Konferensi Islam ASEAN Diharap Teguhkan Posisi Umat Islam di Kancah Global
Konferensi Islam ASEAN Ke-2 di Bali juga menandakan kematangan Indonesia dalam menata keragaman. Momentum ini juga merefleksikan pada dunia bahwa masyarakat Indonesia senantiasa hidup berdampingan.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
BALI, KOMPAS — Wakil Presiden Ma'ruf Amin membuka konferensi Islam ASEAN Ke-2 yang digelar di Bali. Momentum Konferensi Islam ASEAN Ke-2 diharapkan bisa dioptimalkan untuk menghasilkan keputusan yang semakin meneguhkan posisi umat Islam dalam kancah global. Di sisi lain, saat ini, radikalisme dan terorisme juga masih menjadi tantangan di Indonesia.
“Teroris itu melanggar nilai-nilai keislaman. Itu bukan Islam,” kata Wapres Amin saat dimintai tanggapannya terkait radikalisme dan terorisme yang masih terjadi di Indonesia dalam keterangan pers seusai menghadiri pembukaan Konferensi Islam ASEAN di Hotel Hilton, Nusa Dua, Bali, Kamis (22/12/2022).
Tampak mendampingi Wapres adalah Menteri Urusan Agama Islam, Dakwah, dan Penyuluhan Arab Saudi Abdullatif bin Abdul Aziz Al-Syaikh; Wakil Menteri Agama RI Zainut Tauhid; Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Esam A Abid al-Thagafi; dan Gubernur Bali I Wayan Koster.
Pada Jumat (16/12/2022), Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Satuan Tugas Wilayah Sumatera Utara, menangkap terduga teroris di Kota Tebing Tinggi, Sumatra Utara. ”Teroris itu bukan Islam sudah jelas, ya,” kata Wapres.
”Teroris itu melanggar nilai-nilai keislaman. Itu bukan Islam. ”
Menurut Wapres, pemerintah dan para pemangku kepentingan terus mengupayakan langkah solutif untuk dapat mengembalikan oknum yang terpapar radikalisme untuk dapat kembali berperilaku sesuai ajaran yang benar. “Bagaimana kita mengembalikan cara berpikir sesuai dengan ajaran yang benar, meluruskan pemahamannya itu,” tambahnya.
Sementara mengenai 11 orang terduga teroris di Sumatra Utara, Wapres meminta agar dapat ditindak sesuai prosedur hukum yang berlaku. “Atas tindakan kriminalnya itu dia harus ditegakkan hukum sesuai dengan hukum yang kita punya. Karena dia telah melakukan pelanggaran hukum,” ujar Wapres.
Selain itu, Wapres juga berharap adanya pendampingan rohani bagi 11 terduga teroris agar dapat diberikan pemahaman agama dengan baik dan komprehensif. “Kemudian pemahaman agamanya diluruskan, dibetulkan, sesuai dengan ajaran yang benar,” tambahnya.
Wapres menambahkan bahwa penyelenggaraan Konferensi Islam ASEAN Ke-2 di Provinsi Bali juga menandakan kematangan Indonesia dalam menata keragaman. “Tanah Dewata yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu, dapat menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi pelaksanaan kegiatan yang didominasi oleh umat muslim dari berbagai negara,” tambahnya.
Momentum ini juga merefleksikan pada dunia, bahwa masyarakat Indonesia senantiasa hidup berdampingan. Perbedaan suku, bahasa, budaya, hingga agama tidak lantas menjadi halangan. Di Indonesia, asas persatuan selalu dijunjung tinggi di atas kebinekaan.
”Dengan semangat yang sama, saya mengharapkan konferensi ini juga mampu menjadi platform penguat kerja sama dan sinergisme Indonesia dan negara-negara ASEAN, juga dengan Kerajaan Arab Saudi,” ucap Wapres Amin.
Kerja sama
Wapres juga mengharapkan perhelatan ini semakin menumbuhkan prospek, sekaligus menguatkan kerja sama negara-negara ASEAN dan Arab Saudi di berbagai aspek. Hal ini terutama di bidang pendidikan dan riset untuk mengakselerasi tercapainya generasi unggul, berdaya saing, dan berakhlak mulia.
KTT Islam ASEAN Ke-2 yang merupakan kerjasama antara Kementerian Agama RI dan Kementerian Urusan Islam, Dakwah dan Penyuluhan Arab Saudi ini berlangsung hingga 23 Desember 2022. Konferensi yang bertajuk "Khairu Ummah" diikuti sekitar 140 peserta, dari Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, Filipina, Laos, Myanmar, Vietnam, Timor Leste, serta Arab Saudi.
Persatuan yang terjalin diyakini akan menjadi bahan bakar untuk mengejar ketertinggalan, membangun peradaban, dan mengantarkan umat Islam pada kemajuan. Sumber daya manusia menjadi faktor vital yang harus diprioritaskan sebagai bekal memenangkan segala tantangan seperti ancaman perang, pergolakan dan ketidakpastian ekonomi, krisis pangan dan energi, bencana alam, hingga konflik kemanusiaan.
Wapres mengungkapkan bahwa dari hasil penelitian Positive Peace Index (PPI) di 163 negara, baru dua negara di kawasan Asia Tenggara yang masuk dalam peringkat 50 teratas dalam Positive Peace Report yang dirilis tahun 2022. Indeks ini menggambarkan kondisi yang memungkinkan terciptanya lingkungan yang memberikan kesempatan bagi potensi individu untuk berkembang secara optimal.
”Hasil penelitian Positive Peace Index (PPI) di 163 negara, baru dua negara di kawasan Asia Tenggara yang masuk dalam peringkat 50 teratas dalam Positive Peace Report yang dirilis tahun 2022. ”
Pilar yang menjadi landasan di antaranya mencakup aspek jalannya pemerintahan, kondisi ekonomi, distribusi sumber daya, arus informasi, hingga tingkat korupsi. “Artinya, indikator-indikator inilah yang setidaknya menjadi pekerjaan rumah bersama bagi negara-negara di Asia Tenggara, dalam rangka memaksimalkan kapasitas sumber daya manusia yang ada,” tambah Wapres.
Di balik berbagai tantangan yang menyertai perubahan zaman, eksistensi agama menjadi sumber ketenteraman sekaligus kekuatan. Hal ini termasuk dalam upaya membangun sumber daya manusia unggul dan berakhlak mulia.
”Di balik berbagai tantangan yang menyertai perubahan zaman, eksistensi agama menjadi sumber ketenteraman sekaligus kekuatan. ”
Ajaran Islam mendorong terwujudnya generasi khairu ummah, atau umat terbaik. Khairu ummah adalah cerminan umat yang menjadi teladan, juga pionir hadirnya kemaslahatan dan tegaknya keadilan. Umat Islam harus melakukan amar ma'ruf di seluruh bidang, baik itu bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun lingkungan.
Dalam sambutannya, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid mengaku bangga karena konferensi Islam ASEAN Ke-2 digelar di Bali. “Tentu pemilihan Bali memiliki alasan mendasar yang tidak terbatas pada keindahan alam semata, sebagaimana umumnya provinsi lain di Indonesia, Bali amat kaya dengan seni dan budaya, kaya akan keragaman suku agama, adat istiadat dan juga bahasa,” tambahnya.
Bali menjadi titik pertemuaan masyarakat internasional dari berbagai penjuru dunia dengan watak masyarakat yang terbuka dan ramah. “Keragaman tersebut berpadu dengan harmoni dengan kerukunan masyarakat hidup berdampingan dalam perbedaan yang banyak tidak menistai yang sedikit dan yang sedikit tidak rendah diri di antara mereka yang banyak, semua sama sebagai anak bangsa, semua sama sebagai manusia,” kata Zainut.