Papa Talulla, Sekantong Trombosit untuk Pasien Kanker
Kepergian sang buah hati karena leukemia menyadarkan Zulyan Jalal Kotahatuhaha bahwa hidup bukan hanya tentang diri sendiri. Ada orang lain di luar sana yang membutuhkan dukungan melalui sekantong trombosit.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·5 menit baca
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Zulyan Jalal Kotahatuhaha
Tujuh tahun ini Zulyan Jalal Kotahatuhaha (50) rutin menyambangi Rumah Sakit Kanker Dharmais di Jakarta Barat. Dalam setiap kunjungan, dia menghabiskan waktu dua sampai lima jam di unit transfusi darah, poliklinik anak, dan ruang rawat inap anak. Semua demi dukungan untuk para pasien kanker.
Jumat (15/9/2023) siang, Zulyan yang kerap disapa Papa Talulla tengah berbincang dengan seorang dokter perihal kebutuhan donor aferesis atau donor trombosit. Di laman Palang Merah Indonesia Jakarta, https://utdpmidkijakarta.or.id/faq/donor-trombosit, disebutkan, donor trombosit sangat diperlukan oleh pasien yang terganggu sistem pembekuan darahnya karena sering mendapat pengobatan dengan radiasi, kemoterapi, atau cangkok stemsel, leukemia, kanker, kelainan darah, dan demam berdarah dengue (DBD).
Dari perbincangan itu, Zulyan kemudian meneruskan informasi ke grup pesan percakapan Yayasan Laskar Aferesis Berbagi, lembaga yang terdiri dari donor sukarela dan penjaring donor trombosit. ”Awalnya saya menemani anak saya yang sakit leukemia. Walau dia sudah enggak ada, saya tetap ke sini untuk donor trombosit, mencari pendonor sukarela, berbagi pengalaman, serta dukungan moril kepada keluarga dan pasien kanker,” ungkap Zulyan menuturkan kisahnya.
Titik balik kehidupan Zulyan bermula dari tahun 2016 tatkala buah hatinya, Talulla Naura Jannah, dinyatakan mengidap leukemia. Gadis lincah itu awalnya mengalami demam tinggi. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan, jumlah trombositnya 12.000 per mikroliter, jauh dari batas normal 150.000-450.000 per mikroliter.
Dokter pun meminta Zulyan dan istrinya, Neneng Ellyarti, membawa Talulla ke rumah sakit yang memiliki fasilitas hematologi atau pemeriksaan darah. Suami istri ini sempat cukup kesulitan karena beberapa rumah sakit yang didatangi tak punya fasilitas memadai. Pemeriksaan leukemia phenotyping, yaitu pemeriksaan yang direkomendasikan WHO untuk diagnosis leukemia akut, akhirnya berlangsung di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi.
Dari situ Talulla dirujuk ke Rumah Sakit Kanker Dharmais. Dokter menyatakan, dia mengidap leukemia mieloblastik akut, yaitu kanker darah yang mengakibatkan sumsum tulang tidak dapat menghasilkan sel darah putih jenis mieloid yang matang.
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Zulyan Jalal Kotahatuhaha
Donor trombosit
Zulyan dan istri tersentak. Mereka tidak tahu apa-apa soal kanker. Apalagi Talulla harus menjalani serangkaian terapi dan membutuhkan donor trombosit.
Agar bisa fokus mendampingi perawatan anak bungsunya itu, Zulyan kemudian memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai kontraktor. Beban keluarga lumayan berkurang karena 90 persen biaya ditanggung BPJS Kesehatan dan bantuan dari beberapa yayasan kanker anak.
”(Sebelumnya) donor darah tahunya (darah) merah saja. Ternyata pasien kanker butuh donor trombosit. Alhamdulillah golongan darah kami sama, ibunya juga, jadi bisa donor. Tetapi, saya lihat pasien anak lain kesulitan. Stoknya jauh sekali dari kebutuhan,” katanya.
Seiring terapi yang dijalani Talulla, Zulyan berinisiatif mencari donor sukarela dari Facebook. Dia berkomunikasi, menemui, dan menjelaskan tentang donor trombosit serta mendampingi donor agar tak risau.
Kebanyakan calon donor belum karib dengan donor trombosit. Mereka masih khawatir dengan prosedur pengambilan trombosit, seperti cuci darah dan sterilisasi peralatan donor.
”Saya yakinkan semuanya aman. Setelah beres, terima kasih, saya minta mereka ajak saudara atau kenalan untuk donor trombosit,” ujar warga Cipinang, Jakarta Timur, itu.
Pergumulan Zulyan itu berbuah manis. Dia berhasil menjaring lebih dari 100 donor sukarela hingga akhir tahun 2017. Semuanya tergabung dalam grup pesan percakapan Whatsapp.
Namun, pada saat yang sama, Tallula kembali sakit dan menjalani serangkaian perawatan. Puncaknya, Tallula mengembuskan napas terakhir pada Mei 2018 di usia 12 tahun.
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Zulyan Jalal Kotahatuhaha
Laskar Aferesis
Kepergian buah hati tak menyurutkan langkah Zulyan. Dia terus mendonor trombosit sekaligus menjaring para donor.
Anggota grup pesan percakapan yang digagasnya pun satu suara membentuk komunitas donor trombosit, Apheresis Squad. Jumlah anggotanya terus tumbuh hingga awal tahun 2019 berkembang menjadi Yayasan Laskar Aferesis Berbagi dengan 700 anggota.
Yayasan Laskar Aferesis Berbagi menjalin kerja sama dengan Rumah Sakit Kanker Dharmais, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, dan Rumah Sakit Umum Pusat Kariadi. Kerja sama itu berperan sebagai donor sukarela dan mencari para donor.
Dalam sebulan, RS Kanker Dharmais, misalnya, membutuhkan sampai 500 kantong trombosit. Setiap donor biasanya mendonorkan 1 kantong berisi trombosit 300 cc.
Yayasan Laskar Aferesis Berbagi mencatat telah mendonorkan 875 kantong trombosit pada 2018. Jumlahnya terus naik menjadi 1.685 kantong pada 2019, 2.853 kantong tahun 2020, 3.285 kantong tahun 2021, dan 3.808 kantong tahun 2022.
”Kami berjejaring untuk memenuhi kebutuhan trombosit. Banyak orang baik di luar yang mau membantu. Tinggal bagaimana mengajak orang-orang bergabung,” ucapnya.
Kerja kerasnya itu membuat Zulyan dinominasikan sebagai tokoh inspiratif Kick Andy Heroes 2023. Zulyan dianggap sebagai tokoh yang tanpa pamrih memberikan sumbangsih besar bagi masyarakat.
Ketika memikirkan hikmah dari perjalanan hidup tujuh tahun terakhir, matanya berkaca-kaca. Dulu, dia merasa lebih banyak memikirkan diri sendiri. Padahal, hidup tak cuma sendiri. Ada orang lain di sekitar yang membutuhkan bantuan.
”Jangan kayak saya, kejadian dulu baru sadar. Kalau enggak kejadian Talulla, ya, enggak kepikiran,” ujar ayah dari dua anak ini.
Satu harapan Zulyan, kian banyak orang mendonorkan trombosit dan darah lainnya. Jangan sampai, ketika ada yang membutuhkan, baru mereka sadar betapa penting dan mulianya donor darah.
Zulyan Jalal Kotahatuhaha
Lahir : Ternate, Maluku Utara, 22 Januari 1973
Pendidikan : D-3 Teknik Komputer STMIK Gunadarma (Kini Universitas Gunadarma)