Ukraina Timur Semakin Tegang, Rusia Bersiap Uji Rudal Balistik
Di tengah situasi yang kian memanas di Ukraina timur dan ketegangan tinggi dengan Barat, Rusia bersiap untuk latihan penembakan rudal balistik dan rudal jelajah, Sabtu ini. Kelompok separatis mengevakuasi warga ke Rusia.
KIEV, SABTU — Wilayah Donbas, yang meliputi Donetsk dan Luhansk, di Ukraina timur semakin tegang dan panas. Insiden baku tembak antara militer Ukraina dan separatis pro-Rusia dilaporkan meningkat, Jumat (18/2/2022). Di tengah situasi itu, Rusia juga bersiap untuk latihan penembakan rudal balistik dan jelajah, Sabtu ini.
Kelompok separatis mengumumkan kepada warga sipil untuk dievakuasi dari wilayah tersebut ke Rusia. Sirene berbunyi bertalu-talu di Donetsk dan Luhansk setelah pengumuman tersebut. Para pemimpin separatis mengumumkan, ratusan ribu warga akan dievakuasi ke Rusia.
Pada Jumat malam, intelijen militer Ukraina menyatakan, pasukan khusus Rusia telah memasang bahan-bahan peledak di sejumlah fasilitas infrastruktur sosial di Donetsk. Warga diimbau tetap tinggal di rumah masing-masing. Badan Keamanan Federal Rusia belum membalas permintaan tanggapan saat diminta kantor berita Reuters mengenai hal tersebut.
Baca juga : Bayang-bayang Memori Perang Dingin
Mengutip laporan koresponden masing-masing di lapangan, beberapa kantor berita Rusia melansir adanya dua ledakan di Luhansk. Ini adalah salah satu kota utama di wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina dan kini dikontrol Republik Rakyat Luhansk. Salah satu area jalur pipa gas terbakar akibat ledakan itu.
Sebelumnya, para pemimpin separatis di Donetsk dan Luhansk merilis pernyataan melalui video, berisi pengumuman evakuasi warga dan tudingan kepada Ukraina yang disebut tengah menyiapkan serangan ke dua wilayah itu. Kementerian Luar Negeri Ukraina melalui pernyataan menepis tudingan tersebut dan menyebutnya ”jauh dari kenyataan”. Dari metadata, sedikitnya salah satu dari video yang dirilis separatis telah dibuat pada hari Rabu, sebelum insiden penembakan artileri terjadi.
Beberapa jam setelah pengumuman evakuasi, sebuah mobil jip meledak di luar kantor pemerintah separatis di kota Donetsk. Kantor berita Rusia, TASS, melaporkan kendaraan tersebut milik pejabat milisi Republik Rakyat Donetsk.
Banyak keluarga di wilayah itu, yang kebanyakan berbahasa Rusia, telah diberi status kewarganegaraan Rusia oleh Moskwa. Berselang beberapa jam setelah evakuasi, sebagian warga telah diangkut dengan bus-bus. Otoritas setempat menyebut, sekitar 700.000 orang akan dievakuasi. ”Ibu saya mudah panik,” ujar Irina Lysanova (22) saat berkemas-kemas untuk mengungsi bersama ibunya, seorang pensiunan. Ayahnya, Konstantin (62), tidak ikut mengungsi. ”Ini tanah kelahiranku,” ujar Konstantin.
Evakuasi warga dilakukan setelah, menurut sejumlah sumber, terjadi baku tembak artileri paling intens dalam beberapa tahun terakhir sejak Jumat kemarin. Ukraina adalah satu dari 14 bekas republik yang dirasakan menjadi kerugian terbesar bagi Rusia sejak bubarnya Uni Soviet tahun 1991.
Baca juga : AS Desak Rusia Tarik Pasukan, Kremlin: Tentara Rusia Bergerak di Tanah Sendiri
Pasukan pemberontak dukungan Rusia menguasai sebagian wilayah timur Ukraina pada tahun 2014. Pada tahun yang sama, Rusia menguasai wilayah Crimea, yang sebelumnya masuk Ukraina. Kiev mengatakan, lebih dari 14.000 orang tewas sejak konflik di wilayah timur meletus. Selain itu, lebih dari 1,5 juta orang mengungsi.
Bangunan TK rusak
Pada hari Kamis, militer Ukraina dan kubu pemberontak juga menyalahkan satu sama lain atas pelanggaran gencatan senjata di sepanjang jalur kontak di Donbas. Satu bangunan taman kanak-kanak di permukiman Stanytsia Luhanska, wilayah yang dikuasai Pemerintah Ukraina, terkena tembakan artileri berat dari pemberontak.
Terkait insiden pada hari Jumat, pusat komando gabungan wilayah timur militer Ukraina mengatakan, separatis atau pemberontak pro-Rusia telah melanggar gencatan senjata sebanyak 20 kali. Itu terjadi sejak Jumat dini hari hingga pukul 09.00 waktu setempat.
Baca juga : Barat Sebut Tak Ada Penarikan Pasukan, Rusia Justru Siap Serang Ukraina
Kelompok separatis Donetsk dan Luhansk mengatakan, tentara Ukraina telah menembak 27 kali ke wilayah kekuasaan mereka. Para pengamat mengatakan, eskalasi kontak senjata di Donbas dikhawatirkan memantik konflik yang lebih luas sebab Rusia dan Barat telah menumpukkan pasukan di sekitar Ukraina.
Pada Jumat malam, kantor berita Agence-France Presse (AFP) melaporkan, dentuman senjata masih terdengar sepanjang jalur kontak di Stanytsia Luhanska. Wilayah permukiman tipe perkotaan itu berada di tepi Sungai Donets Seversky, Raion Shchastia, Oblast Luhansk, Ukraina timur. Lebih dari 20 rumah rusak akibat penembakan artileri pada Kamis, termasuk satu sekolah taman kanak-kanak (TK).
Sementara kepala organisasi bantuan Vostok SOS, Konstyantyn Reutskiy, mengatakan, tidak ada yang terluka dalam insiden pada hari Kamis itu. Dikatakan, sejumlah rumah dan toko rusak berat. Dua puluh anak-anak dan 18 staf di TK itu lolos tanpa cedera. Namun, diakui bahwa insiden ini sungguh tidak diharapkan.
"Anak-anak sedang menikmati sarapan ketika ledakan terjadi," kata Natalia Slesareva, penatu di sekolah TK tersebut. "Serangan itu menghantam gym. Setelah sarapan, anak-anak berencana akan mengikuti kelas olahraga. Jika itu terjadi 15 menit kemudian, semuanya bisa menjadi jauh lebih buruk."
Valentyna Melnychenko, warga yang rumahnya berada dekat dari sekolah TK, menuturkan bahwa ledakan tembakan artileri berat itu menghantam ruang tamu sehingga rumahnya dipenuhi asap. “Saya mematikan TV. Ada tujuh tembakan lagi dan kemudian berhenti,” katanya sambil mengamati kerusakan di luar rumahnya.
Baca juga : Tiga Kecenderungan Perang Dingin Terulang di Ukraina
Menurut kantor berita Reuters, tiga orang terluka dan separuh desa kehilangan listrik akibat kejadian hari Kamis. Oleksandr Pavliuk, seorang komandan tentara Ukraina, mengatakan bahwa tembakan artileri dan ledakan bom dimaksudkan untuk memprovokasi balasan dari tentara Ukraina.
Tudingan terbaru Biden
Terkait insiden terbaru di Donbas, Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat-nya menuduh Kremlin sedang mencari alasan menginvasi Ukraina. "Kami punya alasan untuk percaya bahwa pasukan Rusia tengah merencanakan dan bermaksud menyerang Ukraina pekan mendatang, beberapa hari ke depan," kata Presiden AS Joe Biden kepada wartawan di Gedung Putih, Washington, AS, Jumat (18/2/2022) siang atau Sabtu dini hari WIB.
Ia menyebut Kiev akan menjadi target serangan Rusia. "Saat ini, saya yakin dia (Presiden Rusia Vladimir Putin) telah membuat keputusan".
Pengawas dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerja sama Eropa (OSCE) melaporkan, ada 189 pelanggaran gencatan senjata di Donetsk timur, Kamis. Jumlah itu meningkat dari hari sebelumnya yang hanya 24 kasus pelanggaran. Adapun di Luhansk, terjadi 402 pelanggaran atau meningkat dari 129 kasus yang terjadi pada Rabu. OSCE melaporkan, pelanggaran juga sudah terjadi sejak beberapa hari sebelumnya.
Seorang wartawan AFP yang meliput di dekat garis depan, antara pasukan pemerintah dan wilayah pemberontak di Lugansk, mendengar bunyi ledakan. Dia melihat bangunan rusak.
Baca juga : Wacana ”Finlandisasi” Ukraina dan Fakta yang Membuat Putin Kesal
Situasi yang memburuk di tengah gencatan senjata itu dapat memicu konflik yang lebih luas. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan, “Apa yang terjadi di Donbas adalah berita yang amat mengkhawatirkan dan berpotensi sangat berbahaya”.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov, Jumat, mengatakan bahwa angkatan bersenjata negaranya tidak bermaksud untuk menyerang separatis atau melancarkan operasi untuk merebut kembali Semenanjung Crimea yang dicaplok Rusia. Ukraina berusaha menahan diri dari semua provokasi oleh kelompok pemberontak pro-Rusia.
Reznikov mengatakan kepada parlemen negaranya bahwa Rusia telah mengepung Ukraina dengan 149.000 tentara. Tampaknya, jumlah itu akan terus bertambah karena masih banyak tentara Rusia dilaporkan sedang dalam perjalanan ke dekat perbatasan Ukraina.
Putin awasi latihan
Dunia juga menanti langkah Presiden Vladimir Putin selanjutnya ketika Moskwa, Jumat, mengumumkan bahwa Putin akan mengawasi latihan rudal balistik dan jelajah oleh pasukan strategis, Sabtu. Latihan digelar menjelang penutupan latihan perang Rusia-Belarus dan latihan Rusia di Laut Hitam, Minggu (20/2/2022).
Rusia telah mendesak AS agar menarik semua pasukan Barat, termasuk pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), di Eropa tengah dan timur. Rusia terus meningkatkan tekanan kepada Ukraina, dengan maksud agar negara itu tidak bergabung dengan NATO, dan menekan NATO agar aliansi militer Barat itu mundur dari Eropa Timur.
Baca juga : Alasan Ukraina Hindari Rusia dan Pilih Bersandar ke Barat
Sementara Pentagon mengakui ada penambahan 4.700 tentara Amerika di Polandia sehingga menjadi total 9.000 orang. AS juga memiliki 2.000 tentara di Romania. Pasukan di dua negara itu untuk memperkuat 80.000 tentara yang sudah ditempatkan di Eropa.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Kamis, mengatakan kepada PBB bahwa berdasarkan laporan intelijen diketahui, Moskwa dapat menginvasi Ukraina dalam "beberapa hari mendatang". Rusia membantahnya dan mengklaim telah menarik sebagian dari 149.000 tentara dari dekat Ukraina.
Di tengah situasi tersebut, Putin memerintahkan pasukan pencegahan strategisnya untuk mengadakan latihan penembakan rudal balistik dan rudal jelajah. Putin akan menyaksikan langsung latihan itu, Sabtu ini, di saat kelompok separatis pro-Rusia bersitegang dengan militer Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan, Putin akan mengawasi "latihan pasukan pencegahan strategis di mana rudal balistik dan jelajah akan diluncurkan." Angkatan Udara, Unit Distrik Militer Selatan, serta Armada Laut Utara dan Laut Hitam akan dilibatkan.
Baca juga : Rusia Raih Dukungan China untuk Ukraina, Tantangan Hegemoni AS di Eurasia
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan, Moskwa perlu menunjukkan "langkah serius menuju de-eskalasi". "Dengan pengerahan pasukan yang belum pernah terjadi sebelumnya di perbatasan Ukraina, Rusia menantang prinsip-prinsip dasar tatanan perdamaian Eropa," katanya.
Sementara Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dalam lawatannya ke Warsawa mengumumkan rencana penjualan 250 tank Abrams ke Polandia. Washington tampak berupaya memperkuat pertahanan sekutu utamanya di Eropa timur di tengah meningkatnya krisis Rusia-Ukraina. (AFP/REUTERS/AP/SAM)