Tanpa Jaminan Rusia, Kapal Pengangkut Gandum Ukraina Tetap Lewat Laut Hitam
Keamanan pangan global terancam setelah Rusia tidak memberi jaminan keamanan kapal-kapal pengangkut gandum yang masuk-keluar Ukraina. Situasi pangan global juga rentan terpengaruh oleh pemogokan sopir truk di Brasil.

Foto udara yang diambil, Senin (31/10/2022), memperlihatkan situasi pelayaran di bagian selatan Selat Bosphorus, bagian dari koridor keselamatan kapal-kapal pengangkut gandum dan biji-bijian Ukraina berdasarkan kesepakatan yang dimediasi PBB dan Turki.
NEW YORK, SELASA – Puluhan kapal-kapal kargo pengangkut gandum dari Ukraina tetap berlayar melewati Laut Hitam meski tak ada jaminan keamanan Rusia. Volume gandum yang diangkut pada Senin (31/10/2022), dua hari setelah Rusia mundur sementara dari kesepakatan ekspor pangan, bahkan mencapai rekor harian 354.500 ton sejak kesepakatan mulai dijalankan, Agustus lalu.
Namun, Rusia memperingatkan, pengangkutan gandum dan pelayaran kapal-kapal itu "tak dapat diterima". "Pergerakan kapal-kapal di sepanjang koridor keamanan ini tidak dapat diterima mengingat kepemimpinan Ukraina dan komando Angkatan Bersenjata Ukraina memanfaatkannya untuk menjalankan operasi militer terhadap Federasi Rusia," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.
Koordinator Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa Martin Griffiths, Senin (31/10/2022) pada sidang Dewan Keamanan PBB di Markas Besar PBB, New York, AS, mengungkapkan, sebanyak 86 kapal pengangkut sekitar dua juta ton gandum telah meninggalkan pelabuhan Ukraina dan menuju Selat Bosphorus.
Pengangkutan dengan kapal-kapal itu merupakan bagian dari kesepakatan pengiriman sekitar 9 juta ton gandum dan produk biji-bijian Ukraina. Kapal-kapal tersebut kembali menjalani pemeriksaan menyeluruh oleh Pusat Koordinasi Gabungan (JCC) atas muatan yang diangkut.
Masih terdapat 12 kapal di pelabuhan Ukraina yang telah dimuati oleh produk pangan Ukraina dan siap berangkat. Di arah sebaliknya, sebanyak lima kapal pengangkut masih menunggu antrean pemeriksaan isi kapal dan muatan di Selat Bosphorus sebelum memasuki wilayah Ukraina dan mengambil muatan.
Moskwa memutuskan, Sabtu (29/10/2022), menarik diri dari kesepakatan ekspor gandum via Laut Hitam untuk ”jangka waktu yang tak terbatas”. Mereka beralasan tidak lagi mampu ”menjamin keamanan kapal-kapal sipil” yang berlayar di bawah kesepakatan tersebut menyusul serangan terhadap Armada Laut Hitam milik Rusia di Pelabuhan Sevastopol, Crimea.
Baca juga : PBB-Turki Coba Selamatkan Perjanjian Ekspor Gandum Pasca-mundurnya Rusia
Rusia menuding Ukraina memanfaatkan pesawat-pesawat nirawak (drone) di jalur udara dan maritim koridor ekspor tersebut untuk menyerang kapal-kapal Armada Laut Hitam Rusia di Teluk Sevastopol, Sabtu dini hari. Moskwa memperkirakan, salah satu dari pesawat-pesawat nirawak itu ditembakkan dari kapal sipil yang dicarter untuk mengangkut hasil pangan dari pelabuhan-pelabuhan di Ukraina.
Kyiv tidak mengonfirmasi maupun membantah tudingan tersebut. Sebelumnya mereka menyatakan, Angkatan Laut Rusia sebagai target militer yang sah.
"Berdasarkan kondisi-kondisi saat ini, tidak boleh ada pertanyaan tentang penjaminan keamanan objek apa pun dalam arah yang dimaksud sebelum pihak Ukraina menerima tanggung jawab tambahan untuk tidak memanfaatkan rute ini demi tujuan militer," kata Kemenhan Rusia.

Delegasi negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB bersidang membahas pengiriman gandum dan produk biji-bijian Ukraina yang terganggu pascamundurnya sementara Rusia dari kesepakatan ekspor pangan di Markas Besar PBB, New York, AS, Senin (31/10/2022).
Presiden Rusia Vladimir Putin dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Senin (31/10/2022), menyatakan, negaranya tidak menghentikan partisipasinya dalam kesepakatan ekspor pangan. "Kami tidak mengatakan bahwa kami menghentikan partisipasi kami dalam operasi ini. Tidak, kami hanya mengatakan bahwa kami menghentikan sementara (dari partisipasi tersebut," katanya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan, negaranya akan melanjutkan implementasi program dan kesepakatan ekspor pangan yang dibuat, Juli lalu. "Kami memahami apa yang bisa kami tawarkan pada dunia. Kami menawarkan stabilitas pasar produksi pangan," kata dia dalam konferensi pers.
Ukraina dan Rusia adalah termasuk negara-negara pengekspor pangan terbesar di dunia. Dalam tiga bulan terakhir, kesepakatan yang dimediasi PBB dan Turki menjamin keamanan ekspor pangan dari Ukraina ke pasar dunia, sekaligus menghentikan blokade de facto Rusia pada jalur pelayaran melalui Laut Hitam.
Baca juga : Cerita Gandum dan Kedelai di Tengah Dua Krisis
Harga bahan pangan global menjadi pertaruhan setelah Rusia menangguhkan keikutsertaannya pada Kesepakatan Laut Hitam (Black Sea Initiative), akhir pekan lalu. Ratusan kapal pengangkut yang saat ini membawa produk gandum keluar masuk Ukraina terhambat dan memberi dampak pada pasokan keamanan pangan global.
Ancaman Rusia
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzya mengancam tidak akan bertanggung jawab atas keputusan tetap melaksanakan kesepakatan koridor ekspor pangan yang dikeluarkan tanpa persetujuan mereka. “Keputusan yang dibuat tanpa (keikutsertaan) kami tidak memberikan kewajiban pada pihak Rusia,” katanya.
Nebenzya mengatakan, koridor keselamatan yang seharusnya dihormati oleh para pihak bersengketa tidak boleh dijadikan tameng untuk menyerang pihak lain. Oleh sebab itu, kata dia, Rusia tidak akan membiarkan kapal lewat tanpa pemeriksaan oleh militer negaranya.
“Tanpa inspeksi kami, kami harus mengambil tindakan sendiri untuk mengontrol semua hal yang dibolehkan JCC tanpa persetujuan (Kremlin),” kata Nebenzya.

Sebuah kapal kargo pengangkut gandum tengah diperiksa di area berlabuh di gerbang masuk selatan Selat Bosphorus di Istanbul, Turki, Senin (31/10/2022).
Griffiths, Koordinator Bantuan Darurat PBB yang juga seorang pengacara, mengatakan, Rusia masih terikat dengan kewajiban yang tertera dalam kesepakatan karena negara itu belum benar-benar keluar dari kesepakatan. Sesuai perjanjian itu, lanjut Griffiths, penandatangan kesepakatan berkewajiban untuk tidak menyerang kapal atau pergerakan atau fasilitas pelabuhan yang relevan.
Pasokan ke pasar global
Griffiths memaparkan, sebesar 23 persen dari total produk bahan pangan yang diekspor dari Ukraina telah dikirim ke negara-negara berpenghasilan rendah dan miskin. Negara-negara ini terpukul akibat kelangkaan produk pangan di pasar global. Pemerintah Ukraina mengatakan, lebih dari lima juta ton bahan pangan yang mereka hasilkan dikirim ke Afrika dan Asia.
Baca juga : ”Robohnya Lumbung-lumbung Gandum di Ukraina (Bagian 31)
Sebanyak 190.000 ton gandum dikirim khusus ke negara-negara yang selama ini mendapat bantuan Program Pangan Dunia PBB (WFP). Salah satunya adalah Ethiopia. Negeri ini mendapat jatah sebesar 30000 ton. Ethiopia--bersama dengan Somalia dan Kenya--sangat terpengaruh oleh kekeringan terburuk di kawasan itu dalam beberapa dasawarsa terakhir.
Ukraina dan Rusia menyumbang sekitar 30 persen dari gandum dan jelai yang diekspor dunia. Rusia juga merupakan pengekspor pupuk terbesar di dunia, menyumbang 15 persen ekspor global.

Martin Griffiths, Koordinator Bantuan Pangan Darurat PBB, menjelaskan kondisi pangan pascapenandatanganan Kesepakatan Laut Hitam Juli 2022 di Dewan Keamanan PBB, Senin (31/10/2022).

Sekretaris Jenderal Badan Pembangunan dan Perdagangan Global UNCTAD Rebecca Grynspan mengatakan, kesepakatan ekspor gandum dan produk pertanian Ukraina berdampak positif pada turunnya harga pangan global. Indeks Harga Pangan yang dikeluarkan FAO menyebutkan, harga pangan global mengalami penurunan hingga 16 persen dan mencegah ratusan juta warga dunia dari jurang kelaparan.
Baca juga : Kelaparan Global Memburuk, PBB Upayakan Akses Ekspor Gandum Ukraina
Akan tetapi, penangguhan Rusia telah berdampak pada terkereknya kembali harga pangan global. Harga gandum berjangka melonjak lima persen di Chicago. Situasi itu, menurut Joseph Glauber, peneliti senior di Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional di Washington, membuat negara-negara miskin harus membayar lebih untuk mengimpor biji-bijian.
“Ini akan mengirimkan gelombang kejut kecil lainnya ke pasar, dan saya pikir itu akan menaikkan harga untuk sementara waktu. Ini berarti bahwa harga di Afrika Timur pada rekor tertinggi tidak akan turun dalam waktu dekat,” kata Shaun Ferris, penasihat pertanian dan pasar untuk Catholic Relief Services yang berbasis di Kenya.
Tekanan baru dari Brasil
Tekanan terhadap persediaan pangan global kemungkinan akan bertambah setelah para pengemudi truk dan pendukung kandidat presiden Jair Bolsonaro melancarkan aksi mogok sebagai protes atas kekalahan Bolsonaro dalam pemilu, Ribuan pengemudi truk itu memblokir jalan-jalan di sejumlah wilayah di Brasil.
Dikhawatirkan, aksi mereka bisa mempengaruhi suplai produk pertanian global. Menurut Kepolisian Brasil, blokade terbesar terjadi di Santa Catarina, basis pendukung Bolsonaro. Blokade dan pemogokan supir truk juga terjadi di Mato Grosso do Sul, negara bagian penghasil biji-bijian dan ternak yang penting bagi ekonomi Brasil.
Rekaman video menunjukkan beberapa pengemudi truk di penghalang jalan menyerukan kudeta militer untuk mencegah Lula da Silva dilantik menjadi presiden. Unjuk rasa dan aksi mogok menyebar dari Mato Grosso dan Santa Catarina ke Parana, Sao Paulo, Minas Gerais, Goias dan Bahia.
Polisi jalan raya federal Brasil mengatakan, aksi di sekitar 321 titik memaksa sebagian atau seluruh jalan di 26 negara bagian ditutup. Manajemen Pelabuhan Santos, tempat sebagian besar biji-bijian Brasil diekspor, telah mengeluarkan pernyataan kepada Reuters bahwa sejauh ini unjuk rasa para sopir truk itu belum mempengaruhi pergerakan kargo.
Otoritas pelabuhan Paranagua mengatakan, salah satu jalan utama yang menjadi akses ke pelabuhan diblokir oleh pengunjuk rasa. Meski demikian, tidak ada gangguan secara langsung pada pergerakan kargo.

Ratusan pengemudi truk memarkir kendaraannya di jalan raya BR-101 di Palhoca, Florianapolis, Negara Bagian Santa Carina, Brasil, Senin (31/10/2022). Mereka memprotes kekalahan kandidat presiden yang mereka dukung, Jair Bolsonaro , dari kandidat rival, Lula da Silva.
Normando Corral, presiden kelompok pertanian Famato, mengatakan bahwa blokade jalan di Mato Grosso dapat mengganggu pengiriman hasil-hasil pertanian jika aksi mogok terus berlanjut. Salah satu ekspor utama negara bagian sepanjang tahun ini adalah tanaman jagung musim dingin Brasil, yang ditanam setelah musim panen kedelai.
"Terlalu dini untuk mengatakan, apakah itu akan mengganggu aliran produksi, karena blokade dimulai kemarin," kata Corral.
Evandro Lermen, anggota koperasi gandum Coacen di 'ibukota kedelai' Brasil, Sorriso, menyatakan, sejauh ini protes dan blokade belum mengganggu pengiriman produk pertanian wilayah tersebut. Rumo, perusahaan kereta api terkemuka yang mengoperasikan terminal biji-bijian terbesar Amerika Latin di Rondonopolis, mengatakan pada Senin pagi bahwa oprasinya tidak terpengaruh sejauh ini. (AP/AFP/REUTERS)