Susi Pudjiastuti, Magnet Politik Baru dari Pangandaran
Sepanjang Juli ini, sudah dua bakal capres yang menyambangi Susi Pudjiastuti di Pangandaran. Mereka adalah Prabowo Subianto dan Anies Rasyid Baswedan.
Sosok Susi Pudjiastuti tak lantas tenggelam meski sudah tidak lagi menjabat anggota kabinet Presiden Joko Widodo. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu kembali menjadi sorotan saat suhu politik mulai menghangat menjelang Pemilihan Umum 2024.
Pengusaha asal Pangandaran, Jawa Barat, itu seolah menjadi magnet baru bagi partai politik dan para tokoh potensial calon presiden (capres) yang digadang-gadang akan bertarung pada pemilihan presiden tahun depan.
Sepanjang Juli ini, setidaknya sudah dua bakal capres yang menyambangi Susi di Pangandaran. Salah satunya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Menteri Pertahanan yang kini sudah ditetapkan sebagai bakal capres dari Gerindra itu menyambangi kediaman Susi pada 17 Juli. Sebelumnya, Susi sudah dua kali menyambangi Prabowo di Kantor Kementerian Pertahanan, yakni pada 12 April 2023 dan 30 April 2023.
Baca juga: Momen Kebersamaan Presiden, Prabowo, Erick, dan Upaya Menjaga Stabilitas
Bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anis Rasyid Baswedan, seakan tak mau ketinggalan. Sepekan setelah kedatangan Prabowo, mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga berkunjung ke kediaman Susi di Pangandaran.
Anies diajak Susi berjalan-jalan pagi di Pantai Timur Pangandaran dan lokasi pelelangan ikan. Keduanya juga berkeliling dengan menaiki mobil bak terbuka. Susi memegang setir, sementara Anies duduk di sampingnya. Momen itu diunggah oleh Anies di akun Instagram-nya. Anies mengaku, dalam kesempatan tersebut, banyak obrolan seru sepanjang jalan.
Saat dikonfirmasi melalui pesan tertulis mengenai pertemuan dengan dua bakal capres itu, Susi mengungkapkan, banyak hal yang didiskusikan dengan mereka. Mulai dari hobi, cerita laut dan nelayan, hingga kisah-kisah lama ketika sama-sama berada di kabinet. Obrolan pun sangat cair karena mereka juga merupakan kawan lama.
”Kalau politik, saya hanya dengarkan,” ujar Susi, Rabu (26/7/2023).
Susi tidak sepakat jika pertemuan itu diartikan sebagai ajakan untuk menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) atau mendukung salah satu bakal capres. Ia merasa tidak bisa berperan pada pilpres karena bukan anggota partai. Selain itu, ia juga tidak punya ketertarikan untuk bergabung menjadi anggota parpol karena yakin tidak ada yang mau menerimanya.
”Ya, enggak bisa, dong (berperan di Pilpres 2024). Mau berperan apa? KTA (kartu tanda anggota) partai tidak punya. Saya punyanya partai ikan sama partai melon. Partai tidak suka saya,” kelakar Susi.
Spekulasi
Spekulasi mengenai adanya upaya menggandeng Susi untuk menjadi bakal cawapres tak bisa dibendung. Hal ini karena Prabowo dan Anies sama-sama belum menetapkan bakal cawapres yang akan mendampingi mereka pada Pilpres 2024. Padahal, kedua bakal capres itu sudah didukung oleh gabungan parpol yang telah memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden (presidential threshold).
Prabowo, misalnya, sudah mendapatkan dukungan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) selain Partai Gerindra. Namun, sampai saat ini bakal cawapres belum ditetapkan meski PKB sudah menyatakan akan mengusung Muhaimin Iskandar, ketua umumnya, untuk maju pada Pilpres 2024.
Susi tidak memiliki masalah hukum dan berpengalaman di bidang pemerintahan. Lebih dari itu, Susi juga merupakan wirausaha. Kehadiran Susi juga dipandang bisa melengkapi Anies karena Susi mewakili kaum perempuan (Hermawi Taslim)
Demikian pula Anies. Meski sudah menetapkan lima kriteria yang cocok menjadi bakal pendampingnya, Anies belum juga mendeklarasikan sosok bakal cawapres. Belakangan, Anies justru menambah satu kriteria lagi dalam menentukan bakal cawapresnya, yaitu kriteria nol. Artinya, calon pendampingnya nanti harus bebas dari masalah.
Dalam situasi itu, tak mengherankan jika kedua bakal capres tersebut terlihat lebih leluasa berkomunikasi dengan siapa pun, termasuk Susi.
Baca juga: Kriteria Bakal Cawapres untuk Anies Bertambah, Nama Aher dan AHY Mencuat
Partai Nasdem, salah satu partai politik pendukung Anies selain Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), menyambut positif pertemuan antara Susi dan Anies. Dalam konteks pilpres, Susi disebut memiliki sejumlah kriteria yang dipersyaratkan oleh Anies.
Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Hermawi Taslim berpandangan, Susi tidak memiliki masalah hukum dan berpengalaman di bidang pemerintahan. Lebih dari itu, Susi juga merupakan wirausaha. Kehadiran Susi juga dipandang bisa melengkapi Anies karena Susi mewakili kaum perempuan.
”Pertemuan itu silaturahmi antar-dua sahabat yang memiliki sejumlah persamaan, sama-sama memiliki idealisme yang tinggi untuk kemajuan negeri, sama-sama pro-perubahan kehidupan politik yang lebih baik,” ujar Hermawi.
Namun, Partai Demokrat memberikan penilaian berbeda terhadap pertemuan Anies dan Susi. Menurut Deputi Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani, pertemuan tersebut tak berkaitan dengan wacana cawapres. ”Tidak selalu pertemuan antara Mas Anies dan tokoh-tokoh lainnya dimaknai sebagai pembahasan cawapres. Jika kemudian keduanya menyempatkan diri bersilaturahmi dan mengobrolkan tentang banyak hal, wajar-wajar saja,” ucapnya.
Meminta dukungan
Dalam kesempatan terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman tak memungkiri bahwa kedatangan Prabowo ke kediaman Susi bertujuan meminta dukungan. ”Kami berikhtiar agar dukungan terhadap Pak Prabowo terus meluas. Bu Susi adalah tokoh penting dan kami mengharapkan dukungan beliau,” ujarnya.
Habiburokhman mengungkapkan, pertemuan antara Prabowo dan Susi adalah pertemuan antar-sahabat. Keduanya juga disebut memiliki frekuensi yang sama di bidang sumber daya alam, yakni mengutamakan seluruh kekayaan alam demi kepentingan bangsa dan negara.
Kami berikhtiar agar dukungan terhadap Pak Prabowo terus meluas. Bu Susi adalah tokoh penting dan kami mengharapkan dukungan beliau ( Habiburokhman)
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, berpandangan, ada beberapa faktor yang membuat Susi belakangan menjadi magnet politik bagi bakal capres. Susi memiliki basis yang kuat setidaknya di kalangan nelayan. Selain itu, Susi juga dikenal sebagai sosok yang tegas dan pendobrak.
Ia melihat, ada potensi Susi dipilih menjadi bakal cawapres atau tim pemenangan salah satu calon. Hal ini tentu tak terlepas dari kenyataan bahwa Susi juga memiliki sokongan finansial yang kuat. ”Semua ini membuat Bu Susi seakan menjadi magnet politik yang bisa saja digadang-gadang jadi cawapres ataupun paling tidak tim sukses,” katanya.
Baca juga: PKB Ingatkan Kesepakatan dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya
Kendati demikian, menurut Ujang, parpol atau bakal capres juga akan berhitung ketika akan menggandeng Susi sebagai bakal cawapres. Sebab, sampai saat ini, elektabilitas Susi juga masih rendah. Selain itu, Susi juga tidak tergabung dengan partai mana pun.
”Paling tidak dua syarat itu menjadi penting. Tidak mudah untuk bisa "mempaketkan" kedua bakal capres itu dengan Bu Susi. Jika bersama Anies, Partai Demokrat pasti akan marah. Begitu pula kalau merapat ke Prabowo, PKB juga tidak mau,” ucapnya.
Terlepas dari itu, Ujang melihat, saat ini semua masih dalam penjajakan. Di tengah situasi politik yang masih sangat dinamis, koalisi parpol juga tidak akan terburu-buru dalam menentukan bakal cawapres. Sebab, partai-partai politik dipastikan masih saling menunggu untuk memastikan kekuatan lawan politik.
”Kalau diumumkan sekarang, mereka sudah mengunci diri dan akan sulit menang. Karena itu, saya rasa, semua akan bermain di ujung, last minute, injury time, terkait siapa yang bakal ditentukan sebagai bakal cawapres,” tutur Ujang.
Baca juga: Ganjar, Sandiaga, dan Kebetulan yang Berulang
Upaya parpol atau bakal capres mendekati banyak orang disebut Ujang sebagai bagian dari strategi. Penjajakan diperkirakan terus dilakukan hingga mendekati masa pendaftaran bakal capres-cawapres pada Oktober 2023.