Beberapa bulan terakhir, Ganjar Pranowo kerap berjumpa dengan Sandiaga Salahuddin Uno dalam berbagai kesempatan. Sandiaga menyebut perjumpaan-perjumpaan itu hanya kebetulan.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU, ANTONIUS PONCO ANGGORO
·4 menit baca
Ada Sandiaga Salahuddin Uno di antara para kader Partai Persatuan Pembangunan yang menyambut kehadiran Ganjar Pranowo di kediaman Rachmat Yasin, politikus senior PPP, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (22/7/2023) siang. Ketua Badan Pemenangan Pemilu PPP itu sebelumnya memang mendapat undangan dari pengurus Dewan Pimpinan Cabang PPP Kabupaten Bogor untuk memeriksa kesiapan menghadapi Pemilu 2024.
Mengenakan baju koko putih, sarung hitam, dan peci hitam, Sandiaga juga datang untuk memperingati 100 hari kematian orangtua Rachmat bersama tokoh masyarakat setempat.
Pada kesempatan yang sama, Ganjar juga datang ke kediaman Rachmat untuk bersilaturahmi dengan tokoh agama se-Kabupaten Bogor. Acara silaturahmi itu merupakan salah satu agenda dari rangkaian safari Ganjar ke sejumlah daerah di Kabupaten Bogor. Hari itu, bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) tersebut juga berkunjung ke pasar tradisional, berdialog dengan anak muda, dan berolahraga bersama masyarakat Bogor.
Sehari sebelumnya, Sandiaga yang menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersua dengan Ganjar yang kini masih menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah di kawasan Borobudur, Magelang, Jateng. Meski bertemu untuk mengikuti Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Pengembangan Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas Semester I-2023, keduanya sempat berbincang secara khusus didampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Seusai perbincangan, mereka sepakat membangun perekonomian di kawasan tersebut.
Belakangan ini, Ganjar dan Sandiaga memang kerap berjumpa karena menghadiri agenda yang sama. Tak hanya agenda parpol dan kementerian, Sandiaga juga muncul dalam momen-momen pribadi bersama Ganjar seperti saat keduanya selesai menunaikan ibadah haji, awal Juli lalu. Sandiaga dan Ganjar, ada di ruang tunggu yang sama di Bandara Internasional King Abdulaziz, Jeddah, Arab Saudi, menantikan jadwal keberangkatan pesawat yang akan membawa mereka pulang ke Tanah Air.
Ganjar yang kala itu datang lebih awal sempat mengatakan memang menunggu Sandiaga. Keduanya akan menaiki pesawat yang sama. Setelah bertemu, Sandiaga memperkenalkan salah satu pejabat kementerian di Arab Saudi kepada Ganjar sambil menyebut rekannya itu sebagai bakal presiden Indonesia berikutnya. Keduanya pun kembali berbincang ketika transit di Bandara Internasional Dubai, Uni Emirat Arab.
Beberapa bulan sebelumnya, Sandiaga dan Ganjar juga bertemu tak sampai sepekan setelah Ganjar ditetapkan sebagai bakal capres dari PDI-P. Kala itu, Sandiaga yang baru saja keluar dari Partai Gerindra berada dalam satu forum diskusi bersama Ganjar untuk membahas percepatan pemulihan dan perkembangan ekonomi Jateng melalui kemandirian ekonomi desa. Acara itu diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 27 April.
Penetapan Ganjar sebagai bakal capres PDI-P memang diikuti langkah politik penting Sandiaga. Dua hari setelah Ganjar ditetapkan sebagai bakal capres pada 21 April, Sandiaga menyerahkan surat pengunduran diri sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina sekaligus anggota Partai Gerindra. Meski ramai disebut keluar dari Gerindra agar bisa maju di Pilpres 2024 dari parpol lain, hingga dua bulan lamanya Sandiaga tak mengumumkan keputusannya.
Ia baru resmi jadi anggota PPP pada Juni lalu. Selain didaulat sebagai Ketua Bappilu PPP, ia diberi mandat untuk jadi bakal cawapres dari PPP. Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP Mardiono dan para elite parpol itu lalu menyampaikan usulan kepada pimpinan PDI-P agar memilih Sandiaga sebagai bakal cawapres pendamping Ganjar.
Meski belum ada keputusan dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan ketua umum parpol pendukung Ganjar selain PPP, yakni Partai Persatuan Indonesia (Perindo) dan Partai Hanura, Sandiaga merupakan salah satu sosok yang masuk radar bakal cawapres Ganjar.
Ketua DPP PDI-P Puan Maharani, seusai menghadiri peringatan Hari Lahir Ke-25 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Surakarta, Jateng, Minggu (23/7), menyebutkan, kandidat pendamping Ganjar mengerucut dari 10 menjadi lima orang.
Selain Sandiaga, sosok lain adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, mantan Panglima TNI Andika Perkasa, dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
Hanya kebetulan
Sekalipun tengah diupayakan menjadi pasangan, Sandiaga mengaku tak ada satu pun pertemuan antara dirinya dan Ganjar terjadi secara sengaja. Ia mengatakan, semua terjadi tanpa direncanakan secara khusus demi menciptakan momen kebersamaan di antara mereka.
”Ha-ha-ha. Itu kebetulan semua. Yang mengatur itu, yang ’di atas’,” kata Sandiaga dalam wawancara khusus dengan Kompas di kediamannya, di Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (21/7) malam. Hasil wawancara khusus secara lengkap akan ditayangkan di laman Kompas.id pada Jumat (28/7) dan harian Kompas, Minggu (30/7).
Sandiaga melanjutkan, lobi dan komunikasi politik untuk memastikan dirinya bisa menjadi pendamping Ganjar merupakan kewenangan Mardiono. Sebagai sosok yang dicalonkan, ia tak ikut serta dalam upaya tersebut. Akan tetapi, ia merasa sudah memiliki kecocokan dengan Ganjar dan berharap hal itu bisa bersambut. ”Saya merasa chemistry-nya dapat. Ya, mudah-mudahan beliau merasakan yang sama,” ujarnya.
Pertemuan-pertemuan itu by design, dalam politik itu tidak ada yang kebetulan. Tentu itu bagian dari upaya Sandiaga untuk terus meyakinkan publik bahwa dirinya adalah sosok yang paling layak mendampingi Ganjar
Namun, menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, sejumlah pertemuan antara Sandiaga dan Ganjar tidak terjadi begitu saja. Apalagi keduanya tengah diusulkan agar bisa berduet di Pilpres 2024.
“Pertemuan-pertemuan itu by design, dalam politik itu tidak ada yang kebetulan. Tentu itu bagian dari upaya Sandiaga untuk terus meyakinkan publik bahwa dirinya adalah sosok yang paling layak mendampingi Ganjar,” kata Adi.
Lebih dari itu, lanjutnya, langkah utama yang harus dilakukan Sandiaga adalah meyakinkan Megawati bahwa dirinya merupakan sosok yang bisa memenuhi berbagai syarat mendampingi Ganjar. Salah satunya memastikan mampu mengakumulasi suara pemilih Islam dan kelompok nahdliyin untuk memilih Ganjar jika berpasangan dengan dirinya. Upaya itu juga yang beberapa waktu terakhir terlihat dilakukan Sandiaga dengan berkeliling Indonesia dan berkonsolidasi dengan basis pemilih PPP di daerah-daerah.
“Kalau itu bisa dilakukan, sangat mungkin Sandiaga yang akan dipilih karena PDI-P membutuhkan sosok yang mampu mengonsolidasikan kekuatan Islam dan pemilih dari kelompok Nahdlatul Ulama,” tutur Adi.
Sandiaga dan Ganjar memang sama-sama masih menjadi pejabat publik dengan tugas yang sering kali beririsan sehingga mempertemukan keduanya. Meski mengaku tak direncana, kebetulan demi kebetulan terus terjadi secara berulang. Akankah kebetulan itu berpihak pada Sandiaga?