Tamar Widadi, Memupuk Literasi di Pelosok Tanggamus
Meski hanya berstatus guru honorer, Tamar Widadi (32) mempunyai mimpi besar akan masa depan anak-anak bangsa. Ia mulai cita-cita besar itu dengan membangun literasi di usia dini.
Oleh
VINA OKTAVIA
·5 menit baca
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Tamar Widadi (32), pendiri Rumah Baca Jalosi Sanak Negeri, di Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Tamar Widadi (32) tidak hanya menjalankan tugasnya sebagai guru di SMAN 1 Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Ia juga mendirikan Rumah Baca Jalosi Sanak Negeri demi memberikan literasi gratis dan ruang belajar bagi anak-anak di pelosok kampung.
Jumat siang biasa digunakan Tamar untuk berkegiatan dengan anak-anak di Pekon (setingkat desa) Air Kubang, Kecamatan Air Naningan, Tanggamus. Di rumah baca itu tersedia lebih dari 1.000 judul buku yang bisa dibaca secara gratis.
Setidaknya, sekitar 30 anak yang sebagian besar siswa sekolah dasar rajin datang untuk membaca buku. Beberapa anak SMP dan SMA juga datang untuk membaca dan belajar bersama.
Bagi anak-anak yang tinggal di pelosok Tanggamus, kehadiran rumah baca yang dirintis Tamar sejak tahun 2015 itu bagaikan oasis. Rumah Baca Jalosi Sanak Negeri itu menjadi satu-satunya ruang literasi di desa itu.
Tak banyak anak yang punya koleksi buku cerita di rumah. Selama ini, anak-anak biasanya membaca buku di perpustakaan sekolah. Namun, koleksi buku terbatas dan lebih banyak buku pelajaran.
Maka, aktivitas membaca buku dan belajar bersama Tamar setiap Jumat menjadi waktu yang selalu dinantikan anak-anak. Saking senangnya, ada beberapa anak yang datang lagi di hari lain. Tamar dengan senang hati membuka pintu rumahnya untuk anak-anak yang ingin membaca buku setiap hari.
Tamar tak sekadar menyediakan fasilitas literasi untuk anak-anak. Dibantu sang istri, Widya Pramita (30), anak-anak di desa juga diajari mewarnai gambar hingga menari. Pasangan suami istri ini memanfaatkan Youtube untuk mengajari anak-anak menari tarian tradisional hingga tari kreasi.
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Anak-anak menari di halaman Rumah Baca Jalosi Sanak Negeri yang berada di Kabupaten Tanggamus, Lampung, Minggu (17/9/2023).
Tari tradisional yang diajarkan antara lain tari Sembah atau tari Sigeh Pengunten yang merupakan tarian tradisional Lampung. Tari itu biasa ditampilkan untuk menyambut tamu dan membuka acara resmi lainnya. Ada penyerahan sekapur sirih dari penari untuk tamu sebagai rasa hormat.
Untuk melatih mental anak-anak, Tamar sengaja mengadakan pementasan di rumahnya pada hari-hari tertentu, misalnya saat peringatan Hari Kartini, Hari Anak, atau peringatan kemerdekaan. Anak-anak tampil dengan di hadapan teman dan orangtuanya. Mereka semakin senang karena diberikan panggung untuk pentas.
Saat ini, sudah banyak anak yang pandai menari. Bahkan, beberapa anak SMP dan SMA bisa menjadi guru tari untuk anak-anak yang lebih kecil. Beberapa anak didik Tamar bahkan sering ditunjuk sebagai penari saat ada kegiatan di desa atau sekolahnya.
Guru honorer
Sehari-hari, Tamar bekerja sebagai guru honorer untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di SMAN 1 Air Naningan. Sepulang mengajar, ia menderes karet di kebun untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Hidup di desa dalam kondisi serba terbatas tak membuat Tamar berhenti menebar manfaat untuk orang-orang di sekelilingnya. Keinginan itulah yang kemudian mendorongnya membuka Rumah Baca Jalosi Sanak Negeri delapan tahun silam.
”Setelah lulus kuliah dan pulang ke kampung halaman, saya ingin membawa ilmu. Saya memutuskan untuk mengajak anak-anak membaca karena itu hal bermanfaat yang bisa saya lakukan saat itu,” kata Tamar.
Rumah baca yang diberi nama Jalosi Sanak Negeri diartikan sebagai sesuatu yang kecil, tapi bermanfaat untuk anak-anak bangsa. Jalosi atau jalusi adalah kata dalam bahasa Jawa yang berarti kisi-kisi atau jendela kecil.
Sementara kata sanak berasal dari bahasa Lampung yang berarti anak-anak. Adapun kata negeri berarti tempat tinggal suatu bangsa atau kampung halaman.
Awalnya, Tamar hanya mempunyai sepuluh buku bacaan yang ia beli dari uang tabungannya. Ia mulai mengajak anak-anak membaca buku di halaman rumahnya pada sore hari. Kebetulan saat itu adalah bulan Ramadhan sehingga anak-anak bisa diajak membaca sambil menunggu waktu berbuka puasa.
Pasang surut mengelola rumah baca selama sewindu juga ia rasakan. Saat pertama merintis taman baca, tak lebih dari sepuluh anak yang ikut kegiatan membaca buku. Kegiatan pun terbatas pada aktivitas membaca, lalu pulang.
Setelah beberapa bulan berjalan, anak-anak mulai bosan karena koleksi buku masih sedikit dan hampir semua sudah pernah dibaca. Jumlah anak yang datang makin sedikit. Bahkan, pernah hanya 1-2 orang anak saja yang bertahan.
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Anak-anak mewarnai di Rumah Baca Jalosi Sanak Negeri yang berada di Kabupaten Tanggamus, Lampung, Minggu (17/9/2023).
Dari situ, Tamar mulai berpikir untuk menyiapkan kegiatan tambahan selain membaca buku. Dengan bantuan mahasiswa yang sedang menjalani kegiatan kuliah kerja nyata di desa itu, anak-anak kemudian diajak mewarnai dan belajar menari. Dari situ, minat anak-anak untuk belajar kembali tumbuh.
Hingga kini, sejumlah komunitas pemerhati literasi dan pendidikan pernah mengunjungi taman baca itu. Mereka memberikan bantuan buku dan mengadakan berbagai kegiatan untuk anak-anak di desa itu.
Konservasi
Rumah Baca Jalosi Sanak Negeri juga menjadi wadah edukasi konservasi untuk anak-anak. Edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan dan satwa liar itu diberikan karena Kecamatan Air Naningan berbatasan langsung dengan Kawasan Hutan Lindung Batutegi.
Dalam memberikan edukasi konservasi untuk anak-anak, Tamar mendapat pendampingan dari Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) dengan penyandang dana utama dari International Animal Rescue (IAR). Lembaga nonprofit yang bergerak di bidang kesejahteraan, perlindungan, dan pelestarian satwa liar itu memberikan buku-buku bacaan tentang satwa, lingkungan dan konservasi untuk anak-anak.
Dalam berbagai kesempatan, tim YIARI yang berkantor di Kecamatan Air Naningan juga mendukung Tamar dalam setiap kegiatan edukasi untuk anak-anak. Kegiatan yang pernah digelar antara lain mewarnai dan mendongeng bersama. Tema yang diangkat dalam kegiatan antara lain terkait pentingnya menjaga lingkungan dan melindungi satwa liar.
”Anak-anak diajarkan mengenal berbagai satwa liar yang hidup di dalam hutan, seperti kukang, monyet, siamang, dan harimau sumatera. Pengenalannya lewat kegiatan mewarnai, mendongeng, atau main tebak-tebakan. Jadi, anak-anak bermain sambil belajar,” kata Tamar.
Kini, Tamar mampu membuktikan usahanya menggagas rumah baca memberikan banyak manfaat untuk anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Satu hal yang paling membanggakan, ayah satu anak ini bisa memupuk literasi anak-anak di pelosok negeri.
Tamar Widadi
Tempat, tanggal lahir: Tanggamus, 25 Agustus 1991
Alamat: Pekon Air Kubang, Kecamatan Air Naningan, Tanggamus, Lampung