Bulog Pasang Target Serap Hingga 300.000 Ton Beras
Sepanjang 2023, pemerintah menugaskan Bulog menyerap sebanyak 2,4 juta ton beras hasil produksi dalam negeri dengan 70 persen di antaranya direalisasikan pada panen raya.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Demi menambah sumber pengadaan cadangan beras pemerintah atau CBP dari dalam negeri, Bulog menargetkan menyerap 110.000-300.000 ton setara beras pada bulan depan. Dengan demikian, penyaluran beras bantuan sosial atau bansos yang ditugaskan pada Bulog dapat 100 persen bersumber dari produksi petani Tanah Air.
Berdasarkan data Perum Bulog per Senin (11/4/2023), realisasi penyerapan dari dalam negeri sejak awal tahun mencapai 175.000 ton. Realisasi penyaluran, baik untuk operasi pasar maupun bantuan sosial (bansos), sebanyak 571.862 ton. Dengan demikian, stok CBP dan beras komersial yang dikelola Bulog masing-masing sebesar 285.000 ton dan 53.000 ton.
Sepanjang 2023, pemerintah menugaskan Bulog menyerap sebanyak 2,4 juta ton beras hasil produksi dalam negeri dengan 70 persen di antaranya direalisasikan pada panen raya. Akibat adanya koreksi produksi yang mengemuka pada akhir Maret 2023, pemerintah memberikan alokasi impor beras hingga 2 juta ton pada Bulog sepanjang tahun. Sebanyak 500.000 ton di antaranya ditujukan untuk menutup defisit pada Mei 2023 yang diperkirakan Badan Pusat Statistik dan Badan Pangan Nasional berkisar 430.000 ton.
Dari segi penyaluran, sepanjang Maret-Mei 2023 Bulog mendapatkan penugasan beras bansos yang totalnya mencapai 213.530 ton per bulan. “Untuk bulan depan, paling sedikit Bulog dapat menyerap paling sedikit 110.000 ton (beras dari produksi dalam negeri), mudah-mudahan bisa sampai 300.000 ton. Dengan demikian, sumber dari impor tidak digunakan (untuk penyaluran beras bansos). Namun, impor tetap mutlak untuk CBP yang disimpan di gudang Bulog. Saya sudah kontrak dan mengunci sebanyak 500.000 ton beras (impor),” ujar Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso saat ditemui di New Priok Container Terminal One, Jakarta, Rabu (12/4/2023).
Pada bulan ini, imbuh Budi, sumber beras bansos berasal dari sisa impor yang direalisasikan sejak pertengahan Desember 2022 hingga akhir Februari 2023 serta serapan dari dalam negeri. Apabila stok saat ini dikurangi dengan penyaluran bansos bulanan, pasokan CBP yang dikuasai Bulog pada akhir April 2023 berkisar 70.000 ton.
Untuk menambah pengadaan CBP dari dalam negeri, pemerintah telah memfasilitasi komitmen penggilingan dengan Bulog sebanyak 60.000 ton. Dia menyebutkan, realisasi komitmen tersebut hingga saat ini berkisar 12.000 ton. Menurutnya, jumlah produksi yang terbatas menjadi tantangan pengadaan dari penggilingan.
Di sisi lain, Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso menyatakan, harga gabah saat panen raya ini tergolong tinggi. “Rata-rata harga gabah kering panen (GKP) dan beras medium di tingkat penggilingan pada pekan kedua April 2023 masing-masing mencapai Rp 5.961 per kilogram (kg) dan Rp 10.844 per kg,” katanya saat diskusi yang diadakan Forum Wartawan Pertanian secara daring, Rabu.
Harga itu di atas ketentuan yang tertera dalam Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 6 Tahun 2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras. Aturan itu menyebutkan, harga pembelian pemerintah (HPP) untuk GKP di tingkat petani dan penggilingan masing-masing sebesar Rp 5.000 per kg dan Rp 5.100 per kg. Adapun HPP untuk beras di tingkat gudang Bulog senilai Rp 9.950 per kg.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Batara Siagian berpendapat, potensi surplus produksi beras sepanjang Januari-April 2023 mencapai 3,22 juta ton. Surplus tersebut terdapat di provinsi sentra produksi. “Memang terdapat kenaikan sedikit (luas lahan yang puso akibat banjir sepanjang Januari-April 2023) dibandingkan tahun lalu. Lokasinya pun sama tiap tahun, misalnya Karawang dan Bekasi, Jawa Barat,” katanya dalam diskusi yang sama.
Dia memperkirakan, total produksi beras pada Mei 2023 dapat mencapai 2,51 juta ton. Produksi tersebut disokong oleh Indramayu, Karawang, Sukabumi, dan Subang, Jawa Barat; Tulang Bawang, Lampung; serta Pinrang, Sulawesi Selatan.
Sementara itu, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional I Gusti Ketut Astawa memerinci, kebutuhan penyaluran CBP oleh Bulog sepanjang Maret-Mei 2023 berkisar 640.000 ton untuk bansos. Untuk program stabilisasi pasokan dan harga pangan sekitar 120.000-130.000 ton per bulan. Artinya, kebutuhan penyaluran CBP dapat mencapai 900.000 ton. Oleh sebab itu, pemerintah terpaksa menugaskan Bulog untuk mengimpor. Namun, jika target pengadaan dalam negeri terpenuhi, impor tidak perlu direalisasikan.
Keputusan impor turut dilatarbelakangi tingginya harga gabah saat panen raya. Berdasarkan pantauannya, harga gabah mencapai Rp 6.200-Rp 6.500 per kg di Sulawesi dan Rp 5.800-Rp 6.000 di Jatim. Harga itu di atas HPP yang bertujuan sebagai batas bawah saat panen sehingga Bulog tidak bisa menyerap untuk CBP. Menurutnya, harga gabah berada di atas Rp 5.000 karena adanya penyerapan lintasprovinsi.
“Saat ada panen di Yogyakarta, pemain dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur ikut menyerap. Akibatnya, harga gabah naik,” ujarnya.