Elite partai politik kerap meminta restu kepada Presiden Joko Widodo terkait koalisi parpol ataupun bakal capres-cawapres yang akan diusung untuk Pilpres 2024. Presiden heran dengan permintaan restu itu.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo kembali menegaskan bahwa urusan terkait koalisi partai politik dan bakal calon presiden-wakil presiden merupakan kewenangan partai politik. Presiden tidak ikut campur meski kerap dimintai restu oleh partai politik.
”Yang namanya pilpres (pemilihan presiden) itu urusan partai atau gabungan partai. Jangan Presiden itu diikut-ikutkan. Tapi sering ketua partai ini dikit-dikit (mengklaim) sudah direstui Presiden. Apa hubungannya? Saya kadang-kadang mikir, apa hubungannya? Enggak ada hubungannya,” tutur Presiden Jokowi saat menghadiri Silaturahmi Ramadhan Partai Amanat Nasional (PAN) di Kantor DPP PAN, Jakarta, Minggu (2/4/2023) siang.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Dalam acara yang dibuka Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan itu hadir pula Ketua Umum Partai GerindraPrabowo Subianto, Ketua Umum Partai GolkarAirlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, dan Pelaksana Tugas Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Mardiono. Untuk diketahui, partai-partai politik ini tergabung dalam dua koalisi berbeda. Gerindra berkoalisi dengan PKB, sedangkan Gerindra, PAN, dan PPP tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Presiden pun menyindir, biasanya para elite partai berkomunikasi dan membentuk koalisi. Setelahnya baru melapor.
”KIB (Koalisi Indonesia Bersatu), kan, terbentuk karena pertemuan Pak Airlangga, Pak Zul (Zulkifli Hasan), sama Pak Mardiono. Baru datang ke saya, ’Pak, mohon restu.’ Kalau saya ditanya, (saya jawab) ’Ya, saya restui.’ Sebetulnya hanya gitu-gitu itu, jadi bukan saya (memerintah), ’Oh, anu ya, bentuk KIB kayak gini.’ Enggak pernah,” tutur Presiden lagi.
Disampaikan pula mengenai keinginan Muhaimin Iskandar berpasangan dengan Prabowo Subianto untuk Pilpres 2024. Presiden menyambungkan keinginan ini kepada Prabowo.
”Hanya gitu-gitu aja. Akhirnya sambung gitu loh, eh bukan karena saya, bukan karena saya. Tapi di luarnya beda lagi. Mungkin Pak Prabowo yang sering (menyampaikan) ’Ini sudah direstui oleh Presiden.’ Ya, saya sih senang-senang saja,” tambahnya.
Presiden Jokowi juga mengatakan restunya tak berarti meningkatkan elektabilitas seseorang. ”Tadi disinggung mengenai Pak Prabowo yang naik elektabilitasnya. Saya pikir-pikir naiknya elektabilitas beliau itu bukan karena saya, tidak, ya karena beliau sendiri dan (Partai) Gerindra,” ujar Jokowi.
Zulkifli Hasan dalam pidato sambutannya sempat menyinggung soal elektabilitas Prabowo yang meningkat karena kerap diajak kunjungan kerja oleh Presiden, bahkan berulang kali mendapat dukungan sebagai capres pada Pilpres 2024 dari Presiden.
”(Di komunitas pengusaha Tionghoa) ada filosofi walau tidak tertulis. Katanya, kalau kita berbisnis, harus ikut yang lagi wangi, yang lagi harum. Artinya pegang apa aja jadi, memasarkan apa saja laku, bikin saja disukai orang. Kalau kita ikut itu, kita ikut wangi. Kalau ikut yang lagi bohwat, yang enggak bagus, ikut juga. Jadi tidak heran kalau Pak Prabowo panen padi sama Pak Jokowi, survei naik,” tuturnya.
Hal ini ditanggapi Presiden Jokowi dengan seloroh menepis anggapan tersebut. ”Saya hanya berpikir ini, jangan-jangan Pak Zul minta diajak (kunjungan kerja). Sudah minggu besok, nanti, tiga kali dengan saya. Bukan minggu besok, bulan besok,” selorohnya.
Presiden kemudian menceritakan, dalam kunjungan kerjanya, dirinya sering mengunjungi pasar. Hal ini dilakukan untuk mengecek harga komoditas. Karena itu, Zulkifli Hasan yang Menteri Perdagangan paling cocok untuk diajak kunjungan kerja. ”Tapi enggak tahu yang sering minta diajak itu Pak Prabowo. Pak Zulkifli ini diam-diam saja. Baru tadi ini saya tahu beliau minta diajak,” tambah Presiden.
Selama ini, Presiden kerap bertemu Zulkifli terkait beragam harga komoditas yang sedikit naik, seperti bawang putih, bawang merah, dan telur. Namun, selama ini, Presiden mengatakan tak pernah mendengar Zulkifli meminta diajak kunjungan kerja.
”Oh, Pak Zul juga, baru nangkap saya, baru nangkap. Tapi kalau Pak Zul diajak, ya, yang lain mestinya juga diajak juga,” goda Presiden lagi.
Presiden menambahkan, sebenarnya keikutsertaan pada kunjungan kerja Presiden tidak berefek pada elektabilitas. ”Ya, karena beliau-beliau sendirilah kenapa elektabilitasnya naik,” ujar Presiden.
Zulkifli dalam pidatonya juga memuji-muji para ketua umum parpol yang hadir. ”Pak Airlangga Hartarto, Menko Perekonomian atasan saya, juga membawa Koalisi Indonesia Bersatu. Semakin solid, kompak, satu pemikiran. Dan insyallah satu pilihan di bawah komando Bapak Presiden,” tuturnya.
Kepada Prabowo Subianto, Zulkifli menyatakan sudah mendukung Prabowo sepuluh tahun ini. Memang PAN mendukung Prabowo saat menjadi capres bersama Hatta Rajasa pada Pemilu 2014. Demikian pula saat Pemilu 2019, PAN menjadi salah satu parpol pendukung Prabowo-Sandiaga Uno. ”Tapi karena Pak Prabowo jadi menteri Pak Jokowi, masak saya enggak,” ujarnya.
Namun, dia mengatakan, saat bisik-bisik dengan Prabowo, disampaikan supaya menuntaskan kerja tersebut. ”Saya, kan, panglima lapangan, panglima tertingginya Pak Jokowi,” ujar Zulkifli lagi.
Muhaimin Iskandar juga disebut Zulkifli sebagai sahabatnya. Kendati ada fotonya besar sekali di spanduk depan rumahnya, dia meminta supaya spanduk tersebut tak diganggu. ”Saya bilang jangan diganggu, kalau perlu, jika sudah agak lusuh, ganti dengan yang baru,” ujarnya.
Dalam acara silaturahmi ini, dia juga mengatakan siap memasuki tahun politik dan melanjutkan apa yang sudah dilakukan Presiden Jokowi.
”Kita harap ada cahaya masuk dan memperbaiki komitmen kita di bawah komando Bapak Presiden, menguatkan, meneguhkan, komitmen kebangsaan kita,” ujarnya.
Zulkifli pun kembali menegaskan PAN akan terus mengawal pemerintahan yang dipimpin Presiden Jokowi. ”PAN terus mengawal setia sampai akhir,” katanya.