Manuver Sandiaga Uno Menjelang Pindah Partai
Hari pertama Lebaran 2023, Sandiaga Salahuddin Uno sibuk silaturahmi ke sejumlah elite partai politik. Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto termasuk salah satunya. Apakah ini caranya melapangkan jalan untuk Pilpres 2024?
Tawa lepas sesekali terdengar dari ruangan tempat bertemunya Pelaksana Tugas Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan atau PPP Mardiono dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Salahuddin Uno. Ditemani kudapan salad, keduanya akrab berbincang, membahas banyak topik, tak terkecuali soal isu kepindahan Sandiaga ke partai berlambang Ka'bah tersebut.
Pertemuan empat mata selama sekitar 45 menit itu berlangsung di kediaman Mardiono, di kawasan Permata Hijau, Jakarta, Sabtu (22/4/2023) malam.
Seusai pertemuan, Mardiono kembali melayangkan harapan agar mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu bergabung dengan PPP.
Menurut Mardiono, Sandiaga merupakan tokoh yang dapat melanjutkan pembangunan bangsa atau selaras dengan visi dan misi PPP. Bahkan, untuk kepentingan itu, PPP telah menyediakan ruang bagi Sandiaga diusung sebagai bakal calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) oleh PPP di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
”(Untuk Sandiaga) PPP menyediakan dua posisi, capres atau cawapres,” ungkap Mardiono.
Menyambut tawaran itu, Sandiaga tersenyum. Ia hanya menyampaikan bahwa keputusannya untuk pindah dari Gerindra akan diumumkan dalam waktu dekat. Ia pun tak menepis bahwa PPP akan menjadi ”rumah” barunya untuk melanjutkan karier politiknya.
”Mohon bersabar karena tadi Pak Mardiono sudah sampaikan kita hormati proses setelah shalat Istikharah dan ibadah. Beberapa hari ke depan kita akan sampaikan,” ujarnya.
Spekulasi bahwa Sandiaga akan keluar dari Gerindra dan bergabung dengan PPP sudah tersiar sejak akhir tahun lalu. Apalagi Sandiaga kerap menghadiri acara-acara penting PPP. Namun, sejak spekulasi beredar, ia berulang menepisnya, sedangkan pihak PPP tak surut menyuarakan bahwa pintu partai terbuka bagi Sandiaga.
Baca Juga: Jika Sandiaga Uno Loncat dari Gerindra...
Lantas, bagaimana dengan sikap Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto? Sudahkah dia menanyakan seputar rencana kepindahannya atau bahkan meminta izin kepada Prabowo?
Sandiaga tak memberikan jawaban pasti. Namun, seusai menunaikan shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu pagi, ia menyampaikan bahwa rencana perpindahannya ke partai lain sudah dilakukan dalam bingkai etika politik yang sopan.
”Tentunya semua sudah dalam bingkai etika politik yang saling menghormati, saling memahami sesuai dengan khotbah shalat Id ya, membuka peluang saling memaafkan bersilaturahmi dalam bingkai keberagaman kita,” ucapnya.
Kemudian, tak berapa lama setelah shalat Idul Fitri, Sandiaga bersama istri dan anaknya, terlihat mengunjungi Prabowo di kediamannya, di Kertanegara, Jakarta.
Baca Juga: Jelang Keputusan Pindah Partai, Sandiaga Silaturahmi Lebaran ke Prabowo
Namun, menurut dia, kunjungannya semata karena sudah tiga tahun berturut-turut ia tak bersilaturahmi saat Lebaran ke Prabowo karena pandemi Covid-19. Ketika kini pandemi sudah mereda dan tak ada lagi pembatasan kegiatan masyarakat, Sandiaga menyempatkan untuk bersilaturahmi kepada Prabowo.
Baca Juga: Menguatnya Daya Tarik Prabowo Subianto
Kunjungi PAN dan PKS
Yang menarik juga dari gerak silaturahmi Lebaran 2023 Sandiaga adalah kunjungannya ke Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan dan Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Al-Jufri setelah bersilaturahmi kepada Prabowo.
Menurut Sandiaga, kedua kunjungan tersebut ditujukan semata untuk silaturahmi tanpa muatan politis karena masih suasana Lebaran.
Namun, jika ditilik ke belakang, Sandiaga memiliki jejak historis dengan kedua partai ini. PAN dan PKS sama-sama mengusung Sandiaga sebagai cawapres pendamping Prabowo di Pilpres 2019. Kedua partai itu juga mengusung Sandiaga sebagai calon wakil gubernur pendamping Anies Baswedan di Pilkada DKI Jakarta 2017.
Karena kedekatannya dengan PAN, Sandiaga juga pernah diisukan akan pindah ke PAN bahkan diusung oleh PAN untuk maju di Pilpres 2024. Adapun PKS pernah menyatakan membuka pintu untuk Sandiaga bergabung di tengah isu kepindahannya ke PPP. Bahkan, Sandiaga dinilai cocok sebagai pendamping Anies Baswedan, bakal capres yang diusung PKS bersama Nasdem dan Demokrat dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
Tiket Pilpres 2024
Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno, manuver Sandiaga sepanjang hari pertama Lebaran bisa dibaca sebagai pemulus untuk jalannya menuju Pilpres 2024.
Kepindahannya ke PPP yang dilihatnya kemungkinan besar bakal terjadi, merupakan cara agar dia memperoleh tiket parpol untuk maju di Pilpres 2024. Terlebih PPP sudah membuka pintu, Sandiaga diusung sebagai capres atau cawapres dari PPP. Dan jalannya maju di pilpres melalui PPP lebih terbuka karena Gerindra sudah tidak mungkin mengubah keputusannya mengusung Prabowo di Pilpres 2024.
Khusus menyangkut manuvernya menemui Prabowo, Adi menduga hal itu agar relasi Prabowo dan Sandiaga tetap baik pasca-pindah partai. Relasi yang tetap baik bisa memudahkan jalan bagi Sandiaga untuk memperoleh sokongan partai lain atau jika nanti Sandiaga dan Prabowo berhadap-hadapan di pilpres, kontestasi tak sampai meluruhkan persahabatan yang telah terjalin selama ini.
Baca Juga: Wacana Koalisi Besar Berembus, Apa Plus Minusnya?
Adapun manuvernya menemui petinggi PAN dan PKS bisa dipandang sebagai ikhtiar Sandiaga untuk memperoleh sokongan dari parpol lain agar bisa maju di Pilpres 2024. Seperti diketahui, jumlah kursi PPP di DPR ataupun raihan suara PPP di Pemilu 2019 belum memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden-wapres. Dengan kata lain, PPP harus berkoalisi dengan partai lain jika kelak Sandiaga benar pindah ke PPP dan ingin maju di Pilpres 2024.
Selain itu, sokongan dari PKS dan PAN bisa memperkuat posisi tawar Sandiaga. Jika memang ia pindah ke PPP dan didukung PAN dan PKS, bukan tak mungkin ia bahkan bisa maju sebagai capres, meski kalaupun bukan capres, dengan total sokongan tiga partai, posisinya untuk bisa diusung sebagai cawapres bakal semakin kuat.
Sosok Sandiaga terbilang cukup kuat dari segi elektabilitas sebagai cawapres. Hasil survei Lembaga Indikator Politik Indonesia yang dirilis beberapa hari lalu, misalnya, dari simulasi delapan nama, Sandiaga berada di posisi dua teratas dengan elektabilitas sebesar 18,4 persen. Dia hanya kalah dari kader Partai Golkar, Ridwan Kamil, yang memiliki elektabilitas sebesar 19,7 persen.
Sementara itu, merujuk jajak pendapat Litbang Kompas Januari 2023 menunjukkan Sandiaga memuncaki klasemen elektabilitas cawapres. Dia berada di posisi pertama dengan perolehan elektabilitas sebesar 12,4 persen. Jumlah ini meningkat 1,8 persen dari periode survei sebelumnya, Oktober 2022 yang hanya sebesar 10,6 persen.
Nama Sandiaga juga disebut oleh Presiden Joko Widodo seusai shalat Idul Fitri di Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta, Jawa Tengah, mengenai satu dari tujuh cawapres yang laik mendampingi bakal capres PDI-P Ganjar Pranowo.
Selain Sandiaga Uno, enam nama lainnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir; Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD; Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil; Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar; Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto; hingga Prabowo Subianto.
Baca Juga:
> Celetuk Presiden soal Cawapres Selepas Shalat Idul Fitri
> Megawati dan Jokowi Sudah Membahas Kandidat Cawapres Ganjar
Tujuh nama itu telah dikomunikasikan Jokowi dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Menurut rencana, sejumlah tahapan untuk menentukan cawapres pendamping Ganjar akan dimulai pada Senin (24/4). Tahapan itu juga mencakup mengenai pertemuan Megawati dengan ketua umum partai lain.
Mardiono menyebutkan, perpaduan Ganjar-Sandiaga juga cocok. ”Cocok, (Ganjar-Sandiaga), sangat cocok,” tuturnya.
Bagi PPP, kepindahan Sandiaga, menurut Adi Prayitno, ibarat ”durian runtuh”. Selain partai bisa kecipratan popularitas Sandiaga, ia juga dikenal sebagai pengusaha yang sukses sehingga mampu menopang kebutuhan finansial partai apalagi dalam menghadapi pemilu yang dikenal berbiaya tinggi.
Meskipun begitu, seluruh harapan positif dapat runtuh seketika apabila Sandiaga gagal mendapatkan tiket cawapres. Sebab, perpindahan Sandiaga dari partai ”besar” seperti Gerindra menuju PPP saja, menurut Adi, sudah merugikan.
”Namun, perpindahannya dari partai cukup besar ke partai relatif kecil akan menguntungkan apabila Sandiaga juga mendapatkan tiket cawapres,” ungkap Adi.