Wacana Duet Ganjar dan Prabowo Merebak, Prabowo-Muhaimin Bertemu
Pertemuan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar digelar di kediaman KH Agoes Ali Masyhuri, pengasuh salah satu pondok pesantren di Sidoarjo. Apa kata KH Ali kepada keduanya?
> Ketum PKB Muhaimin Iskandar menyebut KH Agoes Ali Masyhuri meyakinkan pasangan Prabowo dan Muhaimin bisa menang di Pilpres 2024.
> Ketum Gerindra Prabowo mengatakan, selain menghadiri pernikahan, keberadaannya di Sidoarjo bersama Muhaimin untuk memperhatikan perkembangan situasi nasional.
> Pengamat menilai pertemuan Prabowo dan Muhaimin tidak bisa dilepaskan dari wacana perjodohan Prabowo dengan Ganjar.
JAKARTA, KOMPAS — Setelah ramai dispekulasikan bakal dipasangkan dengan Ganjar Pranowo di Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto kembali bertemu dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar. Pertemuan dinilai sebagai upaya untuk menjaga kemungkinan Prabowo dan Muhaimin berpasangan di pilpres. Sebab, hingga saat ini keduanya belum juga mencapai titik temu pengambilan keputusan ihwal pasangan yang akan diusung dua partai politik yang telah berkoalisi itu.
Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto kembali bertemu dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Minggu (12/3/2023). Kali ini di kediaman KH Agoes Ali Masyhuri, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Progresif Bumi Shalawat, Sidoarjo, Jawa Timur. Prabowo dan Muhaimin sama-sama menghadiri pernikahan putra ke-10 KH Agoes Ali Masyhuri, Shohibul Burhan, dengan Iftitakhur Rahmah. Pada acara tersebut hadir pula sejumlah petinggi PKB, di antaranya Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid, Wakil Ketua Umum PKB Ida Fauziyah, Sekretaris Jenderal PKB Hasanuddin Wahid, dan Ketua DPW PKB Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori.
Seusai acara, Prabowo mengatakan, selain menghadiri pernikahan, keberadaannya di Sidoarjo bersama Muhaimin sekaligus untuk memperhatikan perkembangan situasi nasional. Ia berkomitmen untuk terus membangun kerja sama yang dapat menciptakan suasana kondusif. ”Kami bertekad untuk selalu bekerja sama dengan baik supaya suasana negara dan bangsa sejuk, proses kenegaraan juga berjalan dengan sejuk, baik, dan damai,” kata Prabowo.
Muhaimin dalam akun resminya di Instagram, Minggu sore, mengatakan, sejak awal mengundang, KH Agoes Ali atau Gus Ali telah berpesan bahwa dirinya dan Prabowo harus datang ke acara tersebut. Kehadiran mereka penting karena Gus Ali akan menikahkan dua pasangan.
”Ternyata pasangan yang kedua yang dimaksud adalah Pak Prabowo dan saya. Kepada Pak Prabowo dan saya, Gus Ali meyakinkan bahwa duet ini akan menang di Pilpres 2024. Bahkan, beliau yang akan bergerak sendiri usaha lahiriah maupun batiniah,” kata Muhaimin.
Gerindra dan PKB memang telah sepakat untuk membangun kerja sama politik untuk menghadapi Pilpres 2024. Setelah deklarasi pada Agustus 2022, kedua partai politik (parpol) itu juga telah meresmikan sekretariat bersama (sekber) pada akhir Januari.
Dalam kerja sama tersebut, Prabowo dan Muhaimin diberikan mandat untuk menentukan pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) yang bakal diusung. Namun, hingga saat ini belum ada keputusan dari keduanya.
Baik Prabowo maupun Muhaimin sama-sama memegang mandat dari parpol masing-masing untuk maju di Pilpres 2024. Pimpinan Gerindra dari seluruh tingkatan melalui rapat pimpinan nasional pada Agustus tahun lalu meminta Prabowo menjadi capres 2024. Begitu juga PKB dalam Muktamar 2019 telah memutuskan untuk mengusung Muhaimin di Pilpres 2024.
Baca juga: Strategi Dua Kaki PKB demi Kuasai 100 Kursi Parlemen
Selain itu, Ijtima Ulama Nusantara 2023 merekomendasikan agar Muhaimin maju di Pilpres 2024, baik sebagai capres maupun cawapres. Para ulama meminta agar Muhaimin segera menentukan pasangannya sebelum bulan Ramadhan atau akhir Maret. Hasil Ijtima Ulama itu sudah beberapa kali dibicarakan dengan Prabowo, tidak terkecuali saat keduanya bertemu di Jakarta, 1 Maret 2023.
Spekulasi pasangan lain
Sementara itu, Prabowo justru ramai dispekulasikan bakal berpasangan dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Isu tersebut menguat khususnya setelah Prabowo tampil bersama dengan Presiden Joko Widodo dan Ganjar Pranowo dalam acara panen raya padi di Kebumen, Jawa Tengah, pekan lalu. Tak hanya menghadiri agenda bersama, ketiganya juga terlihat mengobrol bersama. Bahkan, mereka juga melayani swafoto bersama petani. Prabowo dan Ganjar bergantian memegang ponsel untuk berswafoto.
Baca juga: Ganjar, Prabowo, dan Intensi Presiden Jokowi untuk Jadi ”King Maker”
Sebelum bertemu dengan Prabowo di Sidoarjo, Muhaimin, di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu pagi, mengatakan, tidak khawatir terhadap munculnya wacana duet Ganjar dan Prabowo. Gerindra dan PKB telah berkoalisi. Keputusan pasangan yang akan diusung pun akan ditentukan oleh dirinya dan Prabowo.
”Ya tidak masalah, yang penting bagi PKB, pilpres yang ada di Koalisi PKB dan Gerindra ini punya kekuatan untuk menang. Belum ada bahasan mengusung siapa pun, pokoknya komunikasi politik jalan terus, soal siapa yang diusung nanti saya sama Pak Prabowo yang memutuskan,” ujarnya.
Dihubungi secara terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Irfan Yusuf Hasyim juga belum bisa memastikan sosok yang bakal dipilih untuk mendampingi Prabowo di Pilpres 2024. Meski telah berkoalisi dengan PKB, belum ada kepastian pula bahwa Prabowo akan berpasangan dengan Muhaimin, termasuk setelah adanya dorongan dari para ulama. Begitu juga dengan ucapan Gus Ali.
Menurut Irfan, Gus Ali merupakan sosok yang berkarakter khas ulama Nahdlatul Ulama (NU). Ia bisa menyampaikan hal serius dengan cara humor dan sebaliknya, bicara seolah berguyon tetapi ternyata serius. Begitu pula dalam konteks pernyataan untuk menikahkan Prabowo dan Muhaimin. ”Tetapi, bagaimanapun juga, kita anggap saja itu doa dari beliau,” kata Irfan.
Terkait dengan pasangan capres dan cawapres dari Koalisi Gerindra dengan PKB, kata Irfan, itu akan ditentukan oleh Prabowo dan Muhaimin. Meski tak bisa memastikan waktunya, ia mengatakan, pasangan tersebut akan segera dideklarasikan. ”Lagi pula waktu pendaftaran masih jauh, jadi tidak harus dikejar-kejar sekarang ini,” ujar Irfan.
Gimik politik
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno melihat bahwa pertemuan Prabowo dan Muhaimin tidak bisa dilepaskan dari wacana perjodohan Prabowo dengan Ganjar. Setelah spekulasi itu ramai diperbincangkan, Muhaimin membutuhkan momentum agar namanya sebagai salah satu alternatif pendamping Prabowo tidak tenggelam. Oleh karena itu, kehadiran di agenda pernikahan pun menjadi gimik untuk mengingatkan Gerindra yang sudah punya komitmen politik dengan PKB.
”Ini merupakan gimik untuk menciptakan momentum agar Muhaimin bisa (tetap diperhitungkan) mendampingi Prabowo,” kata Adi.
Pengajar politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah itu menambahkan, tidak mudah bagi Prabowo dan Muhaimin untuk mengambil keputusan terkait pencapresan. Kendati Prabowo merupakan salah satu tokoh potensial capres dengan tingkat elektabilitas tertinggi versi hasil survei berbagai lembaga, Gerindra tidak bisa mengusungnya tanpa berkoalisi dengan parpol lain karena belum memenuhi ambang batas pencalonan presiden yang ditetapkan Undang-Undang Pemilu.
PKB pun menjadi rekan koalisi yang krusial karena memiliki basis massa dari kelompok nahdliyin. Kelompok tersebut merupakan segmen pemilih potensial yang selama beberapa kali pemilu terakhir tidak pernah menjadi basis pendukung Gerindra.
Baca juga: Adu Siasat Mengikat Koalisi Partai Politik
Akan tetapi, posisi krusial PKB bagi Gerindra tidak serta-merta bisa membuat Prabowo bisa meminang Muhaimin. Selain tingkat elektabilitasnya yang masih jauh di bawah Prabowo, Muhaimin juga tidak menjadi pilihan utama kelompok nahdliyin di pilpres.
”Di level pencapresan, Muhaimin tidak jadi representasi nahdliyin. Pemilih PKB tidak otomatis memilih Muhaimin. Variabel ini yang sepertinya dihitung betul oleh Prabowo,” ujar Adi.
Adi mengatakan, pilihan menjadi semakin rumit karena jika tidak memilih Muhaimin, Prabowo dan Gerindra harus bersusah payah mencari rekan koalisi yang sepadan dengan PKB. Itu juga bukan hal yang mudah untuk dilakukan. ”Mau tidak mau, Muhaimin memang harus dipaksa untuk legowo,” katanya.