AS Ingin Perkuat Kemitraan dengan Indonesia
Menlu Amerika Serikat Antony Blinken mengadakan lawatan ke Indonesia. Sejumlah misi diemban, di antaranya memperkuat kemitraan dan komitmen di kawasan.
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken tiba di Jakarta pada hari Senin (13/12/2021) untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Kedatangannya ini merupakan bagian dari upaya AS mencegah perkembangan pengaruh China di kawasan Asia Tenggara, terutama pada sektor keamanan dan perekonomian.
Selain itu, dalam pertemuan dengan Presiden Joko Widodo, Blinken menegaskan dukungan AS pada presidensi Indonesia di G-20. Mulai 1 Desember lalu hingga November 2022, Indonesia memulai tugas presidensi di G-20, kelompok 19 negara plus Uni Eropa yang mengendalikan 85 persen produk domestik bruto (PDB) global. AS masuk dalam anggota G-20.
Seusai pertemuan itu, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, yang mendampingi Presiden menerima Blinken, mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo menjelaskan prioritas G-20 dalam presidensi Indonesia. AS diharapkan bisa menjadi salah satu mitra bidang ekonomi dan memperkuat hubungan bilateral, termasuk investasi.
”Diskusi berjalan hangat dan terbuka dan tampak komitmen AS untuk memperkuat kemitraannya dengan Indonesia, termasuk di bidang ekonomi,” ucap Retno.
Baca juga : AS Tawarkan Komitmen Investasi Infrastruktur, Rusia Lanjutkan Konsultasi Keamanan Bilateral
Selain itu, Retno juga menyampaikan komitmen AS untuk bermitra dengan Indonesia dalam bidang investasi infrastruktur. Hal ini sejalan dengan hasil pertemuan para menteri luar negeri (menlu) G-7 dan ASEAN yang dilangsungkan secara daring sehari sebelumnya, Minggu (12/12/2021).
Dalam pertemuan pertama para menlu G-7 dengan menlu negara-negara ASEAN itu, menurut Retno, salah satu yang dibahas adalah komitmen negara-negara G-7 untuk meningkatkan investasi di bidang infrastruktur, termasuk melalui mobilisasi partisipasi sektor swasta.
Saat melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden, Blinken kembali menyampaikan niat AS untuk bekerja sama. Bahkan, dalam pertemuan itu, Blinken menyampaikan bahwa AS menyambut baik keinginan Indonesia untuk berpartisipasi dalam rantai pasok global di bidang kesehatan. Dukungan atas presidensi Indonesia juga tak lupa disampaikan.
Baca juga : AS Sokong Target Keketuaan Indonesia
Dalam cuitannya di akun @SecBlinken di Twitter, Menlu Blinken menuliskan kegembiraannya bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Dalam pertemuan itu, tulisnya, dibahas bagaimana Indonesia dan AS bisa bekerja sama untuk menjaga keamanan dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik. ”Saya juga berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo untuk kerja Indonesia dalam masalah krisis iklim dan Covid-19,” ujarnya.
Blinken adalah pejabat tinggi AS ketiga yang dalam setahun terakhir mengunjungi kawasan Asia Tenggara. Sebelumnya, Wakil Presiden AS Kamala Harris pada pertengahan tahun ini mengunjungi Singapura dan Vietnam. Pejabat lain yang mengunjungi Asia Tenggara adalah Menteri Pertahanan AS Llyod Austin.
Dalam kunjungan ke Singapura dan Vietnam, Kamala Harris secara halus mengajak kedua negara tersebut mencondongkan diplomasi mereka kepada AS walaupun ia menekankan bahwa AS tidak memaksa, tetapi memberikan pilihan. Singapura dan Vietnam kemudian mengeluarkan pernyataan yang serupa, yaitu sebagai anggota dari Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), mereka tidak akan berpihak kepada kubu mana pun. Hal itu terkait dengan isu China.
Sebagaimana diketahui, AS terus berupaya meredam ambisi perluasan pengaruh China di kawasan. Wakil Menlu AS untuk Urusan Asia Pasifik Daniel Kritenbrink memberikan pernyataan lebih eksplisit mengenai pandangan AS terhadap China.
”Perilaku mereka di Laut China Selatan sama dengan perundungan. Mereka tidak menghormati kedaulatan negara-negara lain dan mengancam kestabilan kawasan sehingga harus ada tindakan tegas terhadap China,” kata Kritenbrink.
Penguatan demokrasi
Terkait dengan kunjungan Blinken, dosen Hubungan Internasional Universitas Binus, Dinna Prapto Rahardjo, berpendapat, kunjungan itu bertujuan menguatkan kebijakan politik luar negeri Presiden Joe Biden yang berlandaskan pada penguatan demokrasi di AS. Caranya ialah dengan menekan sistem demokrasi tandingan, seperti yang ada di Rusia dan China. Oleh sebab itu, kemungkinan besar rupa kerja sama yang ditawarkan kepada Indonesia bersifat proteksionisme yang dikelola oleh Departemen Luar Negeri AS.
”Indonesia ditegaskan oleh AS sebagai kawan dan bagian dari politik luar negeri AS. Kunjungan Blinken ini tampak bahwa AS ingin mendekatkan diri tidak hanya kepada pemerintah, tetapi juga akademisi di Indonesia,” ucapnya.
Fakta bahwa Wapres Kamala Harris melewati Indonesia dari lawatannya ternyata tidak membuat Indonesia tersinggung. Program kerja sama Indonesia dengan AS, Uni Eropa, China, Rusia, ataupun pihak-pihak lain tetap berlanjut. AS pun menyadari harus memperkuat kehadiran di bidang ini.
Baca juga : Ada China dalam Kunjungan Menlu AS ke Jakarta
Meskipun demikian, menurut Dinna, Indonesia harus mengemukakan keberatan terhadap terbentuknya Pakta Pertahanan Australia-Inggris-AS (AUKUS). ”Bagaimanapun, Indonesia harus jelas mengutarakan bahwa keberadaan AUKUS berisiko memicu perlombaan persenjataan di kawasan Indo-Pasifik. Jika tidak bisa dikemukakan langsung oleh Presiden Joko Widodo, semestinya bisa melalui Menlu Retno Marsudi,” ucapnya.
Blinken datang ke Indonesia setelah menyelesaikan pertemuan para menteri luar negeri tujuh negara terkaya di dunia (G-7) di Liverpool, Inggris. Dalam ajang itu, G-7 membahas mengenai pemberian sanksi ekonomi untuk China dan Rusia. Saat itu, fokus mereka ialah memastikan bahwa Rusia akan memperoleh ganjaran setimpal apabila meneruskan niat mereka untuk menginvasi Ukraina.
Terkait dengan China, Biden—sama seperti pendahulunya, Donald Trump—terus berupaya menghalangi perluasan pengaruh China. Kawasan Indo-Pasifik menjadi lahan basah karena China menggulirkan banyak proyek investasi dan pembangunan infrastruktur.
Baca juga : G-7 Rapatkan Barisan untuk Hadapi Rusia
Filipina mendukung pandangan AS karena mereka merupakan negara yang batas maritimnya paling sering dilanggar oleh China. Vietnam tidak mengeluarkan komentar terhadap pernyataan AS, tetapi dari segi hubungan bilateral dengan China mereka juga kerap mengeluhkan intrusi China ke batas kelautannya.
Sementara itu, Sekretaris Angkatan Darat AS Christine Wormuth kepada surat kabar South China Morning Post mengatakan bahwa AS perlu menambah kerja sama militer dan keamanan di Asia Tenggara. Selama ini, untuk wilayah Asia Pasifik, AS masih terlalu condong ke kawasan Asia Timur. Hal ini karena ada persoalan Taiwan yang terancam invasi dari China.
”Kerja sama tidak hanya di segi patroli keamanan, tetapi lebih penting lagi di teknologi. Terutama untuk menjamin keamanan siber di kawasan Asia Tenggara,” tuturnya.
Baca juga : KTT untuk Demokrasi yang Membingungkan
Pada bulan Oktober lalu, sebelum mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur, Biden mengemukakan akan menambah kerja sama serta investasi di Asia terkait e-dagang, teknologi digital, keamanan siber, keterjaminan rantai pasok produksi, serta kesejahteraan pekerja. Apalagi, analisis ekonomi global mengatakan bahwa setidaknya per tahun 2030, kawasan ASEAN akan masuk ke dalam lima besar perekonomian dunia.
Rusia-Indonesia
Pada hari yang sama, seusai menerima Blinken, Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia Nikolay Patruschev. Dalam pertemuan tersebut, Presiden menyambut baik nota kesepahaman kerja sama bidang keamanan informasi internasional yang akan ditandatangani Sekretaris Patruschev dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Selasa (14/12/2021).
Selain menandatangani nota kesepahaman, Patruschev juga akan melakukan konsultasi bilateral bidang keamanan dengan Menko Polhukam. Menlu Retno menyebutkan, konsultasi tersebut merupakan konsultasi keenam.
Dalam pertemuan dengan Patruschev, menurut Retno, Presiden menyampaikan prioritas Indonesia dalam presidensi G-20 serta meminta dukungan Rusia. Tahun 2023, Indonesia juga akan memegang keketuaan ASEAN dan berharap kerja sama dengan Rusia.
Menlu Retno menambahkan, AS dan Rusia adalah dua mitra baik Indonesia. Indonesia pun akan terus mengembangkan kepercayaan strategis (strategic trust) dengan semua negara mitra Indonesia. Strategic trust ini sangat penting sebagai fondasi untuk membangun kerja sama saling menguntungkan dan saling menghormati. Hal ini juga diperlukan untuk membangun dunia yang damai, stabil, dan sejahtera.
Baca juga : Menakar Diskursus AUKUS
”Indonesia memiliki komitmen sangat tinggi untuk berkontribusi menciptakan dunia damai stabil dan sejahtera,” ujarnya.
Dalam sebuah pernyataan pendek yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar Rusia di Jakarta disebutkan, dalam pertemuan dengan Presiden Joko Widodo, Patruschev menekankan komitmen Rusia untuk melestarikan arsitektur keamanan modern di kawasan Asia-Pasifik dan menyampaikan terima kasih atas pendekatan konstruktif Jakarta dalam memenuhi fungsi koordinator dialog Rusia-ASEAN. (AP/INA/JOS)