Megawati Ingatkan Pentingnya Penguatan Pertahanan Sesuai Geopolitik-Geografis Indonesia
Secara geopolitik, Indonesia harus mempertahankan kedaulatan yang dimulai dari sisi kelautan. Karena itu, TNI Angkatan Laut harus diperkuat.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri memberikan pidatonya dalam acara Peluncuran 58 Judul Buku dalam Rangka Hari Jadi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) ke-58 di Ruang Dwiwarna Purwa Gedung Lemhannas, Jakarta, Sabtu (20/5/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengingatkan pentingnya penguatan militer dengan melihat peta geopolitik dan geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. Sebagai negara maritim, kekuatan TNI Angkatan Laut harus terus diperkuat.
”Kita itu negara kelautan. Tiga matra itu darat, laut, dan udara itu harus berpikir realistis-obyektif, saya sering lihat ini apa maunya,” kata Megawati saat memberikan sambutan dalam acara peluncuran 58 buku dalam rangka Hari Jadi ke-58 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI di Jakarta, Sabtu (20/5/2023).
Jika melihat geopolitik, Indonesia harus mempertahankan kedaulatan yang dimulai dari sisi kelautan. Ketika ada serangan musuh datang, lanjut Megawati, yang terdepan dalam melakukan perlawanan adalah TNI AL. Oleh karena itu, ia kurang sepakat apabila satuan yang diperbanyak di komando daerah militer (kodam). Sebab, ia memandang pengadaan satuan tidak memiliki peran berarti dalam geopolitik pertahanan Indonesia.
Jadi, gimana cara menghindari perang, tetap angkatan harus bagus, polisinya, jangan mau-maunya sendiri memperkaya diri.
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu mengaku kerap menyampaikan hal ini kepada Presiden Joko Widodo. ”Jadi, gimana cara menghindari perang, tetap angkatan harus bagus, polisinya, jangan mau-maunya sendiri memperkaya diri,” katanya.
Geopolitik Bung Karno
Saat membedah buku Geopolitik Bung Karno: Progressive Geopolitical Coexistence karya Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto, Guru Besar Universitas Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Hasto melihat ajaran Presiden Soekarno dari dua perspektif, yakni eksternal terkait tata pergaulan internasional serta internal terkait dengan falsafah bangsa dan trilogi pembangunan yang disebut dengan coexistence atau hal yang sifatnya seimbang.
Dalam tata pergaulan internasional, Bung Karno menginginkan kesejajaran antara negara maju dan berkembang, serta di dalam negeri. Saat ini, geopolitik Soekarno sudah menjadi geopolitik Indonesia dan menjadi wawasan nusantara.
”Cara pandang kita untuk melihat diri kita sendiri dan melihat lingkungan kita dalam tata pergaulan internasional, yaitu coexistence. Itulah wawasan nusantara dan geopolitik Indonesia,” kata Purnomo.
Buku berjudul Geopolitik Bung Karno: Progressive Geopolitical Coexistence karya Sekertaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menjadi salah satu buku yang diluncurkan dalam acara Peluncuran 58 Judul Buku dalam Rangka Hari Jadi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) ke-58 di Ruang Dwiwarna Purwa Gedung Lemhannas, Jakarta, Sabtu (20/5/2023).
Ia mengatakan, dalam penelitian Hasto, ditemukan variabel dan indikator terkait dengan aspek kehidupan nasional yang disebut dengan geostrategi Indonesia atau ketahanan nasional. Terkait dengan ketahanan negara, bagaimana bangsa Indonesia berjuang secara progresif memperkuat ketahanan negara untuk menghadapi ancaman dibawah kepemimpinan Soekarno.
Hasto mengungkapkan, buku karyanya merupakan terjemahan dari pemikiran Soekarno. Menurut Hasto, pemikiran dan gaya kepemimpinan Soekarno masih relevan dengan kehidupan saat ini. Karena itu, pemikiran Soekarno perlu disampaikan dengan konsep lebih ringan.
”Tidak hanya untuk menggali seluruh pikiran geopolitik Soekarno terhadap cara pandang atas konstelasi geografis dalam perjuangan kepentingan nasional, tetapi relevansinya dalam kekinian sangat terkait,” tuturnya.
Oleh karena itu, Hasto akan menulis buku geopolitik Soekarno dengan versi populer yang bisa menjangkau seluruh masyarakat, khususnya anak muda. Hal itu bertujuan agar mereka bisa membangun semangat juang kepemimpinan Indonesia dalam teori Geopolitik Soekarno.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Sekertaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto (keempat dari kiri) setelah membagikan buku karyanya kepada para menteri dan pimpinan lembaga negara yang hadir dalam acara Peluncuran 58 Judul Buku dalam Rangka Hari Jadi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) ke-58 di Ruang Dwiwarna Purwa Gedung Lemhannas, Jakarta, Sabtu (20/5/2023).
Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto menjelaskan, ada tiga komitmen ideologis Lemhannas berdasarkan arahan dari Megawati, yakni memperkuat nilai-nilai kebangsaan terutama Pancasila, memperkuat posisi Lemhannas sebagai sekolah kepemimpinan di bidang geopolitik, dan merancang transformasi Indonesia di tahun 2045.
Terkait dengan merancang transformasi Indonesia, kata Andi, Lemhannas ikut merancang lima isu strategis, yakni memperkuat konsolidasi demokrasi Indonesia, merancang transformasi digital, merancang transformasi ekonomi hijau, transformasi ekonomi biru, dan pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Dalam acara ini hadir juga Ketua MPR Bambang Soesatyo dan Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono. Pada jajaran menteri, hadir Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD; Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly; Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Abdullah Azwar Anas; Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif; Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi; Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki; serta Wakil Menteri Dalam Negeri John Wempi Wetipo.