, Indonesia dinilai berhasil menjalankan kepemimpinannya yang baik dan bijak sehingga pertemuan para Menteri Luar Negeri G20 dapat berjalan dengan baik.
Isu bilateral juga dibicarakan dalam kunjungan kehormatan ini. Kedua negara, misalnya, berkomitmen untuk terus meningkatkan hubungan bilateral yang saling menguntungkan.
Pada tahun 2021 perdagangan kedua negara mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Peningkatan itu mencapai lebih dari 54 persen dan mencapai nilai 110 miliar dollar AS.
”Kenaikan perdagangan ini juga diikuti dengan defisit dari Indonesia yang terus menurun, dan kita lihat akses pasar untuk produk-produk unggulan Indonesia makin lama makin banyak memasuki pasar China,” kata Retno.
Dalam pertemuan tersebut, proyek prioritas di antara kedua negara, kerja sama di bidang kesehatan, dan dorongan interaksi pihak swasta antara Indonesia dan China juga dibicarakan. Salah satunya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Dalam catatan Kompas, target waktu uji coba kereta atau rangkaian electric multiple unit (EMU) dari China dilaksanakan pada November 2022. Presiden Jokowi dan Presiden China Xi Jinping diagendakan menjajal kereta tersebut. Adapun kereta cepat Jakarta-Bandung ditargetkan beroperasi pada Juni 2023.
Selain itu, dalam kunjungan kehormatan, Menlu Wang Yi kepada Presiden Jokowi, menurut Retno, juga dibahas kerja sama di bidang kesehatan, termasuk untuk vaksin dan genomic joint laboratorium, serta upaya kedua belah pihak untuk mendorong interaksi yang lebih kuat di antara swasta kedua negara.