AS Desak Rusia Tarik Pasukan, Kremlin: Tentara Rusia Bergerak di Tanah Sendiri
Setelah menempatkan hampir 100.000 tentara di Eropa dan sekitar Rusia, Amerika Serikat meminta Rusia menarik kembali tentaranya masuk ke barak. Tuntutan serupa juga disampaikan Rusia kepada AS dan NATO.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
NEW YORK, JUMAT — Amerika Serikat dan Rusia saling menuntut penarikan pasukan kubu rival. Washington menyampaikan tuntutan itu ke Moskwa setelah mereka menempatkan 80.000 tentara di Eropa.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengungkap tuntutan tersebut kepada Moskwa lewat pidato dalam sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Kamis (17/2/2022). ”Pemerintah Rusia bisa mengumumkan hari ini, tanpa syarat, tanpa permainan kata-kata bahwa Rusia tidak akan menyerbu Ukraina. Nyatakan secara jelas. Lalu, buktikan dengan menarik pasukan, tank, dan pesawat ke barak dan hangar,” katanya.
Blinken juga mengaku telah menyurati Menlu Rusia Sergey Lavrov untuk kembali bertemu pekan depan di Eropa. ”Untuk membahas langkah menyelesaikan krisis tanpa konflik,” kata Blinken.
Beberapa jam sebelum Blinken mengumumkan tuntutan itu, Departemen Pertahanan AS mengakui ada penambahan 4.700 tentara AS di Polandia. Dengan tambahan itu, ada 9.000 tentara AS di Polandia. Sementara di Romania ada 2.000 tentara AS. ”Pasukan ini memperkuat 80.000 tentara yang sudah ditempatkan di Eropa,” kata juru bicara Departemen Pertahanan AS, John Kirby.
AS juga mengirimkan 125 tentara ke Bulgaria dan 300 tentara lain untuk memperkuat pasukan di Jerman. Selain itu, jet tempur F-35 dikirimkan ke Jerman dan pengebom B-52 dikirimkan ke Inggris. Di Polandia, AS kini menempatkan 16 jet tempur F-15. AS juga memindahkan delapan F-16 dari Jerman ke Romania.
Bukan hanya AS, anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) lainnya juga menempatkan ribuan tentara dan persenjataan di sekitar Ukraina dan Rusia. Bulgaria, yang bersebelahan dengan Romania dan sama-sama di tepi Laut Hitam, juga menampung ribuan tentara NATO berikut persenjataannya.
NATO mengumumkan penguatan pasukan di sekitar Rusia setelah rapat pada Rabu (16/2/2022). NATO merasa terancam oleh keputusan Moskwa yang menggerakkan pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina yang bukan anggota NATO.
”Kami tidak akan menanggapi komentar soal pergerakan tentara Rusia di tanah Rusia,” kata juru bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov.
”Keadaan sekarang tidak dikembangkan di sini, melainkan di pikiran dan media Barat, khususnya AS dan Inggris. Tentu saja (Jens) Stoltenberg (Sekretaris Jenderal NATO) berperan aktif dalam perkembangan ini. Jadi, semua pertanyaan soal peredaan ketegangan seharusnya ditanyakan ke mereka,” kata Lavrov.
Kemenlu Rusia juga mengeluarkan daftar berita media-media Eropa dan AS yang berulang kali menyebut tanggal serbuan Rusia ke Ukraina. Sejak November 2021, berulang kali media AS-Eropa melakukan itu dan tidak terbukti sampai sekarang.
Tuntutan Rusia
Selain merilis daftar berita tanggal serbuan, Kemenlu Rusia juga menyiarkan jawaban kepada Deplu AS. Moskwa memilih mengumumkan jawaban secara utuh untuk memastikan siapa pun bisa memahami tanpa perantaraan pihak lain.
Dalam jawaban itu, Rusia menegaskan tidak ada serbuan, apalagi sekadar rencana serbuan ke Ukraina. ”Semua tudingan soal serbuan hanyalah upaya menekan Moskwa dan menafikan usulan Rusia soal jaminan keamanan,” demikian tercantum di dokumen itu.
Jaminan keamanan harus berlaku untuk semua pihak di Eropa, bukan hanya bagi sekutu AS. Lewat dokumen itu, Moskwa kembali menyinggung rangkaian pelanggaran janji NATO kepada Rusia sejak 1990. Bahkan, perjanjian tertulis, seperti Traktat Kekuatan Konvensional 1990 dan Perjanjian Mutualisme 1997, pun tidak dipatuhi NATO.
Dari 1.000 kilometer pada 1989, jarak antara anggota NATO ke Rusia menjadi nol kilometer sejak 2004. Kini, persenjataan dan tentara NATO berjarak tidak sampai 200 kilometer ke St Petersburg dan tidak sampai 700 kilometer dari Moskwa. Dua kota itu merupakan kota terbesar di Rusia.
Karena itu, Rusia menuntut AS menarik seluruh persenjataan dan tentaranya dari Eropa timur dan Eropa tengah. Moskwa juga meminta Washington berhenti menempatkan rudal nuklir di Eropa. ”Kami mencatat ketidakpastian terus-menerus dalam pendekatan Washington untuk menjaga tolok ukur pengendalian persenjataan,” demikian tercantum dalam dokumen itu.
Moskwa menyatakan siap berunding. Walakin, sejauh ini Washington dan sekutunya dituding tidak mau benar-benar membahas materi yang menjadi keprihatinan semua pihak. Washington mengabaikan permintaan Moskwa soal jaminan tertulis dan mengikat bahwa NATO tidak akan terus memperluas keanggotaannya. ”Karena itu, Rusia bersiap pada segala kemungkinan,” demikian di dokumen itu.
Baku tembak di Ukraina timurAdapun soal ketegangan di Ukraina, dokumen itu kembali menegaskan pentingnya pelaksanaan Kesepakatan Minsk. Dalam pidato di Dewan Keamanan PBB, Blinken juga menyinggung soal pelaksanaan itu. Perancis dan Jerman yang pernah memfasilitasi perundingan terkait itu juga bolak-balik membahas soal pelaksanaan Kesepakatan Minsk.
Dalam kesepakatan pada 2015 dan 2019 itu tercantum soal gencatan senjata dan otonomi luas di Ukraina timur. Sampai sekarang, baku tembak masih terus berlangsung.
Pada Kamis, milisi dan tentara Ukraina baku tuding soal serangan masing-masing. Milisi Donetsk menyebut, tentara menembakkan mortir, melontarkan granat, dan menembaki sejumlah lokasi di Donetsk.
Adapun tentara Ukraina menyebut, milisi di Lugansk menembakkan mortir yang menyasar sebuah taman kanak-kanak di Stanytsia Luhanska serta melukai tiga pegawai sekolah itu. Di Kindrashivska-Nova, ada serangan ke depo kereta. Sementara serangan di Vrubivka merusak sejumlah rumah dan jaringan pipa gas. Di Shchastia, serangan milisi merusak sejumlah rumah dan jaringan kabel listrik.
Serangan terjadi pada hari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bertandang ke Donetsk. Di sela-sela lawatan, ia kembali mengecam keputusan AS dan sejumlah negara Eropa menarik diplomat dari Kiev. Akibatnya, mereka tidak punya sumber daya untuk melihat perkembangan di lapangan. (AFP/REUTERS)