Tak Ada Lagi Pembatasan ke Luar Jateng, Ganjar Langsung Tancap Gas
Pembatasan gerak dari PDI-P bagi Ganjar Pranowo untuk ke luar Jawa Tengah tak berlaku lagi setelah ia ditetapkan sebagai bakal capres partai tersebut. Ia pun langsung tancap gas, memanfaatkan waktu libur di akhir pekan.
Fajar baru saja merekah di langit Jakarta, Minggu (30/4/2023). Seperti biasanya di Minggu pagi, di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, masyarakat memadati kawasan tersebut untuk berolahraga. Hanya saja, kali ini, suasana terlihat lebih padat. Massa sukarelawan pendukung bakal capres PDI-P, Ganjar Pranowo, ikut meramaikan kawasan, menanti idolanya tiba, dan berlari pagi bersama.
Ganjar pun tiba sekitar pukul 06.00. Setibanya di sana, Ganjar bergegas lari pagi bersama istrinya, Siti Atiqoh Supriyanti. Namun, di tengah kerumunan massa, sulit bagi mereka untuk leluasa berlari.
Keduanya akhirnya terpisah. Ganjar membalikkan bagian depan topi ke arah belakang, kemudian berlari pelan. Sesekali langkahnya terhenti karena ada warga atau sukarelawan pendukungnya yang mengajaknya untuk berfoto bersama atau sekadar bersalaman. Semua permintaan masyarakat dilayaninya.
”Merdeka,” teriak Ganjar. Ucapannya itu selaras dengan kaus putih bertuliskan ”Merdeka!” yang dikenakannya.
Dengan hal itu pula dia izin meninggalkan kerumunan untuk melanjutkan lari paginya. Masyarakat dan sukarelawan pendukungnya pun membalasnya dengan pekikan ”Ganjar, presiden. Ganjar, presiden”.
Baca juga: Usung Ganjar Jadi Capres, Megawati Perintahkan Kader Menangi Pemilu
Sejumlah masyarakat yang tidak sempat berfoto dengan Ganjar menunjukkan raut wajah kecewa. Yulianti Rahayu (43), misalnya, tidak kebagian karena kerumunan massa yang menumpuk sehingga menyisakan ruang gerak yang kecil. Pada akhirnya, Yuli tidak dapat menjangkau Ganjar.
”Mau bagaimana lagi, banyak juga yang ingin berfoto. Setidaknya saya sudah dapat foto dan melihat Pak Ganjar secara langsung,” kata perempuan asal Jakarta Selatan itu.
Baca juga: Serba Mendadak di Batutulis Saat Pengumuman Ganjar sebagai Capres PDI-P
Sebelum beristirahat dan sarapan, Ganjar sempat menyinggung aktivitasnya hari ini lebih banyak selfie ketimbang lari. Jarak yang ditempuh hanya 6,3 kilometer dari target 10 kilometer. ”Apa boleh buat, keringatnya sudah habis,” ujarnya.
Ia berharap menjamurnya sukarelawan pendukungnya merupakan gerakan masyarakat yang muncul atas dasar kesadaran politik. Hal ini dinilainya dapat mengefektifkan demokrasi Indonesia. Ia juga berpesan agar pendukungnya menjadi agen demokrasi yang baik. Dalam menyosialisasikan dirinya, jangan sampai menyakiti, mengganggu, dan memfitnah orang atau kelompok yang berbeda pilihan.
Baca juga: PPP Resmi Usung Ganjar Pranowo, Apa Parpol Berikutnya?
Setelah berbincang sejenak dengan wartawan, Ganjar mencuci muka dan mengganti setelan bernuansa merah. Kini, dia telah berjumpa kembali dengan istrinya untuk sarapan. Kemudian, Minggu siang, ia telah terlihat hadir di markas PDI-P, di Jakarta, untuk mengikuti acara pengukuhan kerja sama mengusung Ganjar di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, antara PDI-P dan PPP.
Sebelum berkegiatan di Jakarta, Ganjar terlebih dulu menghadiri halalbihalal dengan ulama, pimpinan pondok pesantren, dan masyarakat di Warunggunung, Lebak, Banten, Sabtu (29/4/2023). Sama seperti saat lari di GBK, dia dikerumuni masyarakat yang meminta berfoto bersama selain hendak menyalaminya.
Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan bahwa Banten itu luar biasa, sebagai tempat kelahiran tokoh-tokoh nasional, termasuk ulamanya. ”Seperti kata Bung Karno, Jasmerah (jangan sekali-kali melupakan sejarah),” tutur pria kelahiran Karanganyar itu.
Pergerakan Ganjar ke Lebak, kemudian berlanjut ke Jakarta, tak lagi harus dikhawatirkannya setelah ia ditetapkan sebagai bakal capres PDI-P. Seperti diketahui, sebelum diputuskan sebagai bakal capres, Ganjar sempat dibatasi geraknya ke luar wilayah kerjanya sebagai Gubernur Jawa Tengah, oleh partai. Ganjar diminta fokus dengan pekerjaannya sebagai gubernur dan hanya bisa ke luar Jawa Tengah jika ada penugasan dari partai.
Baca juga: Peci Sang Calon Presiden
Namun, setelah resmi ditetapkan sebagai capres PDI-P, 21 April lalu, ia bahkan diminta partai melalui Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto untuk menggenjot sosialisasinya di luar Jawa Tengah, berjumpa dan berkomunikasi dengan masyarakat. Namun, itu pun hanya di akhir pekan saat ia libur. Selebihnya, ia tetap harus fokus menjalankan tugas sebagai Gubernur Jawa Tengah hingga berakhir masa tugasnya pada September mendatang.
Jadi, setelah Banten dan DKI Jakarta, akan ke mana lagi Ganjar pergi? Seperti biasanya Ganjar, ia menjawabnya dengan candaan. ”Ke situ,” sambil senyum dan menunjuk kendaraan yang menjemputnya.
Membangkitkan elektabilitas
Menurut Direktur Eksekutif Populi Center Rafif Pamenang, Ganjar dihadapkan pada ujian berat setelah ditetapkan sebagai bakal capres PDI-P. Ini karena elektabilitasnya merosot, utamanya diduga karena tanggapannya soal rencana kedatangan Tim Nasional (Timnas) Israel dalam Piala Dunia U-20 yang rencana semula digelar di Indonesia.
Merujuk hasil survei Lembaga Survei Indonesia, misalnya, elektabilitas Ganjar turun dari 35 persen berdasarkan hasil survei Februari 2023 menjadi 26,9 persen pada survei April 2023. Posisinya di peringkat teratas elektabilitas pun tergeser oleh Menteri Pertahanan yang juga bakal capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Elektabilitasnya meningkat dari 26,7 persen pada Februari 2023 menjadi 30,3 persen pada April 2023.
Baca juga: Menguatnya Daya Tarik Prabowo Subianto
Begitu pula hasil survei capres oleh Poltracking pada 9-15 April 2023, Prabowo menggeser Ganjar di peringkat teratas. Prabowo memiliki elektabilitas 33 persen atau naik dibandingkan survei Februari lalu, 26,1 persen. Adapun Ganjar turun elektabilitasnya dari 34,6 persen menjadi 31,1 persen.
Dengan penurunan itu, Rafif Pamenang melanjutkan, Ganjar memang harus segera mengintensifkan sosialisasinya jika tak ingin elektabilitasnya terus menurun. Ia yakin penurunan elektabilitas Ganjar hanya temporer, apalagi jika Ganjar sudah bergerak ke luar Jawa Tengah.
Baca juga: Keputusan PDI-P Usung Ganjar Dapat Ubah Koalisi
Lantas ke mana Ganjar harus bergerak? Rafif menilai, pola pemilih Ganjar cukup mirip dengan Jokowi. Hanya Ganjar yang berhasil mengambil citra kerakyatan Jokowi dan memiliki kekuatan basis pemilih yang cenderung mirip. Pola interaksi yang dimiliki keduanya juga mirip karena dapat berdialog menggunakan pendekatan sipil ke masyarakat kelompok apa pun.
”Oleh karena itu, Ganjar harus menambah kekuatan pemilih Jokowi dalam armada kekuatannya. Sebab, pemilih loyal Jokowi memiliki jumlah yang besar,” tuturnya.
Wilayah lemah
Selain itu, kelemahan wilayah persebaran pemilih Ganjar dan Jokowi dinilai relatif sama, misalnya Jawa Barat. Kawasan itu memiliki jumlah pemilih tetap terbesar dan didominasi oleh pendukung Prabowo. Selain itu, Banten menjadi wilayah perebutan simpul suara Prabowo dan Anies.
”Pulau Jawa akan kembali menjadi medan penentu kemenangan,” kata Rafif.
Karena itu, Ganjar perlu mengunjungi daerah-daerah kunci yang ada di seluruh Pulau Jawa. Kendati demikian, daerah luar Pulau Jawa tidak boleh dilupakan oleh Ganjar. Ini seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, dan Sulawesi Selatan, yang juga memiliki pemilih tetap yang besar.
Hal lain yang perlu diperhatikan, pasangan capres-cawapres yang akan berkontestasi di Pilpres 2024. ”Misalnya dua pasangan, maka Ganjar perlu sigap. Sebab, swing voter dan undecided voter harus dilihat arahnya ke mana,” ujar Rafif.
Baca juga: Temui SBY, Golkar Jajaki Peluang Koalisi dengan Demokrat
Dalam sosialisasi berikutnya, Ganjar juga perlu membawa ide tertentu yang berkaitan dengan masyarakat. Dampaknya akan signifikan ketika membawa gagasan seputar ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya yang mencakup kemaslahatan banyak pihak.
Baca juga: Kedisiplinan Elite Tentukan Efektivitas Pemerintah
Jadi, apakah daerahmu termasuk yang perlu dikunjungi? Yang penting, sibuk sosialisasi, jangan lupakan tugasnya sebagai Gubernur Jawa Tengah, ya Pak Gub!