Bimbel Berusaha Bertahan di Tengah Pandemi yang Tak Kunjung Usai
Ruang kelas bimbingan belajar nyaris sunyi karena siswanya berkurang cukup banyak di tengah ketidakpastian pandemi Covid-19 ini.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 setahun terakhir ini telah menyisihkan kelas bimbingan belajar atau bimbel. Ruang-ruang kelasnya nyaris sunyi karena jumlah siswa berkurang drastis. Meski pandemi tak kunjung usai, lembaga bimbel tak patah arang melakukan berbagai daya dan upaya supaya bimbingan tetap berjalan.
Bimbel Nurul Fikri di Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (25/3/2021), tampak lengang. Halaman parkir dari gedung tiga lantai ini hanya terisi oleh enam sepeda motor dan satu mobil.
Muhamad Muamar, salah satu staf Bimbel Nurul Fikri, menyambut tujuh siswa bimbel di lantai satu. Ia mengukur suhu tubuh mereka satu per satu sebelum memberikan antiseptik dan mengisi daftar hadir serta asesmen risiko.
Muamar kemudian melakukan asesmen risiko terhadap para siswa yang hadir di kelas. Asesmen itu terdiri dari bagaimana perjalanan siswa menuju lokasi bimbel, punya penyakit bawaan atau tidak, kondisi kesehatan saat ini, dan riwayat kontak dengan orang yang positif Covid-19.
”Mulanya kami terapkan belajar daring secara penuh selama dua bulan awal (pandemi) Covid-19. Setelah itu, kami berlakukan belajar daring dengan porsi lebih besar dan tatap muka (dengan porsi lebih kecil),” ujar Muamar.
Kelas tatap muka berlangsung dengan protokol kesehatan ketat. Jumlah siswa dibatasi maksimal 10 orang dari daya tampung 25 orang per kelas dan hanya tiga kali dalam sepekan. Itu pun durasinya berkurang dari tiga jam menjadi dua jam dalam setiap pertemuan.
Muamar memastikan kalau pemberlakuan kelas tatap muka sudah seizin orangtua siswa dan gugus tugas Covid-19 tingkat kelurahan. Gugus tugas pun secara berkala datang untuk mengecek protokol kesehatan.
Muamar tak menampik kalau pandemi menyebabkan jumlah siswa baru yang mendaftar turun drastis. Jika biasanya kedatangan 400 siswa baru saat tahun ajaran baru, semenjak pandemi hanya ada 100 siswa baru yang mendaftar.
Muamar tak menampik kalau pandemi menyebabkan jumlah siswa baru yang mendaftar turun drastis. Jika biasanya kedatangan 400 siswa baru saat tahun ajaran baru, semenjak pandemi hanya ada 100 siswa baru yang mendaftar.
Manajemen menghadapi situasi ini dengan menawarkan cicilan sebanyak tujuh kali untuk siswa lama dan baru di tahun ajaran baru. Juga memberi potongan harga 30 persen bagi siswa baru.
Bimbel Prosus Inten di Kemanggisan, Jakarta Barat, juga lengang. Tidak ada kendaraan terparkir di halamannya. Hanya ada staf yang masuk dengan sistem sif dan petugas kebersihan.
Salah satu staf di tempat bimbel itu menyebutkan bahwa semua kelas berlangsung daring sejak tahun lalu. Aktivitas di kantor cabang hanya untuk kepentingan administrasi, seperti pendaftaran, dan pembayaran paket bimbel.
Pilihan ketiga
Manajemen bimbel memperkirakan bahwa orangtua memprioritaskan kebutuhan sehari-hari ketimbang bimbel di situasi pandemi Covid-19 ini. Tak pelak siswa bimbel berkurang drastis.
Adi Mustika, Manajer Area Primagama Jakarta, menyampaikan, diperkirakan keuangan orangtua siswa mengalami dampak perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Akibatnya, banyak orangtua tak mampu membiayai anaknya mengikuti bimbel sehingga jumlah siswa bimbel pun menurun di setiap cabang yang ada di Jakarta.
”Banyak orangtua siswa dari segi ekonomi menurun karena dirumahkan, kena pemotongan gaji, dan lainnya. Mereka memprioritaskan kebutuhan pokok, bukan bimbel yang masuk kebutuhan tersier,” ucap Adi.
Saat ini, jumlah siswa di setiap cabang Primagama Jakarta berkisar 50-75 orang. Padahal dalam kondisi normal, jumlah siswa per cabang bisa mencapai 150 orang.
Adi mengatakan, Primagama Jakarta memberlakukan kelas daring dan kelas tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat. Kelas tatap muka hanya berlangsung dua kali dalam sepekan dari biasanya tiga kali. Jumlah siswa di setiap kelas pun maksimal tujuh orang dari daya tampung 15 orang.
Untuk kelas tatap muka, Primagama Jakarta tidak mewajibkan siswa mengikutinya. Mereka boleh mengikuti kelas tatap muka kalau mengantongi surat persetujuan dari orangtua dan sanggup menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
”Kami disksusi dan rapat dengan orangtua tentang kelas tatap muka. Keputusannya boleh (tatap muka) asalkan ada persetujuan dan protokol kesehatan ketat,” katanya.
Selama pandemi Covid-19 ini, kata Adi, Primagama mengoptimalkan e-Learning Manajemen System yang sudah ada sejak 2015. Sistem yang digunakan untuk latihan soal-soal ujian ini dioptimalkan dengan tambahan buku elektronik dan video berisi materi pelajaran.
Sebelumnya, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 sempat membahas tentang bimbel dalam diskusi daring tentang disrupsi bisnis pendidikan menghadapi pandemi Covid-19 pada 15 September 2020.
Dalam diskusi yang disiarkan melalui Youtube Badan Nasional Penanggulan Bencana, Bayu Rheksa Nugraha, Direktur Utama Ghanesa Group, menyebutkan bahwa belajar daring membuat bimbel tak optimal dalam sosialisasi dan promosi kepada siswa saat tahun ajaran baru.
”Sosialisasi dan promosi tak berjalan karena sekolah tutup. Dampaknya terjadi penurunan jumlah murid yang signifikan,” ucap Bayu.
Ghanesa Group pun membuat terobosan dengan program kewirausahaan. Mereka menyasar karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja, mahasiswa, dan ibu rumah tangga. Kepada mereka diberikan program pelatihan seperti membuat aneka kue dan roti dan menjadi barista.