Di tengah kesusahan orang membeli makanan, Aditya Prayoga membuka Rumah Makan Gratis bagi siapa saja yang membutuhkan.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·5 menit baca
Berawal dari hanya 20 porsi makanan per hari, Aditya Prayoga (31) kini bisa membagikan ribuan porsi makanan setiap hari kepada warga yang membutuhkan. Keterbatasan ekonomi tidak membuat Aditya putus bersedekah. Kini, ia memiliki enam Rumah Makan Gratis yang tersebar di Bogor, Depok, Bekasi, dan Jakarta.
Mulanya, Aditya membuka Rumah Makan Gratis (RMG) di rumah kontrakannya di Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 2 September 2016. Bersama istrinya, ia mengandalkan uang pribadi untuk menyediakan makanan gratis bagi warga sekitar.
”Dulu masak sendiri bersama istri untuk berbagi.Alhamdulillah sekarang sudah memiliki total 40 karyawan. Setiap hari kami membuat menu yang berbeda-beda,” ujarnya, Rabu (20/9/2023), di Cipayung, Jakarta Timur.
Saat ini, ada enam RMG yang ia kelola. Cabang tersebut tersebar di Ciangsana (Kabupaten Bogor), Cilangkap (Jakarta Timur), Pasar Minggu (Jakarta Selatan), Duren Tiga (Jakarta Selatan), Depok, dan Jatisampurna (Bekasi). Enam rumah makan ini mencegah ribuan orang kurang mampu kelaparan setiap harinya.
Antrean warga terlihat mengular di depan kediaman Aditya di Jalan Cilangkap Baru, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (20/9/2023). Aktivitas itu sudah menjadi pemandangan sehari-hari saat jam menunjukkan pukul 12.00.
Siapa pun boleh datang ke RMG. Siang itu, pengemudi ojek daring, pengepul sampah plastik, pedagang keliling, sopir angkutan umum, dan anak-anak yang baru pulang sekolah turut berbaur dalam antrean. Menu siang itu yang ditawarkan adalah sayur asam, tempe goreng, dan ikan tongkol balado.
Satu per satu warga maju ke meja hidangan. Mereka mengambil piring yang dilapisi kertas coklat tahan air. Beberapa dari mereka membawa kotak bekal yang sudah disiapkan dari rumah.
Mereka tinggal mengambil piring yang tersedia, lalu menunjuk hidangan yang sudah ditata dalam konsep prasmanan. Para pekerja akan membantu mengambilkan untuk mereka. Jika merasa kurang, warga boleh menambah atau membungkus makanan untuk dibawa pulang.
Tidak banyak kursi yang tersedia di sana. Kebanyakan dari mereka duduk lesehan di lantai yang cukup luas dengan naungan tenda.
Saya ingin para penerima makanan gratis kelak bisa lebih baik hidupnya dan turut menjadi orang yang rajin bersedekah untuk menolong sesama.
Aditya mengatakan, setiap cabang RMG menyediakan 300 porsi makanan per hari. Tidak sampai satu jam, biasanya jumlah itu langsung ludes tak bersisa. Ia membuka RMG setiap jam makan siang, yakni pukul 12.00, hingga makanan habis.
Setiap cabang RMG bisa menghabiskan sekitar 35 kilogram beras per hari. Menu yang disiapkan juga berbeda setiap hari. Bahkan, jika sedang ada bahannya, mereka akan menyuguhkan udang, kepiting, dan daging sapi. Menu yang terbilang mewah bagi warga yang datang.
Tidak hanya warga sekitar yang datang ke tempatnya. Warga dari Blok M hingga Senen turut mengisi antrean. Muce (65) adalah salah satu pelanggan rumah makan gratis di Cilangkap sejak dua tahun lalu. Ia rela hampir setiap hari datang dari Senen, Jakarta Pusat, ke Cilangkap, Jakarta Timur, menggunakan Mikrotrans demi seporsi nasi gratis.
Selain membagikan makanan di rumah makannya, Aditya juga berbagi secara keliling menggunakan mobil setiap hari. Tim yang ditugasi biasanya mengelilingi wilayah Jakarta yang padat penduduk, seperti ke sekitar Stasiun Pasar Minggu, Stasiun Gambir, dan Stasiun Duren Kalibata. Jika sedang banyak rezeki, ia bisa membagikan sekitar 1.000 porsi sehari.
Sasaran utama rumah makan ini adalah masyarakat menengah ke bawah. Meskipun begitu, orang-orang mampu juga akan tetap dilayani jika ingin datang. ”Saya ingin para penerima makanan gratis kelak bisa lebih baik hidupnya dan turut menjadi orang yang rajin bersedekah untuk menolong sesama,” ujar Aditya.
Aksi yang dilakukan Aditya pun menggerakkan hati banyak orang untuk turut menyumbang uang atau bahan pangan. Tidak semua latar belakang penyumbang dia tahu. Akan tetapi, ia bersyukur karena RMG menginspirasi banyak orang untuk berbuat kebaikan.
Dalam kesehariannya, Aditya juga bekerja. Semenjak RMG pertama dibuka, banyak rezeki datang menghampirinya. Aditya dipercaya mengemban jabatan strategis di suatu perusahaan serta dapat membuka sejumlah usaha. Selain membuka usaha, ia juga membantu teman-temannya untuk membuat video promosi.
Aditya menceritakan, usahanya membuka RMG tidaklah mudah. Berbekal ijazah SD, Aditya dan istrinya nekat merantau dari Palembang, Sumatera Selatan, ke Bogor pada 2016. Bahkan, ia pernah tidur di kolong jembatan, stasiun, halte, dan masjid. Awal menjadi anak rantau, Aditya menjalani hidup dengan cara berjualan koran dan menjadi tukang parkir.
Kisah keberadaan RMG diawali pertemuan Aditya dengan seorang nenek di depan masjid. Saat itu, sang nenek sedang memulung dengan berjalan terseok-seok.
Nenek itu tinggal sebatang kara di rumahnya yang kotor tanpa ada keluarga yang merawatnya. Karena prihatin, Aditya beserta istrinya merawat dan membersihkan rumah nenek tersebut.
Mereka membantu sang nenek semampunya karena kondisi keuangan yang terbatas. Sampai suatu saat, sang nenek itu mendoakan mereka berbagai hal baik.
Aditya dan istri merawat sang nenek hingga sang nenek meninggal. Setelah nenek itu meninggal, Aditya merasakan banyak kemudahan dalam usahanya. Saat itu, ia tengah berdagang murottal Al Quran. Dagangannya banyak dipesan orang, bahkan ada yang memesan sampai ratusan unit.
Dari situlah akhirnya Aditya dan istri mendirikan RMG di Ciangsana, Bogor. Seiring dengan berjalannya waktu, doa dari nenek itu satu per satu terwujud. RMG bahkan sudah didatangi Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono. Keinginan Aditya untuk mempunyai rumah, mobil, dan bisa melaksanakan ibadah umrah juga terpenuhi.
Setelah membangun RMG, Aditya juga ingin membangun sekolah gratis di Cibubur, tepat di sebelah masjid yang saat ini tengah dalam proses pembangunan. Tujuannya tak lain untuk mencerdaskan anak bangsa.
”Selain makan gratis, mereka juga bisa mendapatkan sekolah gratis. Saya ingin meringankan beban masyarakat. Harapan terbesar saya, jangan sampai Rumah Makan Gratis ini tutup,” kata Aditya.