Bak tokoh Batosai dalam film "Samurai-X", Ilham memaknai luka di kakinya sebagai pengingat bahwa ia adalah pembantai mangrove di masa silam. Kini, lelaki 56 tahun itu menebus dosanya dengan menanam mangrove di desanya.
Oleh
SUCIPTO
·5 menit baca
SUCIPTO
Ilham (56) berpose dengan salah satu bibit mangrove yang ia semai di kampungnya, Desa Muara Adang, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Rabu (15/2/2023).
Lebih dari 20 tahun lalu, Ilham berkubang di sekitar lumpur sembari menyabetkan parang ke batang-batang bakau. Pohon itu ia babat dari kanan dan kiri supaya mudah tumbang. Pada satu momen, di batang yang kesekian, ia membabat dari arah kanan. Nahas, sabetan itu meleset dan mengenai bagian atas telapak kaki kirinya.
Ilham menunjukkan luka kering yang membekas itu pada Rabu (15/2/2023). Terlihat garis sekitar 10 centimeter dengan warna kulit lebih terang di sekitar telapak kaki kirinya. Bak tokoh Batosai dalam film Samurai X, lelaki 56 tahun itu memaknai luka itu sebagai pengingat bahwa ia adalah pembantai mangrove di masa silam.
Saat itu, batang-batang mangrove akan ia gunakan untuk membangun bagang, alat tangkap ikan berjenis jaring angkat. Sebagai keluarga yang turun temurun menjadi nelayan, mengambil batang bakau di sekitar pesisir dan teluk baginya saat itu adalah hal biasa.
Kesadaran dalam pikiran Ilham mulai tumbuh pada 2001. Saat itu, pemerintah membuat program rehabilitasi mangrove di kampungnya, Desa Muara Adang, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Ilham turut dalam kegiatan tersebut.
Warga diberi pemahaman bahwa tutupan mangrove berkontribusi penting bagi nelayan. Ikan, udang, dan kepiting memanfaatkan kawasan mangrove untuk berkembang biak. Jika mangrove terus dibabat dan habis, ujar petugas kepada Ilham saat itu, nelayan terancam kehabisan sumber kehidupan.
"Dari sana saya mulai sadar. Sejak saat itu, saya mulai belajar menanam mangrove dan selalu ikut program tentang mangrove," kata Ilham di halaman rumahnya.
Kampung Ilham yang terletak di Teluk Adang memang kerap mendapat program rehabilitasi mangrove. Sebab, banyak tutupan mangrove sudah beralih fungsi menjadi tambak. Tak tanggung-tanggung, satu keluarga mampu memiliki puluhan hektar tambak udang atau tambak ikan bandeng.
Sebagai orang yang lahir di kampungnya sendiri, Ilham tak ingin menyiakan kesempatan untuk penebusan dosa. Ilham tak pernah absen dalam setiap program rehabilitasi mangrove di kampungnya. Alasannya sangat mendasar, ia ingin kehidupan nelayan di kampungnya terus bergulir. Sekarang, bibit-bibit yang ia tanam sejak 2001 itu sudah tumbuh dan rindang.
Anggota Kelompok Tani Hutan Muara Adang Indah menyusuri hutan mangrove di Teluk Adang, Desa Muara Adang, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Rabu (15/2/2023).
Bahkan, sebagai kesungguhan penebusan dosa, suatu ketika, ia merelakan uang pribadinya untuk merehabilitasi salah satu tepian sungai di sekitar Teluk Adang. Warga menyebut lokasi itu sebagai "Sungai Haji Darman". Sebab, sungai tersebut melintas di tambak milik Haji Darman, salah satu warga di Muara Adang.
Saat itu, Ilham melihat tepian sungai itu sudah gundul. Ia khawatir tanah-tanah di sekitar aliran air akan terkikis. Jika demikian, ia khawatir abrasi akan melebar dan merusak hutan mangrove di sekitarnya.
"Kalau tidak salah ingat, waktu itu saya mengeluarkan uang Rp 6 juta untuk 6.000 bibit. Warga banyak membantu untuk menyemai dan menanam bersama-sama," kenang Ilham.
Belajar dari alam
Meski tak lulus sekolah dasar, sebagai orang yang tumbuh di pesisir dan tumbuh sebagai nelayan, Ilham tahu karakteristik mangrove. Dari pengalaman menanam mangrove lebih dari 20 tahun, ia mulai mengerti bagaimana cara pembibitan mangrove secara mandiri.
Ilham merelakan sepetak tanah di belakang rumahnya yang difungsikan sebagai tempat pembibitan mangrove. Agar bibit mangrove tumbuh baik, ia membuat sistem aliran masuk-keluar air yang bisa diatur. Saat bibit baru disemai, ia membuka salah satu katup agar air dari teluk menggenangi tempat pembibitan.
Air itu ia biarkan sekitar tujuh hari. Adapun tujuh hari setelahnya air ia keringkan. Melalui berbagai percobaan, menurut Ilham metode itu paling cocok untuk bibit agar tumbuh bagus dan siap tanam.
"Saya belajar dari naik-turunnya air di hutan mangrove. Saya buat miniaturnya di daratan supaya bibitnya berkembang optimal," katanya.
Kelompok Tani Hutan Muara Adang Indah memantau perkembangan mangrove yang mereka tanam di sekitar Teluk Adang, Desa Muara Adang, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Rabu (15/2/2023).
Kini, Ilham tergabung dalam Kelompok Tani Hutan Muara Adang Indah sekaligus menjadi ketua. Kelompok tersebut mengelola usaha yang berkaitan dengan hutan mangrove, salah satunya perikanan ramah lingkungan. Ilham dan kelompoknya mendorong warga di desanya untuk menjalankan silvofishery, sistem pertambakan tradisional yang menggabungkan antara usaha perikanan dengan penanaman mangrove.
Terakhir, kelompoknya bekerja sama dengan Planète Urgence (PU) Indonesia dan Kelompok Kerja Pesisir, organisasi non-pemerintah yang fokus pada kegiatan restorasi ekosistem yang terdegradasi, khususnya di pesisir. Dalam program itu, Ilham dan nelayan di Muara Adang menanam 50.000 bibit mangrove di 14 titik di Teluk Adang sejak 2022.
Ilham mengikutsertakan anak muda di dalam kegiatan yang sedang berjalan itu. Ia ingin kesadaran dan pengetahuan mengenai pentingnya mangrove terestafet dari generasi ke generasi. Sebab, menurut Ilham, berdampingan dengan mangrove adalah salah satu jalan utama agar nelayan bisa terus hidup agar tangkapan ikan terus ada.
Meski sudah puluhan tahun bergumul dengan mangrove, belum sepenuhnya warga percaya kepada Ilham. Misalnya, beberapa warga masih ragu untuk merelakan tambaknya ditanami mangrove. Mereka khawatir rehabilitasi mangrove adalah cara negara untuk mengambil lahan tambak yang mereka garap.
Ilham tak memaksa. Ia mencoba berbagai pendekatan agar warga percaya. Salah satunya, ia memberi pemahaman bahwa mangrove itu mampu mencegah abrasi. Jika mangrove ditanam di sekitar tanggul, tambak akan lebih kokoh saat air laut pasang. Akhirnya, petambak tak perlu mengeluarkan tenaga dan biaya untuk membenahi tanggul yang jebol.
KOMPAS/SUCIPTO
Kelompok Tani Hutan Muara Adang Indah memantau perkembangan mangrove yang mereka tanam di sekitar tambak milik masyarakat di Teluk Adang, Desa Muara Adang, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Rabu (15/2/2023).
Ia pun menjelaskan kepada para tetangganya bahwa mangrove bisa membantu produktivitas petambak jika ditanam di dalam tambak. Dari berbagai studi banding yang pernah ia ikuti, ia melihat secara langsung bahwa di sekitar akar mangrove ikan-ikan melakukan pemijahan. Di sana, ikan-ikan itu mencari makan.
Secara kimia, ia dengar dari berbagai ahli, mangrove bisa menyerap bahan pencemar air. Bahkan, mangrove bisa menyuplai bahan organik yang dibutuhkan ikan dan udang di tambak. Dengan fakta-fakta itu, ia meyakinkan para petambak bahwa mangrove di area tambak mampu memberi manfaat ekonomi sekaligus manfaat lingkungan.
Memang, belum semua petambak di kawasan Teluk Adang bersedia tambaknya ditanami mangrove. Kendati demikian, Ilham yakin suatu saat nanti para petambak akan turut serta menjalankan silvofishery. Itu, kata Ilham, tinggal menunggu waktu. Jika sudah ada kisah sukses petambak di desanya yang berhasil dengan konsep ramah lingkungan, ia yakin banyak warga turut serta mengelola tambak dengan menggabungkan penanaman mangrove.
"Ini kan berhubungan dengan banyak orang, jadi harus sabar. Niat dan kegiatan baik pasti ada cobaannya. Pelan-pelan, pasti akan banyak petambak yang mau ditanami mangrovenya di tambak," ujar lelaki keturunan Suku Bajo itu.
Ilham
Lahir : Kabupaten Paser, 03 Mei 1967
Profesi : Nelayan
Organisasi : Ketua Kelompok Tani Hutan Muara Adang Indah
Penghargaan : Kalpataru kategori Perintis Lingkungan dari Gubernur Kalimantan Timur (2021)