Pemerintah Dorong UMKM Manfaatkan E-Dagang untuk Ekspor
UMKM bisa memanfaatkan e-dagang untuk menopang ekspor. Kemudahan pengiriman barang, pembiayaan, dan ruang dagang lokapasar disiapkan.
Oleh
M Paschalia Judith J
·5 menit baca
KOMPAS/I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany (rompi biru) menyaksikan pelepasan ekspor perdana produk usaha mikro kecil dan menengah Tangsel, Selasa (19/1/2021). Ekspor produk ke Papua Niugini itu terdiri atas wewangian dan alat kesehatan
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah penyelenggara jasa perdagangan melalui sistem elektronik atau e-dagang memiliki jaringan internasional. Mereka dapat mempertemukan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dengan konsumen di kancah global.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan, UMKM dapat menjajaki ekspor secara ritel dan mandiri, tak hanya dalam ukuran kontainer untuk pengapalan. ”Saya mendukung UMKM mengekspor dan menjual langsung melalui marketplace atau lokapasar,” ujarnya pada Konferensi 500K Eksportir Baru: Memacu Ekspor UKM yang diadakan Sekolah Ekspor secara daring, Senin (19/4/2021).
Menurut dia, saat ini pelaku UMKM menghadapi tantangan ekspor berupa terganggunya sistem logistik dunia berupa pengurangan jadwal pengapalan yang menyebabkan kenaikan tarif pengiriman barang hingga 30-40 persen. Salah satu upaya pemerintah mengatasinya adalah bekerja sama dengan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk mendukung ekspor UMKM tersebut.
Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia (BI) Yunita Resmi Sari menuturkan, salah satu keunggulan e-dagang ialah jaringan internasional. Jaringan tersebut dapat dimanfaatkan pelaku UMKM untuk mengekspor produknya ke konsumen mancanegara.
BI mencatat, proporsi UMKM yang memiliki pangsa penjualan luar negeri pada 2020 sebesar 0,36 persen. Berdasarkan kategorinya, proporsi yang memiliki pangsa ekspor tertinggi dibandingkan lainnya adalah kelompok usaha menengah, yakni 1,54 persen. Proporsi usaha mikro dan kecil masing-masing 0,25 persen dan 0,21 persen.
Proporsi UMKM yang memiliki pangsa penjualan luar negeri pada 2020 sebesar 0,36 persen. Berdasarkan kategorinya, proporsi yang memiliki pangsa ekspor tertinggi dibandingkan lainnya adalah kelompok usaha menengah, yakni sebesar 1,54 persen.
KOMPAS/AGNES BENEDIKTA SWETTA BR PANDIA
Produk sambal yang diekspor oleh pelaku usaha kecil menengah (UKM) Susilaningsih (65), pemilik usaha sambal Surabaya dengan merek Dede Satoe (DD1) yang dirintis sejak 2011. Di kala pendemi Covid-19, ekspor sambal ke Amerika Serikat tetap berjalan dengan pasar utama kalangan generasi milenial dan diaspora Indonesia di negara tersebut.
Sebanyak 61 persen pelaku UMKM yang memiliki pangsa pasar global mengekspor produknya melalui e-dagang ke China. Pasar ekspor yang menduduki posisi kedua adalah Singapura (19 persen), diikuti Taiwan (9 persen), Myanmar (9 persen), Australia (1 persen), dan Korea (1 persen).
Berdasarkan jenis komoditasnya, 61 persen pelaku UMKM mengekspor tiket dan voucer lewat e-dagang. Sebanyak 15 persen pelaku UMKM mengekspor produk otomotif dan aksesori serta 14 persen produk makanan-minuman.
Dari jenis transaksi ekspor melalui e-dagang, pembayaran melalui transfer bank mendominasi, yakni 61,89 persen. Transaksi dengan kartu kredit atau debit secara daring menduduki peringkat kedua dengan proporsi 28,1 persen.
Dari tren data itu, lanjut Yunita, BI menyiapkan model bisnis bagi UMKM yang akan mengekspor lewat e-dagang. BI membina dan memberdayakan UMKM, serta mengurasi produknya. Selanjutnya, BI melatih UMKM untuk on-boarding di e-dagang.
”Setelah itu, pihak e-dagang akan meninjau produk-produk UMKM itu untuk dipromosikan ke jaringan internasionalnya. Kalau ada pembeli yang tertarik, mereka akan membantu mengurus pergudangan dan logistiknya,” tuturnya.
Tak hanya mengoptimalkan e-dagang, pemerintah juga mendorong UMKM untuk mengekspor dengan memanfaatkan perjanjian perdagangan antara Indonesia dengan sejumlah mitra. ”Perjanjian perdagangan itu berkaitan erat dengan strategi mengembangkan UMKM,” kata Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga.
Perjanjian perdagangan, lanjutnya, memberikan daya tarik bagi eksportir UMKM karena terdapat fasilitas bebas bea pada sejumlah pos tarif barang. Contohnya, UMKM dapat memanfaatkan Perjanjian Tarif Preferensial Indonesia-Mozambik (IM-PTA) untuk menembus pasar Mozambik yang juga menjadi hub ke negara-negara terdekatnya seperti Afrika Selatan, serta mengoptimalkan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA).
UMKM dapat memanfaatkan Perjanjian Tarif Preferensial Indonesia-Mozambik (IM-PTA) untuk menembus pasar Mozambik yang juga menjadi hub ke negara-negara terdekatnya seperti Afrika Selatan, serta mengoptimalkan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA).
Tokopedia bekerja sama dengan Migrant Care di sektor pemasaran produk-produk wirausaha kelompok perempuan mantan pekerja migran. Kerja sama ini diharapkan dapat memperluas pangsa pasar mereka sehingga lebih berdaya saing.
Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo, Senin, mengemukakan, selama ini perempuan mantan pekerja migran berdaya dengan adanya inisiatif Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi). Mereka saling berkelompok di desa masing-masing untuk menjadi wirausaha dan membuat berbagai produk, mulai dari kerajinan hingga kuliner.
Ketika terjadi pandemi Covid-19, inisiatif Desbumi kesulitan bertahan. Ada sebagian yang berusaha banting setir untuk memproduksi masker hingga baju hazmat, tetapi hal itu tidak sepenuhnya menolong para mantan pekerja migran.
”Kerja sama dengan Tokopedia diharapkan membuat usaha mantan pekerja migran lebih berkelanjutan dan tangguh di tengah krisis pandemi,” katanya dalam peluncuran Program Pemberdayaan UKM Perempuan Purna Migran bersama Migrant Care dan Tokopedia secara virtual.
Direktur Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Tokopedia Astri Wahyuni menuturkan, Tokopedia mendukung 237 perempuan mantan pekerja migran dengan serangkaian pelatihan dan inkubasi produk ke dalam ekosistem digital. Pelatihan dipusatkan untuk mengembangkan komunitas usaha yang lebih berdaya saing dan mendorong kegiatan produksi usaha skala mikro.
”Dukungan itu ditujukan untuk tiga desa di Wonosobo, Jawa Tengah, empat desa di Banyuwangi dan dua desa di Jember, Jawa Timur, serta satu desa di Indramayu, Jawa Barat,” tuturnya.
Penjaga stan memandu salah satu pembeli memindai QRIS di salah satu stan UMKM di Pekan Kerajinan Jabar (PKJB) dan Karya Kreatif Jabar (KKJB), Trans Studio Mall, Bandung, Sabtu (3/4/2021). Kegiatan ini mengikutsertakan 14.500 UMKM unggulan Jabar.
Di sektor pembiayaan, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi mengatakan, Bank Mandiri berkomitmen mendukung pengembangan sektor UMKM sebagai salah satu sektor penopang pertumbuhan nasional dan bisnis perseroan. ”Salah satu komitmen konkret Bank Mandiri adalah memberikan suku bunga kredit 6 persen per tahun, termasuk untuk UMKM,” ujarnya dalam pertemuan secara daring dengan pimpinan redaksi media massa di Indonesia, Senin petang.
Menurut Darmawan, hampir seluruh perbankan nasional saat ini memberikan perhatian yang besar pada UMKM. Bisnis utama Bank Mandiri sebenarnya wholesale banking sehingga UMKM yang akan menjadi perhatian bank itu adalah yang terkait korporasi atau UMKM binaan korporasi. Dengan demikian, akan terjadi perbedaan perhatian antara Bank Mandiri dan perbankan yang lain, termasuk bank nasional anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara).
Himbara, lanjutnya, tak pernah membagi wilayah atau kelompok UMKM yang menjadi sasaran dari bank-bank anggotanya. Bank Mandiri tentu saja tetap mempertahankan keunggulannya sebagai wholesale banking. Bank yang memfokuskan pasarnya pada korporasi. Namun, dengan peningkatan layanan pada segmen tertentu, termasuk UMKM dan daerah tertentu, pertumbuhan Bank Mandiri bisa semakin ditingkatkan. (DIV/CAS/TRA)