Membaca Enam Lawan Tiga dalam Tiga
Angka dalam pemilu sangat menentukan. Dalam Pilpres 2024, enam partai di DPR diperkirakan akan ”berkoalisi”, mengusung dua calon presiden: Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Tiga partai lain mengusung Anies Baswedan.
> Sesuai perolehan suara dan kursi di DPR, serta pergerakan partai untuk berkoalisi, pada Pemilu 2024 dimungkinkan munculnya empat pasangan capres-cawapres.
> Jika hanya tiga capres-cawapres, kemungkinan dua di antaranya diusung PDI-P, Gerindra, Golkar, PKB, PPP, dan PAN. Satu lainnya, Nasdem, Demokrat, dan PKS.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
> Penentuan cawapres harus memperhitungkan elektabilitas calon dan parpol pengusung di tujuh provinsi.
Pemilu Presiden 2024 masih lebih dari setahun lagi akan bergulir. Komisi Pemilihan Umum belum membuka pendaftaran calon. Namun, tiga nama bakal calon presiden yang selama ini berada di urutan teratas dalam berbagai lembaga survei sudah menyatakan kesediaannya dicalonkan. Ada juga partai politik yang sudah mengungkapkan dukungannya kepada bakal calon, bahkan mendeklarasikannya.
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) kembali mencalonkan ketua umumnya, Prabowo Subianto. Gerindra yang memiliki 13,59 persen kursi di DPR sudah bisa mengusung calon, dengan menggandeng Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang bermodalkan 10,10 persen kursi di Senayan, hasil Pemilu 2019. Bakal calon wakil presiden yang akan menemani Prabowo bisa saja Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa, atau calon lain, karena koalisi kedua partai ini masih membuka diri untuk mendapatkan dukungan dari partai lain.
Partai Nasdem pada Senin (3/10/2022) mendeklarasikan (mantan) Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan sebagai bakal calon presiden (capres). Namun, suara partai yang dipimpin Surya Paloh ini pada Pemilu 2019 baru menghasilkan 10,28 persen kursi wakil rakyat di tingkat nasional. Ketua Umum Nasdem pun menyebut Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat akan bersama-sama mengusung capresnya. PKS mempunyai modal 8,54 persen kursi di DPR, lebih sedikit dibandingkan Demokrat yang memiliki 9,4 persen.
Partai Demokrat berusaha menempelkan ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) bagi Anies. Namun, bisa saja PKS mengusung kadernya sebagai bakal cawapres, seperti mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau mantan Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri. Masih terbuka pula nama lain, termasuk di luar kader ketiga partai yang mungkin berkoalisasi tersebut.
Pada Senin (3/10/2022), Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengumumkan pencalonan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal capre pilihannya, berpasangan dengan aktivis Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid), putri mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid. PSI tidak memiliki wakil di DPR. Pimpinan PSI, pekan lalu, bertemu dengan pimpinan Partai Amanat Nasional (PAN), yang bersama dengan Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Beberapa hari terakhir, di harian ini terungkap info sejumlah Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN ataupun PPP mengusung Ganjar sebagai capres. Golkar juga mengusung Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai calon untuk Pemilu 2024. Dengan modal 25,79 persen kursi di Senayan, KIB lebih dari cukup untuk mengusung Ganjar dan Airlangga, atau calon lain.
Ganjar merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang mempunyai 22,3 persen kursi di DPR. Artinya, PDI-P bisa mengusung capres-cawapres sendiri pada Pemilu 2024. Ada pula nama Puan Maharani, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P yang juga putri mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, yang digadang-gadang menjadi capres pada pemilu mendatang. Tentu tidak menguntungkan PDI-P jika mengusung capres-cawapres-nya sendiri tanpa berkoalisi dengan partai lain. Sebab, modal suaranya tidak cukup untuk memenangi pemilihan presiden.
Selain Ganjar, Prabowo, Anies, Airlangga, Puan, Khofifah, atau Muhaimin yang terpetakan oleh partai, masih ada nama Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Panglima TNI Jenderal TNI Andhika Perkasa, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, dan Menteri Sosial Tri Rismaharini yang juga muncul dalam survei dari sejumlah lembaga. Mereka masih mungkin menjadi capres ataupun cawapres sampai dengan pendaftaran pada September 2023.
Baca juga: Rakyat Berembuk Cari Capres, Parpol Pun Menuai Hasil
Tiga pasangan
Sesuai perolehan suara dan perolehan kursi di DPR, serta pergerakan partai untuk berkoalisi, pada Pemilu 2024 dimungkinkan munculnya empat pasangan capres-cawapres. Namun, dengan sejumlah pertemuan yang dilakukan Puan dengan pimpinan partai lain, kemungkinan PDI-P tidak akan sendirian mengusung calonnya, dan membangun koalisi dengan partai lain. Jika PDI-P bisa menggandeng Partai Demokrat, mungkin saja Puan berpasangan dengan Agus Harimurti. Kalau PDI-P menggandeng Partai Nasdem, terbuka kemungkinan Anies berpasangan dengan Puan.
Sejumlah kalangan menilai, koalisi PDI-P dengan Nasdem atau Demokrat tak mungkin terjadi. Namun, ingatlah pesan mantan Kanselir Jerman Otto EL von Bismarck (1815-1898), yaitu ”Politics is the art of the possible, the attainable, the art of the next best.” Politik adalah seni membuat pilihan yang terbaik. Tak ada pula partai atau calon yang mengikuti sebuah kontestasi untuk kalah. Mereka pasti menginginkan kemenangan.
Dengan tiga nama yang menguat dalam berbagai survei sebagai capres, tampaknya Pemilu 2024 akan diikuti tiga pasangan calon, dengan komposisi yang masih beragam. Lingkaran Survei Indonesia (LSI), yang dipimpin Denny JA, Senin (10/10/2022) menampilkan tiga pasangan capres-cawapres yang kemungkinan akan bersaing tahun 2024, yaitu Ganjar-Airlangga, Prabowo-Puan, dan Anies-Agus Harimurti. Asumsinya adalah PDI-P bergabung dengan koalisi Gerindra-PKB. Namun, bisa saja PDI-P berkoalisi dengan KIB sehingga Prabowo berpasangan dengan Muhaimin.
Ke mana pun PDI-P akan berkoalisi, jikalau ada tiga pasangan capres-cawapres pada Pemilu 2024, kemungkinan yang terjadi adalah enam partai yang memiliki kursi di DPR, yakni PDI-P, Gerindra, Golkar, PKB, PPP, dan PAN, yang didukung partai nonparlemen lainnya, akan mengusung dua pasangan calon. Koalisi besar ini akan berhadapan dengan tiga partai lain, yakni Nasdem, Demokrat, dan PKS, yang mengusung Anies, dengan siapa pun cawapres. Dinamika politik dan perubahan masih mungkin terjadi, termasuk hanya ada dua pasangan calon yang berlaga pada Pemilu 2024.
Baca juga: Surya Paloh, Anies, dan Sembilan Jam yang Menentukan
Koalisi partai saat ini memang masih sangat cair. Bisa berubah kapan pun. Anies yang diberi kewenangan oleh Nasdem untuk memilih cawapres menyatakan tak ingin terburu-buru dalam menentukan pilihan. Menurut dia, cawapres itu sebaiknya memenuhi tiga ketentuan, yaitu bisa memberikan kontribusi dalam proses pemenangan, memperkuat koalisi, dan membantu pemerintahan yang efektif. Siapakah calon yang memenuhi ketentuan itu? Masih terbuka berbagai kemungkinan figur meskipun juga tidak mudah menyatukan pilihan dari tiga partai.
Baca juga: Adu Kuat Daya Pikat Puan dan Ganjar Menuju 2024
Jika cawapresnya harus bisa memberikan kontribusi dalam proses pemenangan, Anies–juga Ganjar dan Prabowo sebagai calon presiden–harus memperhitungkan elektabilitas calon dan partai pengusungnya di tujuh provinsi dengan suara terbesar dalam pemilu, yakni Jabar, Jatim, Jateng, Sumatera Utara, Banten, Sulawesi Selatan, dan DKI Jakarta. Ketujuh provinsi itu, mengacu data pemilih tetap Pemilu 2019, memiliki 123.906.256 pemilih, atau sekitar 64,95 persen dari total suara dalam pemilu lalu. Figur yang berlatar belakang dari PDI-P, Gerindra, atau Golkar cenderung memiliki pendukung yang kuat di ketujuh provinsi itu. Suara figur nonpartai, seperti Ridwan Kamil, berpotensi besar di Jabar.
Selain cawapres yang mendampingi, berkaca pada pengalaman pemilu sebelumnya dan di negara lain, kemenangan pasangan capres-cawapres juga ditentukan oleh tim pemenangan. Bisa saja figur yang muncul dalam berbagai survei, jika akhirnya tak ada partai yang mengusungnya, menjadi ketua tim pemenangan. Erick, Sandiaga, dan mantan Wapres M Jusuf Kalla, yang dekat dengan Anies, adalah sebagian sosok yang mempunyai pengalaman menjadi tim pemenangan atau peserta pemilu presiden.