Rusia Tarik Sebagian Pasukan dari Belarus, Pasar Keuangan Bergairah
Rusia dikabarkan menarik sejumlah pasukan dari Belarus. Ini mendongkrak sentimen pasar keuangan. Namun, pada saat yang sama, NATO terus menambah pasukan di sekitar Rusia.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
NEW YORK, RABU — Kabar penarikan sebagian pasukan Rusia dari Belarus disambut meriah oleh pasar. Indeks berbagai bursa saham pada perdagangan Selasa dan Rabu (16/2/2022) naik. Meski demikian, pasar tetap berhati-hati karena Amerika Serikat dan sekutunya malah terus menambah pasukan di sekitar Rusia.
Indeks utama Asia naik, yakni Hang Seng sebesar 1,03 persen, Nikkei225 sebesar 1,96 persen, Shanghai sebesar 0,44 persen, dan ASX sebesar 0,5 persen. Di Eropa, FTSE naik 1,03 persen, DAX naik 1,96 persen, dan CAC naik 1,86 persen. Bursa AS malah lebih bergairah lagi. Nasdaq melonjak sampai 2,53 persen. Sementara Dow Jones dan S&P500, masing-masing naik 1,22 persen dan 1,53 persen. Sementara harga minyak turun 3,6 persen menjadi di kisaran 91 dollar AS per barel. Harga emas juga terkoreksi 0,7 persen menjadi 1.854 dollar AS per troy ounce atau 31,1 gram.
”Ketegangan Rusia-Ukraina naik kala pasar saham sudah rentan di tengah kekhawatiran pada inflasi dan potensi pengetatan oleh Federal Reserve (bank sentral AS). Kala konflik bersenjata Rusia-Ukraina sepertinya bisa dihindari, pasar akan sedikit lega. Namun, masih ada sejumlah kekhawatiran,” kata pemimpin lembaga investasi Sanders Morris Harris, George Ball, dalam pesan kepada investor.
Pasar menangkap kabar penarikan sebagian pasukan Rusia dari Belarus sebagai potensi penghindaran perang. Di sisi lain, pasar dan banyak pihak masih khawatir pada potensi konflik terbuka seiring keputusan AS dan sekutunya yang terus menambah pasukan di sekitar Rusia.Pada saat Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu Kanselir Jerman Olaf Scholz di Moskwa, Selasa (15/2/2022), pasukan AS mulai memasuki Slowakia. Washington memindahkan 2.000 dari hampir 35.000 tentaranya di Jerman ke Slowakia untuk berlatih bersama.
Sebelumnya, Washington memindahkan 1.000 tentara dari Jerman ke Romania. AS juga mengirimkan 1.700 tentara tambahan ke Polandia. Kini, dari Slowakia hingga Estonia, AS sudah menempatkan lebih dari 10.000 tentara. Sekutu AS di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga menempatkan tentara dan aneka persenjataan di negara-negara yang bersebelahan dengan Rusia dan Ukraina.
”Saya telah mengirim tambahan pasukan AS untuk memperkuat sayap timur NATO. Beberapa sekutu kita juga mengumumkan akan menambah pasukan dan kemampuan untuk memastikan daya gentar NATO di sayap timur,” kata Presiden AS Joe Biden. Meski demikian, Biden tetap berkeras bahwa AS dan NATO bukan ancaman bagi Rusia. ”Ukraina tidak mengancam Rusia. Tidak ada rudal AS atau NATO di Ukraina. Kami tidak berencana menempatkan (rudal) di sana,” ujarnya.
Selepas bertemu Scholz, Putin kembali menagih janji NATO untuk tidak terus memperluas keanggotaannya. Putin meminta NATO menuangkannya secara tertulis dan mengikat. ”Rusia tidak bisa menutup mata bahwa AS dan NATO seenaknya menerjemahkan prinsip keamanan hanya untuk kepentingan sendiri,” katanya.
Ia mengingatkan, NATO pernah menyerbu Yugoslavia menjelang akhir Perang Dingin. Moskwa ingin memastikan tidak menjadi sasaran serupa di masa depan. ”Kami tidak mau ada perang di Eropa. Generasi sekarang sulit membayangkan ada perang di Eropa. Sejak awal kami menyampaikan itu di usulan kami. Ayo mulai membahas keamanan bersama,” ujarnya.
Rusia tidak senang dengan NATO yang terus menunda perundingan dan sebatas menyatakan akan menangguhkan pembahasan isu keanggotaan Ukraina di NATO. Rusia tidak puas dengan pernyataan Ukraina tidak akan bergabung dalam waktu dekat. Sebab, sejarah mencatat, NATO melanggar janji perluasan anggota.
Menteri Luar Negeri AS James Baker pernah menyampaikan secara lisan kepada pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, bahwa NATO tidak akan memperluas keanggotaan setelah penyatuan Jerman. Oleh karena itu, Gorbachev setuju Jerman Barat dan Jerman Timur bersatu. Kanselir Jerman Barat Helmut Kohl dan Sekretaris Jenderal NATO Manfred Worner juga menyampaikan hal senada. Bahkan, hal senada tersirat dalam kesepakatan NATO-Rusia pada 1997.
Namun, ternyata Presiden AS George HW Bush tidak setuju dengan Baker-Kohl-Worner dan terus mendukung perluasan keanggotaan NATO. Dari awalnya 1.000 kilometer, kini jarak anggota NATO dengan Rusia menjadi nol kilometer setelah Estonia dan Latvia bergabung.Anak George HW Bush, George Bush, malah mendukung Ukraina dan Georgia menjadi anggota NATO pada 2008.
Saat itu, Putin protes keras. Sampai sekarang, keanggotaan Georgia dan Ukraina di NATO tidak diproses. Selepas bertemu Putin, Scholz menyebut keanggotaan Ukraina di NATO tidak menjadi agenda.
Selain masalah Ukraina, Putin-Scholz juga membahas soal kerja sama ekonomi kedua negara. Terkait ancaman sanksi pada jaringan pipa Nord Stream 2, Putin meminta Jerman rasional. ”Biarkan orang Jerman membuka dompetnya lalu bertanya, apakah siap membayar lima kali lebih mahal untuk listrik dan pemanas?” katanya.
Ia merujuk pada fakta pasokan gas Rusia menjadi salah satu penyebab harga gas di Jerman tetap terjangkau sampai sekarang. Jika pasokan dihambat, Jerman harus mengimpor dari AS atau Timur Tengah yang harganya lebih tinggi. (AFP/REUTERS)