Barat Sebut Tak Ada Penarikan Pasukan, Rusia Justru Siap Serang Ukraina
Kekuatan Barat membantah klaim Moskwa yang menyebutkan ada penarikan pasukan Rusia dari dekat Ukraina. Justru yang terjadi sebaliknya, Rusia siap menginvasi Ukraina.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
KIEV, KAMIS – Amerika Serikat dan sekutu Barat-nya menepis laporan yang menyebutkan, Rusia telah mengurangi pasukannya dari perbatasan Ukraina. Mereka menuding Moskwa telah membuat klaim palsu karena yang terjadi justru sebaliknya, yakni penambahan ribuan tentara Rusia.
Bahkan menurut laporan intelijen Estonia, kelompok-kelompok petempur Rusia kini sedang bergerak menuju garis depan. Mereka kemungkinan akan melakukan serangan skala kecil sebelum menduduki "medan utama". Informasi ini bertentangan dengan klaim Moskwa soal penarikan pasukan.
Media di Barat, Kamis (17/2/2022) pagi, melaporkan, Rusia telah mempertebal kehadiran militernya di dekat Ukraina dengan tambahan sebanyak 7.000 tentara baru. Beberapa di antaranya tiba Rabu. Seorang pejabat senior Gedung Putih mengecam pengumuman penarikan Moskwa sebagai "palsu".
"Kami terus menerima indikasi bahwa mereka (Moskwa) dapat meluncurkan dalih palsu setiap saat untuk membenarkan invasi," kata pejabat Gedung Putih itu. Dia mengatakan, di satu sisi Moskwa mengatakan ingin mencapai solusi diplomatik, namun tindakannya menunjukkan yang sebaliknya.
Intelijen Estonia memastikan bahwa sekitar 10 kelompok tentara Rusia sedang bergerak menuju perbatasan Ukraina. Direktur Jenderal Badan Intelijen Luar Negeri Estonia, Mikk Marran, mengatakan, di perbatasan ada sekitar 170.000 tentara Rusia yang telah dikerahkan sebelumnya.
Menurut Marran, Rusia siap melakukan serangan rudal dan pendudukan di “medan utama”. “Jika Rusia berhasil di Ukraina, itu akan mendorongnya untuk meningkatkan tekanan pada Baltik di tahun-tahun mendatang," katanya. "Ancaman perang menjadi alat kebijakan utama bagi Putin."
Sebelumnya Amerika Serikat (AS), aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dan Ukraina mengatakan, tidak ada tanda-tanda penarikan pasukan Rusia seperti yang diklaim Moskwa. Presiden AS Joe Biden mengatakan, klaim Moskwa soal penarikan pasukan itu belum diverifikasi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, tidak ada bukti Rusia mundur kecuali rotasi tugas personel militer Rusia. Itu dikatakannya untuk merespons laporan media pemerintah Rusia tentang penarikan pasukan dari dekat Ukraina dan Moskwa mengakhiri latihan besar di Crimea.
“Kami melihat ada rotasi kecil. Saya tidak akan menyebut rotasi ini sebagai penarikan pasukan oleh Rusia,” katanya di televisi nasional. "Kami tidak melihat adanya perubahan," kata Zelenskyy saat menyaksikan latihan militer di dekat Rivne, barat Kiev untuk memeringati “Hari Persatuan” Ukraina.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, dalam pertemuan para menteri pertahanan aliansi militer Barat itu di Brussels, menolak anggapan bahwa ancaman di perbatasan Ukraina berkurang. Dia mengatakan, Moskwa justru sedang bersiap menggunakan kekuatan militernya.
"Moskwa telah memperjelas bahwa mereka siap untuk menentang prinsip-prinsip dasar yang telah menopang keamanan kami selama beberapa dekade dan melakukannya dengan menggunakan kekuatan," katanya. "Saya menyesal mengatakan bahwa ini adalah normal baru di Eropa."
Stoltenberg mengatakan tidak ada penarikan atau pengurangan pasukan Rusia dari dekat Ukraina. Menurutnya, militer Rusia tetap menginginkan invasi, siap menyerang dengan kemampuan canggih dari Crimea hingga Belarus. "Sejauh ini kami tidak melihat tanda-tanda de-eskalasi di lapangan,” katanya.
Komandan militer NATO itu sedang menyusun rencana untuk mengerahkan unit-unit tempur baru yang menurut para diplomat dapat dikerahkan dari Bulgaria, Rumania, Hongaria, dan Slovakia. Unit-unit itu, yang dirancang untuk mengulur waktu sebelum tentara tambahan tiba di garis depan jika diperlukan, sudah ada di Polandia dan negara-negara Baltik.
Inggris akan menggandakan kekuatannya di Estonia. Inggris juga sudah mengirim tank dan kendaraan tempur lapis baja ke negara kecil yang berbatasan dengan Rusia untuk mendukung NATO.
Kanselir Jerman Olaf Scholz, Rabu di Berlin, mengatakan bahwa risiko agresi militer Rusia lebih lanjut tetap tinggi. Pernyataan Scholz itu muncul dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah dia berbicara lewat telepon dengan Biden.
Analis dan pejabat Barat mengatakan, penumpukan besar pasukan, penempatan sistem rudal S-400, dan kapal perang Rusia di sekitar Ukraina disebut sebagai risiko keamanan terburuk di Eropa sejak Perang Dingin (1947-1953). Moskwa melakukan itu untuk menekan Barat, NATO, dan Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah menuntut agar Ukraina menghentikan ambisinya untuk bergabung dengan NATO. Putin juga mendesak Barat memetakan ulang postur keamanan di Eropa Timur. Langkah itu untuk mengembalikan pengaruh Barat karena Putin merasa terkepung NATO.
Sambil mengeluarkan ancaman untuk memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia, AS dan Uni Eropa mendorong Moskwa mengakhiri krisis lewat jalur diplomasi. Moskwa telah memberikan isyarat untuk melanjutkan negosiasi yang telah berjalan dengan mulai menarik pasukannya dari dekat Ukraina.
Terkait hal itu Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, latihan militer di Crimea – wilayah Ukraina yang dicaplok pada 2014 – telah berakhir. Juga dirilis potongan video yang menunjukkan tank dan kendaraan lapis baja diangkut dengan kereta api pulang ke Rusia dari dekat Ukraina.
Saat Washington menuntut bukti deeskalasi yang dapat diverifikasi, Biden tetap berjanji untuk mendorong solusi diplomatik dengan Moskwa. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyambut baik. "Adalah positif bahwa Presiden AS juga mencatat kesiapannya untuk memulai negosiasi serius."
Para pemimpin Uni Eropa mengatakan siap menggelar pertemuan darurat pada Kamis ini tentang Rusia dan Ukraina. Sementara itu Dewan Keamanan PBB juga dijadwalkan akan menggelar pertemuan darurat juga untuk membahas situasi di sekitar Ukraina, Kamis di New York.
Wakil Presiden AS Kamala Harris akan bertemu dengan Zelenskyy di sela-sela Konferensi Keamanan tahunan Muenchen, Jerman akhir pekan ini. Pentagon menambahkan, tiga pesawat Angkatan Laut AS dicegat pesawat Rusia secara "tidak profesional" di atas Laut Mediterania akhir pekan lalu.