Langkah yang lebih dari sekadar gimik, seperti mengumbar kedekatan dengan Jokowi, dinantikan publik. Publik membutuhkan pemimpin dengan gagasan yang otentik.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah bakal calon presiden terus mengasosiasikan diri dengan Presiden Joko Widodo. Tak hanya menyebarkan momen kebersamaan yang diunggah melalui akun media sosial, ada pula amplifikasi pesan yang disampaikan Jokowi kepada mereka untuk menghadapi Pemilihan Presiden 2024. Upaya untuk mendapatkan efek elektoral dari kedekatan dengan Jokowi semestinya tak sekadar ditunjukkan dengan gimik, tetapi juga gagasan dan visi orisinal mereka dalam melanjutkan program-program yang telah dirintis oleh Jokowi sepanjang 2014-2024.
Upaya untuk mengasosiasikan diri dengan Presiden Joko Widodo, salah satunya, terlihat saat Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah sekaligus bakal calon presiden (capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Persatuan Indonesia (Perindo), dan Partai Hanura, menghadiri ”Silaturahmi 1 Muharam 1445 H Relawan Pendukung Ganjar” di bilangan Senayan, Jakarta, Rabu (19/7/2023).
Di hadapan massa yang terdiri atas pimpinan berbagai kelompok sukarelawan, sebagian merupakan pendukung Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2014 dan 2019, Ganjar bercerita bahwa dirinya juga bagian dari sukarelawan yang turut berkontribusi pada pemenangan Joko Widodo. Sejak saat itu hingga kini, dirinya, sukarelawan, dan Jokowi disebut sama-sama memiliki mimpi besar menjadikan Indonesia sebagai negara maju.
Setelah ditetapkan sebagai bakal capres, ia pun kerap berdiskusi dengan Jokowi. Terakhir dalam pertemuan selama 30 menit di Daerah Istimewa Yogyakarta, beberapa pekan lalu, keduanya berbincang mengenai dinamika politik kekinian. ”Saya orang yang sangat intensif dengan Pak Jokowi. Kami bicara politik luar negeri, dalam negeri, sampai pada politik yang sangat praktis,” ungkap Ganjar.
Dalam kesempatan lain, kata Ganjar, ketika sedang makan siang bersama, keduanya pun bercerita tentang banyak hal. Salah satunya membicarakan soal kelompok sukarelawan. Ganjar mengingat, Jokowi masih bisa menyebutkan satu per satu kelompok sukarelawan pendukungnya secara detail.
Tak hanya memahami situasi kebatinan setiap kelompok sukarelawan pendukungnya, kata Ganjar, Jokowi juga tak pernah memutus komunikasi dengan mereka selama dua periode kepemimpinannya. Menurut Ganjar, itu menjadi hubungan yang besar, bahkan mampu mengubah lanskap politik. Kedekatan Jokowi itu yang membuat kini posisi sukarelawan turut diperhitungkan dalam kancah politik nasional.
”Sampai pada akhirnya, beliau memberikan sebuah kertas kepada saya. Pak Ganjar, mungkin ini bagus. Saya lihat, saya bolak, saya balik, karena apa yang bagus itu adalah baju yang saya pakai ini. Bapak, Ibu, Teman-teman, bahkan beliau pun sangat perhatian sampai detail baju merekomendasikan untuk saya pakai,” ujar Ganjar yang mengenakan kemeja lengan pendek bermotif garis vertikal hitam putih.
Pakaian yang sama juga dikenakan oleh massa sukarelawan pendukungnya. Bagi Ganjar, motif hitam dan putih yang diberikan Jokowi kepadanya itu merepresentasikan dirinya yang tidak bersikap abu-abu dalam mengambil keputusan sulit. Ia pun berharap sikap demikian sudah diambil para sukarelawan dalam mendukungnya di Pilpres 2024. ”Saya yakin, yang hadir di sini juga sudah memilih pada sikap itu,” ujarnya.
Foto bersama
Sehari sebelum pertemuan Ganjar dengan sukarelawan pendukungnya, Prabowo Subianto, ketua umum sekaligus bakal capres dari Partai Gerindra, juga untuk kesekian kalinya mengunggah foto makan siang bersama dengan Jokowi di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu (16/7/2023) lalu. Dalam foto itu, Prabowo yang juga Menteri Pertahanan tak hanya bersama dengan Jokowi, tetapi juga ditemani Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Meski bukan kader partai politik (parpol), Erick belakangan diusulkan oleh Partai Amanat Nasional (PAN) untuk menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping Ganjar atau Prabowo.
Dalam unggahan tersebut, Prabowo menuliskan, dirinya dan Erick tengah menerima arahan dari Presiden. Arahan dimaksud terkait dengan industri pertahanan nasional yang harus semakin kuat dan maju.
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Andre Rosiade, mengatakan, dalam pertemuan itu Jokowi, Prabowo, dan Erick memang membahas tentang industri pertahanan dalam negeri. Sebagai menteri pertahanan dan menteri BUMN, Prabowo dan Erick harus bisa mengeksekusi keinginan Presiden untuk memajukan industri tersebut. Untuk menindaklanjutinya, Prabowo pun kembali bertemu dengan Erick dan Wakil Menteri BUMN Rosan Roeslani.
Andre tidak memungkiri, pertemuan itu bisa saja diartikan berbeda mengingat posisi Prabowo sebagai bakal capres Gerindra dan Erick sebagai salah satu sosok yang diusulkan untuk mendampingi Prabowo. Prabowo kerap disebut sejumlah pihak mendapatkan sinyal dukungan dari Jokowi. Sinyal dukungan itu pun diakui Gerindra berpengaruh signifikan pada peningkatan elektabilitas Prabowo dalam beberapa bulan terakhir.
”Pertemuan mereka bertiga (Jokowi, Prabowo, Erick) dalam rangka koordinasi industri pertahanan. Kalau ada muatan yang lain, saya tidak tahu. Kalau diterjemahkan pihak lain ada pembicaraan politik, saya tidak tahu,” ujarnya.
Gagasan orisinal
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes melihat, para tokoh bakal capres menyadari bahwa Jokowi memiliki pengaruh kuat secara politik, baik ditunjukkan dari sisi kepuasan publik yang konsisten tinggi dalam setahun terakhir maupun dari sisi hubungan dengan para elite politik dan ekonomi. Kedua hal itu tidak sekadar membuat Jokowi berpengaruh kuat dalam Pilpres 2024, tetapi pergerakan politiknya juga sangat memengaruhi perbincangan terkait pemilu.
Oleh karena itu, wajar jika para bakal capres berupaya untuk mengasosiasikan diri dengan Jokowi. Sebab, hal itu juga bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi para pemilih loyal Jokowi untuk memberikan suaranya kepada mereka pada 2024. ”Para capres berharap mendapatkan dukungan dari pemilih inti Jokowi bila dianggap dekat atau memperjuangkan program-program Jokowi,” ujarnya.
Meski demikian, menurut Arya, setelah melewati lima kali pemilu, jumlah pemilih kritis akan semakin banyak. Upaya para bakal capres menunjukkan gimik politik seperti mengumbar kedekatan dengan Presiden diperkirakan tidak akan memberi efek signifikan bagi pemilih. Apalagi, Pemilu 2024 bakal didominasi oleh pemilih dari kalangan milenial yang umumnya berkarakter rasional dan kritis.
Untuk itu, mereka perlu menunjukkan langkah yang lebih dari sekadar gimik. Publik membutuhkan pemimpin dengan gagasan otentik. ”Para bakal capres sebaiknya menunjukkan orisinalitas gagasan dan visi mereka serta program-program yang lebih (difokuskan) soal apa yang akan dilanjutkan atau dikembangkan (dari pemerintahan Jokowi),” kata Arya.