Belasan Perguruan Tinggi Bergabung dalam Platform Layanan Pendidikan Daring
Indonesia Cyber Security (ICE) Institute menggandeng belasan perguruan tinggi untuk menggelar kuliah daring. Semua orang dapat mengakses mata kuliah dari kampus-kampus yang tersedia.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Sebanyak 14 perguruan tinggi negeri dan swasta bergabung dengan Indonesia Cyber Education atau ICE Institute untuk mendukung program Kampus Merdeka. Hal itu sebagai bagian dari upaya pemerataan akses terhadap layanan pendidikan.
ICE Institute merupakan lembaga pembelajaran daring yang diresmikan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada November 2019. ICE Institute diibaratkan pasar daring (marketplace) pendidikan. Publik dapat memilih dan mengikuti mata kuliah daring yang disediakan oleh kampus yang bermitra dengan ICE Institute.
Perguruan tinggi yang dimaksud antara lain Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, IPB University, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Diponegoro, Universitas Padjadjaran, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Sebelas Maret, Universitas Pradita, Universitas Pelita Harapan, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, dan Universitas Bina Nusantara.
Perkuliahan daring ini bisa diakses di laman ice.ut.ac.id. ICE Institute dikelola oleh Universitas Terbuka di Tangerang Selatan, Banten.
Kepala ICE Institute Paulina Pannen, Kamis (6/5/2021), di Tangerang Selatan mengatakan, ini merupakan bagian dari upaya mendukung program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka yang diluncurkan pemerintah. Berdasarkan kebijakan Kampus Merdeka, mahasiswa berhak mengambil satuan kredit semester (SKS) paling lama dua semester atau setara 40 SKS di kampus berbeda. Mahasiswa juga bisa mengambil 20 SKS program studi lain di kampusnya saat ini.
”Perkuliahan akan mulai pada tahun ajaran baru tahun ini. Mahasiswa yang mengikuti kuliah akan dicatat oleh kami dan diberi sertifikat kelulusan mata kuliah,” kata Paulina.
Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Nizam, akses pendidikan tinggi berkualitas menjadi terbuka. Masyarakat di mana pun dapat mengakses pendidikan selama memiliki akses internet.
Perkuliahan akan mulai pada tahun ajaran baru tahun ini. Mahasiswa yang mengikuti kuliah akan dicatat oleh kami dan diberi sertifikat kelulusan mata kuliah.
Mahasiswa bisa belajar materi dari institusi dan pendidik kompeten. Dosen di daerah diharapkan jadi mempunyai kesempatan mengembangkan diri. Lebih jauh, kualitas pendidikan di daerah diharapkan naik.
”Semangatnya adalah gotong royong untuk mengakses sumber (pendidikan) terbaik. Kami harapkan ini bisa mengangkat kualitas pelayanan pendidikan secara merata. Semoga jadi momentum untuk mengakselerasi SDM unggul,” ucap Nizam.
Menurut Rektor Universitas Terbuka Ojat Dorajat, keterbatasan akses pendidikan tinggi akibat masalah ekonomi dan geografis kini bisa dijembatani. Ia berharap semakin banyak orang dapat mengenyam pendidikan tinggi.
Paulina menjelaskan, semua mata kuliah di ICE bisa diakses tanpa biaya selama tiga tahun ke depan. Setiap kampus mitra akan menyediakan 10 mata kuliah. Hingga kini ada 120 mata kuliah yang disiapkan.
Adapun kerja sama dengan perguruan tinggi lainnya terbuka lebar. Salah satu syaratnya, perguruan tinggi tersebut harus terdaftar di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kemendikbud Ristek. Kampus dan mata kuliah yang diajukan kemudian dikurasi.
”Saat ini kami akan menggandeng lebih banyak mitra dulu. Di tahap awal ini ada 10 mata kuliah yang disiapkan setiap kampus. Nanti akan berkembang,” kata Paulina.
Wakil Rektor Bidang Akademik IPB University Drajat Martianto mengatakan, IPB masih memilah 10 mata kuliah yang akan diajarkan. Sebelumnya, melalui platform lain, IPB sudah membuka akses ke sejumlah mata kuliah, seperti ilmu perikanan, kehutanan, dan kelautan.