”Tiki-taka” Partai Politik Membonceng Piala Dunia 2022
Camilan hingga ponsel jadi umpan menggaet masyarakat nobar Piala Dunia 2022 yang digelar sejumlah partai politik. Ikhtiar parpol menguasai Pemilu 2024 bak ”tiki-taka” dalam sepak bola yang mengejar penguasaan bola.
> Parpol di sejumlah daerah menggelar nonton bareng Piala Dunia 2022. Camilan, minuman ringan, hingga ponsel pintar jadi pemikat.
> Nobar Piala Dunia 2022 ada yang diinisasi elite parpol di daerah tetapi ada juga yang diinstruksikan dari pusat.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
> Pengamat melihat nobar merupakan sarana parpol untuk membangun publisitas politik.
Aksi pemain Perancis, Kylian Mbappe, saat menggetarkan jala gawang Denmark di Piala Dunia 2022, Sabtu (26/11/2022) malam, seketika memeriahkan suasana nonton bareng alias nobar di taman Kantor DPD Partai Golkar DKI Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat. Mayoritas penonton yang merupakan pendukung Perancis langsung larut dalam kegembiraan.
Kemenangan Perancis atas Denmark dengan skor 2-1 di laga Grup D tersebut menjadi pemuncak kebahagiaan. Adapun bagi pendukung Denmark, meski jagoannya kalah, kesedihan hanya sesaat. Mereka pun turut larut dalam keriaan.
Bagaimana tidak? Di tengah banyaknya gelaran nobar Piala Dunia 2022 yang berbayar, mereka bisa datang nobar tanpa harus mengeluarkan sepeser pun uang.
Bahkan, mereka dijamu saat nobar di sana. Penjual kacang rebus, sekoteng, dan gorengan sengaja didatangkan oleh tuan rumah nobar agar camilan dan minuman hangat itu menjadi teman menonton. Ditambah lagi, mereka berkesempatan memeroleh kartu uang elektronik senilai Rp 50.000 dan ponsel pintar seharga Rp 1,6 juta. Rata-rata empat kartu elektronik diundi di setiap laga, sedangkan ponsel pintar hanya sesekali.
Hendra Irawan (32) menjadi salah satu pencinta bola yang diuntungkan dengan nobar plus plus tersebut. Meski tempat tinggalnya di Cijantung, Jakarta Selatan, ia rela menempuh perjalanan sekitar 30 kilometer menembus kemacetan Jakarta selama sekitar satu jam hanya untuk nobar di Menteng.
Ia pun tak peduli saat mengetahui penyelenggara nobar adalah Ahmed Zaki Iskandar, Ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta, yang mungkin saja memiliki kepentingan politik di balik gelaran nobar itu. Bahkan, ia mengapresiasi kegiatan nobar yang digelar Bupati Tangerang itu.
”Secara nggak langsung, ini promosi terselubung. Kami yang datang jadi tahu siapa dia. Kalau ada pemilihan calon anggota legislatif, calon kepala daerah, atau calon presiden, terus dia nyalonin, mungkin saya bakal milih dia. Soalnya, berkat dia saya bisa nobar gratis,” ucap Hendra terkekeh.
Celine Tukan (19), pencinta bola lainnya yang ikut nobar di lokasi itu, menilai nobar menjadi sarana efektif untuk mengenalkan politisi atau parpol kepada masyarakat, khususnya anak muda. ”Apalagi, Piala Dunia banyak yang nonton. Selain itu, tempat nobarnya bagus dan gratis pula,” ujar Celine yang datang dari Matraman, Jakarta Timur, bersama sepupunya, Ina Duran (18), dan adiknya, Cella (13).
Baca juga : Caleg Pesohor, dari Panggung Turun ke Kampung
Nuansa Golkar sangat dominan di lokasi nobar. Dari layar yang berbingkai warna kuning atau selaras dengan warna Golkar, bilik foto, hingga sejumlah bean bag yang juga berwarna kuning. Tak hanya itu, foto diri dari inisiator nobar, Zaki Iskandar, serta namanya juga terlihat menonjol di area nobar. Video profil Zaki juga diputar berulang menjelang laga, saat jeda laga, dan pascalaga. Bahkan, tagline dari acara nobar adalah ”Nonton Bersama Bang Zaki”, selain ”Jakarta Nonton Bola”.
”Sepak bola ini menggambarkan filosofi kehidupan. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari sepak bola: kekecewaan, kemenangan, harapan, dan lainnya. Maka dari itu, saya ingin berbagi kemeriahan pesta sepak bola ini dengan masyarakat di Jakarta,” ujar Zaki menjelaskan alasannya menggelar nobar.
Nobar digelarnya sepanjang pesta bola empat tahunan itu berlangsung. Artinya, nobar digelar penuh mulai dari 21 November 2022 hingga acara puncak, final Piala Dunia 2022 pada 18 Desember 2022.
Menggelar nobar sepanjang Piala Dunia 2022, diakui Zaki, tidak mudah dan tidak murah. Ia harus ”mendandani” area nobar, menyewa tenda, membeli dagangan sejumlah pedagang makanan dan minuman ringan, hingga membayar lisensi hak siar. Ia merahasiakan biaya yang dikeluarkan, tetapi dengan seluruh fasilitas itu diperkirakan biaya yang dikeluarkan bisa lebih dari Rp 70 juta.
”Namun, saya tak sendirian. Nobar ini diadakan bersama-sama dengan teman-teman kader (Golkar) yang lain kendati bukan atas nama DPD Golkar. Teman-teman ini ikut menyumbang. Saya yang urus lisensi dan tempat, mereka yang menyiapkan hadiah,” ujar Zaki.
Ia pun menepis bahwa gelaran nobar itu sebagai upaya menggaet dukungan untuk Pemilu 2024. Sebab, menurut dia, pesta demokrasi itu masih belum terlalu menjadi perhatiannya secara personal. Adapun partainya masih melakukan konsolidasi internal untuk persiapan pemilu mendatang.
Baca juga : Menembus ”Belantara” Pemilu dengan Basis Saintifik
Instruksi DPP
Selain Zaki dan rekan-rekannya di DPD Golkar DKI Jakarta, nobar juga digelar parpol lain. Di Sulawesi Selatan, misalnya, DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Makassar menggelar nobar di Ruko Warung Kopi di kawasan Panakkukang, Makassar. Ketua DPC PDI-P Kota Makassar Andi Suhada mengatakan, pihaknya sudah menggelar nobar tiga kali dalam rentang 26 November-2 Desember 2022.
Nobar digelar lantaran ada instruksi dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P. Menurut dia, DPP selalu meminta jajaran pengurus di daerah untuk mengikuti arus atau tren di masyarakat. Pihaknya pun selalu berusaha untuk tidak melewatkan hal-hal yang memang tengah dibicarakan banyak orang, seperti Piala Dunia. Untuk itu, instruksi dari DPP dilihat sebagai peluang untuk mengenalkan partai sekaligus menarik simpati masyarakat, khususnya kaum muda.
”Paling tidak, orang bersimpati dan melihat bahwa kami memiliki perhatian terhadap hal-hal seperti Piala Dunia. Namun, semua upaya yang kami lakukan jangan sampai dilihat seolah-olah dilakukan karena ingin mencapai sesuatu. Kami alamiah saja. Paling tidak, mereka yang datang bisa melihat sendiri tentang kami. Biar mereka yang menilai sendiri,” tutur Andi saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (2/12/2022).
Sama seperti gelaran nobar di Kantor DPD Golkar DKI Jakarta, nobar oleh DPC PDI-P Makassar juga menyajikan makanan dan minuman gratis. Jajanan di warung kopi bisa dinikmati penonton nobar tanpa mengeluarkan sepeser pun uang. Dari mana uangnya? Andi mengaku ada dana dari kas DPC. Ada pula sumbangan dari kader PDI-P. ”Prinsipnya, kan, gotong royong. Patungan sesama kader,” tambahnya.
Nobar oleh parpol juga digelar di Lampung, tepatnya di Lampung Utara. Adalah DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Utara yang menjadi inisiator acaranya. Nobar digelar setiap malam pada pekan pertama Piala Dunia 2022. Nobar digelar di rubanah aula kantor DPD. Sama seperti PDI-P, Ketua DPD PKS Lampung Utara Muhammad Nuzul Setiawan mengaku menggelar nobar dengan mengandalkan dana kas serta patungan kadernya.
Nobar sengaja digelar untuk lebih memperkenalkan wajah baru partainya kepada publik. Selama ini, kata Nuzul, PKS dilihat masyarakat sebagai partai yang kental dengan agama tertentu. Setelah berganti logo pada 2020, PKS ingin dilihat sebagai partai yang terbuka bagi semua kalangan.
Nobar juga diakuinya sebagai upaya mendekatkan PKS dengan anak muda. Sebab, tak sedikit anak muda di Lampung Utara dinilai masih apatis terhadap politik. Dengan kegiatan-kegiatan berbau anak muda, ia berharap mereka mulai tertarik pada politik dan partai politik. Bahkan, kata Nuzul, inisiatif menggelar nobar pun awalnya datang dari anak-anak muda yang bermain futsal dengan tim bentukan PKS.
”Kami biarkan mereka merasakan bahwa PKS suka nonton bola, suka futsal, dan suka kegiatan anak muda lainnya. Intinya, kami mengedepankan pendekatan personal. Kami ajak ngobrol. Santai. Dengan cara yang mereka nyaman dan suka. Tidak memaksakan bahwa nanti harus gabung PKS atau memilih PKS,” tutur Nuzul saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Baca juga : Kursus Memasak hingga Tata Rias, Cara Parpol Gaet Emak-emak
Publisitas
Dosen Komunikasi Politik UIN Jakarta, Gun Gun Heryanto, mengatakan, nobar memang merupakan sarana membangun publisitas politik. Pemanfaatan momentum Piala Dunia untuk publisitas termasuk dalam kategori tie-in publicity. Artinya, publisitas memanfaatkan kejadian luar biasa yang menjadi magnet pemberitaan. Adapun publisitas berorientasi pada empat hal, salah satunya tingkat popularitas.
Lantas, mengapa nobar dipakai sebagai alat untuk meningkatkan popularitas?
Menurut Gun Gun, nobar menghadirkan emosi, motif, pemaknaan, dan tindakan seseorang. Nobar dapat membangun semangat kekitaan yang bertujuan pada penerimaan dan pengenalan akan sosok politisi ataupun partai politik tertentu.
”Sebenarnya ini teknik standar dalam komunikasi politik, terutama di wilayah pemasaran politik,” lanjutnya.
Ia menambahkan, publisitas berbeda dengan kampanye. Selain pendekatannya lebih halus, publisitas pun lebih murah ketimbang kampanye. Dalam publisitas, parpol atau politisi hanya berupaya untuk mengenalkan diri kepada masyarakat. Upaya meminta dukungan masih dilakukan secara implisit. Sementara itu, kampanye jauh lebih eksplisit dengan mendatangi basis pemilih dan meminta mereka memberikan dukungan.
Biaya yang dikeluarkan untuk publisitas pun lebih murah dibandingkan kampanye. Terlebih, dalam kampanye, politisi yang pragmatis kerap tidak segan untuk membeli suara (vote buying). Untuk politisi yang tidak menerapkan itu, mereka akan menggelar acara yang sesuai target pemilihnya dengan biaya tinggi.
”Jadi, sebenarnya kalau pendekatan publisitas dimanfaatkan dengan baik, maka akan efektif. Ini bisa menyumbang tingkat kepopuleran dan penerimaan. Bahkan, kalau dikelola lebih lanjut, itu bisa meningkatkan elektabilitas,” ucap Gun Gun.
Untuk itu, ia mengingatkan bahwa upaya publisitas tidak boleh berhenti setelah acara nobar selesai. Perlu ada tindak lanjut dengan merawat komunitas penonton yang bisa menjadi basis konstituen itu. Misalnya, dengan mengadakan pemberdayaan komunitas, seperti pelatihan UMKM, atau membuat lomba bagi anak muda, seperti pertandingan e-sport.
”Kalau penontonnya tidak dipersuasi untuk kemudian jadi data by name dan by address, maka setelah nobar selesai, penonton ini tidak akan menjadi penyumbang suara,” ujarnya.
Baca juga : Musim Semi Sukarelawan Politik
Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute ini juga melihat, nobar bukan hanya upaya menggaet dukungan pemilih muda. Nobar pun menjadi ajang menggaet dukungan pemilih mengambang (swing voters). Selama ada pemilih yang kecenderungannya tidak pada partai, kemungkinan untuk menggaetnya lebih besar. Pada akhirnya, hal itu tergantung pada ketepatan cara persuasi dari parpol atau politisi.