Beiby Sumanti, Menemani Kaum Papa, dari Bantargebang ke Istana
Beiby Sumanti tak kapok menerima banyak perantau meski kehilangan berkali-kali tak terelakkan. Ia juga mengajak mantan preman sampai pembunuh menekuni kolintang.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F16%2Fc79b489a-3779-43bf-917e-9bb45c8b9ce8_jpg.jpg)
Beiby Sumanti
Beiby Sumanti (63) mendekap anak-anak muda untuk menggeluti kolintang dengan berhimpun di Sanggar Bapontar. Ketimbang keluyuran, mabuk-mabukan, atau menjadi kriminalis, mereka mengenyam penghidupan yang bukan ecek-ecek. Para perantau yang hendak mengadu nasib pun diterima dengan tangan terbuka.
Di sela sore yang cerah, enam musisi memeriahkan Waduk Pluit, Jakarta, dengan harmonisasi kolintangnya. Saat mentari yang beranjak tenggelam memancarkan semburat jingga begitu teduh di ufuk barat, mereka mengajak kerumunan pengunjung untuk turut berdendang.
Sekitar 10 lagu mengalun, seperti ”Sipatokaan”, ”Ampar-ampar Pisang”, ”Soleram”, ”Paku Gelang”, ”Nona Manis”, dan ”Sinanggar Tulo”. Selama hampir 1,5 jam sejak pukul 16.30, mereka juga melantunkan lagu-lagu kekinian semacam ”Ojo Dibandingke”, ”Kopi Dangdut”, dan ”Pergilah Kasih”.
Beiby tampak mengawasi sambil meladeni warga yang bertanya penasaran dengan keelokan musik asal Sulawesi Utara tersebut. ”Mana yang mau belajar? Foto dulu, yuk,” katanya disambut sekitar 10 anak yang mengacungkan tangan dengan semangat lalu berbaris rapi, Minggu (10/9/2023).
Beiby menaungi pemain kolintang, berikut penyanyinya dan penari kabasaran. Bersama pengurus-pengurus sanggar, totalnya mencapai lebih dari 100 orang. Bapontar tengah bersiap tampil di hadapan tamu-tamu Discover North Sulawesi di Hotel Borobudur, Jakarta, pekan selanjutnya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F16%2Fe852987a-39bf-4c1e-aba4-ff344879c963_jpg.jpg)
Sejumlah pemain kolintang yang tergabung dalam Sanggar Bapontar menghibur para pengunjung Waduk Pluit, Jakarta, Minggu (10/9/2023).
Mereka juga menggelar pertunjukan saat pembukaan Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN di Hotel Mulia, Jakarta, akhir Agustus 2023. Bapontar sudah unjuk gigi kian kemari tak hanya di gedung megah, tetapi juga hunian kaum papa, bahkan di mana bau busuk menyergap sampai jauh.
Mereka, di antaranya, beraksi di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, tahun 2012. Meski harus memboyong genset dan menahan mual, Beiby dan enam musisi tak kurang gembiranya menyaksikan para pemulung ikut bernyanyi.
”Pulangnya, saya malah tekor. Saya disodori bon Rp 200.000 atau Rp 300.000 begitu, sama pemilik warung,” tuturnya. Rupanya, pemulung-pemulung mengambil makanan, rokok, dan minuman, tetapi entah mengapa mereka mengira Beiby mentraktirnya. Bukannya jengkel, ia malah tertawa-tawa.
Bapontar pun sejenak menghalau gundah warga yang tinggal di kolong Jembatan Karet dan Jatibaru, Jakarta. Demikian pula dengan pedagang sayur di Pasar Induk Kramatjati, porter di Stasiun Gambir dan Terminal Kampung Rambutan, hingga penjual ikan di Muara Angke yang terhibur.
”Biar saja kalau belum bisa menarik peserta untuk belajar kolintang, tapi saya senang. Kepuasan karena seenggaknya kolintang lebih dikenal,” ucapnya. Dari Bantargebang ke Istana, Bapontar juga menyajikan aktraksinya di hadapan sejumlah kepala negara.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F16%2F26aae100-2c77-4264-bc9e-afa364f01310_jpg.jpg)
Seorang anak mencoba bermain kolintang di Waduk Pluit, Jakarta, Minggu (10/9/2023).
Perdana Menteri India Narendra Modi yang melawat pada tahun 2018, umpamanya, tak segan menerabas batas-batas protokoler. Begitu kagumnya dengan lagu yang dibawakan, ia pun beranjak untuk bersalaman dan berfoto hingga tak ayal menimbulkan kehebohan Bapontar.
Saking girangnya, beberapa penampil sampai nyaris pingsan mencecap asam garam paling mengesankan itu selama Bapontar berdiri. ”Padahal, tinggal tiga hari sebelum tampil, dari New Delhi minta lagu India tahun 1951. Dicari-cari lewat Youtube. Penyanyinya sampai mau nangis,” ujar Beiby sembari tergelak.
Ratu Denmark Margrethe II bersama Pangeran Consort Henrik yang singgah, tahun 2015, tak kalah terpesona hingga menitipkan memo bertuliskan tangan. ”Mereka sampai berhenti makan malam sebentar. Bapontar juga pernah mengiringi kunjungan Presiden Perancis,” katanya.
Mantan preman
Welas asih Beiby bermula pada tahun 1984. Seraya bekerja di perusahaan importir mainan, ia membuka rumah singgah di Bendungan Hilir, Jakarta. ”Enggak pernah terkunci 24 jam. Selesai tahun 2000 soalnya mengontrak. Saya bikin lokasi baru, tahun 1989, yang ditempati sampai sekarang,” tuturnya.
Lahan di Kuningan itu dipinjamkan pengusaha ternama Ciputra, yang senantiasa senang menyaksikan tenggang rasa. Beiby tak lantas terus-menerus menadahkan tangan agar upayanya berkelanjutan. Ia membuka empat kantin yang menyediakan masakan Manado sekaligus lapangan kerja untuk para perantau.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F16%2F1686f374-29b4-48cd-bd9c-bcd8816bb4b3_jpg.jpg)
Karyawan Warung Lesa-lesa melayani konsumen di Tokopedia Tower, Jakarta, Selasa (12/9/2023). Usaha yang didirikan Beiby Sumanti itu menyediakan masakan Manado.
”Jumlahnya saya enggak hitung, tapi sudah ratusan orang yang datang dan pergi. Saya enggak mau memandang SARA,” ucapnya. Mantan preman, perampok, bahkan pembunuh pun dirangkul Beiby. Ia mengulurkan tangannya pula untuk remaja tanggung yang hanya kongko-kongko.
”Dulu, masih sepi. Banyak anak cuma nongkrong saya ajak gabung. Tahun 2001, saya didatangi pelatih sekaligus perajin yang menawarkan untuk membuatkan kolintang,” ujarnya. Koki-koki diajari bermusik hingga Beiby mendirikan sanggar, setahun berselang.
Pemain-pemain kolintang menghidupi keluarganya dengan mengajar diselingi konser. Setiap melatih, honornya bisa mencapai Rp 500.000. ”Kalau sehari bisa melatih tiga grup, penghasilannya besar juga. Ada yang mengajar sekali setiap hari. Paling sepi, sekali seminggu,” tuturnya.
Mereka yang hendak menambah keterampilan dikursuskan, mulai montir, komputer, hingga disjoki. Ia pernah kedatangan kerabat dari Manado dengan kapal walau belum lama melahirkan. Beiby rela menunda rehat seusai berkantor dengan mampir ke toko untuk membeli susu dan makanan bayi.
Kenyang kecurian
Ia juga menyekolahkan anak-anak asuhnya. Beberapa binaan Beiby menuntaskan kuliahnya, bahkan sampai menempuh S-2. Setelah bekerja selama delapan tahun dengan karier moncer hingga 1994, kegelisahan perempuan yang hobi jalan-jalan itu memuncak.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F16%2F62e45a4f-ae86-4c32-a11f-37b4529c2786_jpg.jpg)
Beiby Sumanti mendampingi anak-anak yang belajar bermain kolintang di Waduk Pluit, Jakarta, Minggu (10/9/2023).
Ia mengundurkan diri dari jabatan sebagai kepala layanan konsumen perusahaan properti bonafide untuk memenuhi panggilan sosialnya. ”Waktu mengurus penjualan, hasilnya selalu tinggi sampai saya dapat dua penghargaan dari perusahaan, tapi sanggar sudah padat,” ujarnya.
Begitu banyak petandang yang mampir hingga ia tak bisa mengelakkan kehilangan berulang kali. Sang suami yang hobi memotret sampai mengambil kursus fotografer profesional, misalnya pernah kecolongan kamera. Beiby lupa harga perangkat tersebut.
”Kamera bagus, jadi mahal. Hilang di kamar lagi olahraga, tahun 1992 atau 1993. Suami sakit hati sampai ganti hobi jadi piara ayam dan burung. Tanam kaktus juga,” katanya. Beiby juga sudah kenyang kecurian, dibohongi, dan ditipu, tetapi menganggapnya konsekuensi yang harus diatasi.
Saling sirik, minder, dan pikiran negatif tak jarang mengungkungi penghuni sanggar hingga Beiby mesti bertindak selaku psikolog. ”Enggak ada anak emas, pungut, atau tiri. Tantangan memang berat, tapi harus diatasi dan saya menyukainya. Saya berprinsip, kalau sudah menolong orang, ikhlaskan,” tutur ibu satu anak ini.
Beiby Sumanti
Lahir: 2 Agustus 1960
Pendidikan:
SD Katolik Tondano, Sulawesi Utara
SMP Katolik Tondano, Sulawesi Utara
SMA Katolik Rex Mundi, Manado, Sulawesi Utara
Akademi Akuntansi Bandung
Sekolah Pendidikan Sekretaris Patuha Bandung
Suami: Irwan Rumbayan