Erdogan-Putin Sepakat untuk Angkat Isu Pasokan Gandum di KTT G20
Turki dan Rusia sepakat untuk mengangkat isu pasokan gandum ke negara-negara miskin agar dibahas pada KTT G20 di Bali, 15-16 November mendatang.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·3 menit baca
ISTANBUL, JUMAT — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan, dirinya dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat untuk mengangkat isu pasokan gandum ke negara-negara yang membutuhkannya guna dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali, 15-16 November 2022.
”Kami sepakat untuk membahasnya secara ekstensif di KTT G20,” kata Erdogan, Jumat (4/11/2022).
Berpidato di hadapan para pebisnis di Istanbul, Turki, Erdogan mengungkapkan, Turki dan Rusia mencapai kesepakatan untuk memasok gandum tanpa biaya ke negara-negara miskin, seperti Djibouti, Somalia, dan Sudan. Presiden Putin, kata Erdogan, ”menyampaikan kepada saya dalam pembicaraan melalui telepon bahwa kami seharusnya mengirimkan gandum tanpa biaya ke negara-negara, termasuk Djibouti, Somalia, dan Sudan. Kami sudah sepakati hal itu.”
”Kami akan memastikan bahwa kapal-kapal pengangkut gandum bisa menjangkau semua negara yang membutuhkan, khususnya Somalia, Djibouti, dan Sudan, yang mengalami kesulitan serius dengan masalah krisis pangan dan kelaparan,” lanjut Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi tersebut.
”Apakah kita harus mengirim gandum dan pupuk ini ke negara-negara maju atau negara-negara kurang berkembang dan miskin?” kata Erdogan. “Mari kita berikan dukungan ini kepada negara-negara yang kurang berkembang.”
Rusia pekan ini kembali mengimplementasikan kesepakatan tentang koridor pengangkutan gandum, yang memungkinkan Ukraina mengekspor gandumnya melalui Laut Hitam. Kesepakatan dengan mediasi PBB dan Turki pada Juli 2022 itu akan berakhir pada 19 November mendatang atau tiga hari setelah KTT G20 di Bali.
Putin sebelumnya berulang kali mengkritik kesepakatan tersebut. Alasannya, gandum-gandum itu kebanyakan ditujukan ke negara-negara Eropa ketimbang ke negara-negara miskin. Ukraina dan negara-negara Eropa membantah tuduhan tersebut.
Ukraina dan Rusia adalah negara-negara pengekspor pangan terbesar di dunia. Dalam tiga bulan terakhir, kesepakatan mereka menjamin keamanan ekspor pangan dari Ukraina ke pasar dunia sekaligus menghentikan blokade de facto Rusia pada jalur pelayaran melalui Laut Hitam.
Rusia sempat menangguhkan keikutsertaannya pada Kesepakatan Laut Hitam (Black Sea Initiative) pada Sabtu (29/10/2022) setelah menuding Ukraina memanfaatkan jalur pelayaran koridor tersebut untuk menyerang Armada Laut Hitam milik Rusia di Pelabuhan Sevastopol, Crimea, dengan pesawat-pesawat nirawak (drone) di jalur udara dan maritim. Kyiv tidak mengonfirmasi ataupun membantah tudingan tersebut.
Pada Rabu (2/11/2022), Moskwa mengumumkan kembali pada kesepakatan tersebut. Dalam pernyataan tertulis, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, berkat bantuan PBB dan Turki, pihaknya memperoleh pernyataan jaminan secara tertulis dari Ukraina bahwa Kyiv tidak akan menggunakan koridor pelayaran yang aman atau pelabuhan-pelabuhan di Ukraina untuk menyerang Rusia.
Dilaporkan ke Jokowi
Keputusan Rusia kembali pada kesepakatan jalur ekspor produk pangan melalui Laut Hitam juga disampaikan Putin dalam pembicaraan lewat telepon dengan Presiden Joko Widodo, Rabu (2/11/2022). Kepada Jokowi, Putin mengungkapkan, Rusia kembali mengimplementasikan kesepakatan ekspor gandum melalui jalur koridor Laut Hitam setelah menerima jaminan dari Ukraina tentang tidak digunakannya rute kemanusiaan untuk tujuan militer.
Seperti dilaporkan kantor berita Rusia, TASS, Putin juga menyampaikan kepada Jokowi tentang kesiapan negaranya memasok gandum dalam jumlah signifikan ke negara-negara miskin tanpa ongkos sebagai bantuan kemanusiaan.
”Dalam konteks mendukung keamanan pangan dunia, Vladimir Putin memaparkan pendekatan-pendekatan fundamental Rusia dalam upaya mengimplementasikan kesepakatan paket Istanbul berkenaan dengan ekspor gandum Ukraina dari pelabuhan-pelabuhan Laut Hitam serta melepas ekspor produk pertanian dan pupuk Rusia ke pasar global,” demikian pernyataan Kremlin.
”Joko Widodo mendukung pendekatan tersebut,” lanjut pernyataan Kremlin.
Meski isu pasokan gandum akan diusulkan agar dibahas di KTT G20, seperti yang disampaikan Erdogan, hingga hari ini belum ada kepastian apakah Putin akan hadir pada KTT G20 di Bali atau tidak. Mengenai hal itu, dalam wawancara khusus dengan Kompas, Kamis (3/11/2022), Presiden Jokowi mengatakan, ”Beliau ingin hadir, tetapi belum bisa memutuskan saat ini.”
Pada Kamis kemarin, Presiden Jokowi juga menelepon Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. ”Hari ini, saya juga berbicara dengan Presiden Indonesia. Topik utama yang dibahas adalah tentang KTT G20, yang tidak lama lagi akan dimulai,” kata Zelenskyy dalam pernyataan yang disampaikan melalui video.
”(Saya juga menyampaikan kepada beliau) upaya kita untuk mencegah krisis pangan. Saya berterima kasih kepada Bapak Presiden atas dukungannya dalam hal ini, atas tanggapan positif beliau terhadap upaya kita,” lanjut Zelenskyy.
Ia juga menyampaikan, Ukraina tidak akan menghadiri KTT G20 jika Putin datang ke Bali. Ukraina bukan anggota G20, tetapi diundang Indonesia sebagai negara pemantau atas usulan Presiden AS Joe Biden. Beberapa hari lalu, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba juga mendesak agar G20 mendepak keanggotaan Rusia dari perkumpulan tersebut. (AP/AFP/REUTERS)