Kiat ”Total Football” PAN dan Janji Kejutan Saat Rakernas
Partai Amanat Nasional menyusun strategi ”total football” guna menghadapi Pemilu 2024. Penjaringan calon pemimpin nasional dalam Rakernas PAN, akhir pekan ini, jadi bagian dari strategi itu. Seperti apa strategi lainnya?
Sejak berdiri pada 23 Agustus 1998 dan mengikuti lima kali pemilu, posisi Partai Amanat Nasional atau PAN selalu berada di papan tengah dengan raihan suara berkisar 6 hingga 7,6 persen. Di Pemilu 2024 mendatang, PAN bertekad menerapkan strategi total football agar bisa menembus target perolehan suara 11 persen. Target yang tak mudah, apalagi di tengah potensi penggerusan suara akibat hengkangnya salah satu pendiri PAN, Amien Rais, yang mendirikan Partai Ummat.
Berbagai strategi pemenangan pun disusun, termasuk cara-cara baru yang dianggap mampu memikat calon pemilih. Salah satunya, memilih enam calon pemimpin nasional. Sebuah strategi baru yang hasilnya akan diumumkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PAN, akhir pekan ini.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Mengapa pemilihan enam calon pemimpin nasional dipilih menjadi strategi PAN? Apa saja strategi yang telah disusun oleh PAN? Wakil Sekretaris Jenderal PAN Ibnu Mahmud Billaludin yang diberikan tugas merumuskan strategi PAN menghadapi Pemilu 2024 menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dalam wawancara khusus dengan Kompas di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (16/8/2022). Berikut petikan wawancaranya.
Kapan tepatnya muncul ide memilih enam calon pemimpin nasional dalam Rakernas PAN?
Kami di PAN ada rapat pleno rutin setiap dua bulan. Sekitar Juni lalu, rapat pleno itu membahas soal Rakernas. Sebenarnya itu agenda rapat pleno yang diperluas karena ketua dan sekretaris dewan pimpinan wilayah (DPW) ikut. Semua agenda di rakernas dibicarakan di situ. Di dalam rapat lantas muncul ide menominasikan calon pemimpin nasional untuk Pemilihan Presiden 2024.
Apa latar belakang di balik munculnya ide itu?
Kami ingin menyerap suara publik terkait pemimpin nasional yang mereka harapkan. Kami juga ingin agar para calon pemimpin nasional sudah bisa dilihat oleh publik sejak awal. Bahkan, lebih jauh dari itu, publik bisa lebih awal melihat sebenarnya figur-figur itu mau menawarkan program apa untuk bangsa ke depan.
Karena tujuan utamanya ingin menyerap suara publik itulah, makanya, sebelum rakernas, setiap DPD (dewan pimpinan daerah) PAN di tingkat kabupaten/kota bersama DPW PAN di provinsi diminta menggelar musyawarah daerah dan musyawarah wilayah untuk mencari sejumlah nama calon pemimpin nasional. Pencarian figur itu pun harus disesuaikan dengan keinginan publik. Baru kemudian usulan nama-nama diajukan dalam rakernas dan dikerucutkan.
Sejauh ini siapa saja nama yang diusulkan dari daerah?
Ya, sekarang, hampir semua pengurus daerah sudah tuntas menggelar musyawarah. Kalau kader, kan, ingin calon dari internal, pasti mengusulkan ketua umum kami, Zulkifli Hasan, karena kami menilai beliau sudah cukup layak sebagai pimpinan nasional.
Di luar itu, ada juga Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah), Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta), intinya hampir sama dengan survei (elektabilitas capres oleh lembaga-lembaga survei) yang beredar.
Baca Juga: Tekad Bulat PDI-P Mengejar ”Hattrick” Kemenangan Pemilu
Ada pandangan juga bahwa upaya PAN ini untuk mengejar limpahan popularitas dan elektabilitas dari figur-figur yang nantinya terpilih ke PAN?
Ujungnya pemilu, kan, kursi. Kursi ini supaya bisa berdiri harus ada suara. Supaya ada suara, harus ada kerja-kerja politik yang banyak. Jadi, kalau elektabilitas terhadap parpol, itu kan hasil kerja begitu banyak hal yang dilakukan, mungkin kita pakai bahasa total football saja, kalau bahasanya ketum (ketua umum) itu. Kalau perlu kepala kita sorongkan, kita sorongkan, bahasanya berjuang habis-habisan atau sampai keluar keringat sampai enggak ada yang tersisa.
Untuk dapat suara banyak, kan, kumpulan kerja, bukan hanya saat masa kampanye. Artinya, bahasa orang politik itu setelah pemilu sudah mulai lagi kampanye, bahasa gampangnya setelah kongres, ada konsolidasi internal, sambil paralel konsolidasi eksternal dengan merawat basis massa, kerja paralel yang banyak bahasanya total football. Termasuk dari pemilihan enam nama itu, kita berharap itu bagian dari total football.
Apakah nanti para calon pemimpin nasional terpilih diharuskan mengkampanyekan PAN?
Sebenarnya, kan, otomatis saja, tidak perlu ada tanda tangan, biasa saja. Sambil jalan, kan, itu. Tidak ada tertulis. Ini, kan, bahasanya orang dewasa, tahu sama tahulah.
Bagaimana mekanismenya setelah enam nama terpilih, terutama dengan posisi PAN yang telah bergabung dengan Golkar dan PPP dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB)?
Jadi, KIB ini memberikan warna baru bagi politik kita agar ke depan, sebelum pemungutan suara, rakyat bisa melihat KIB mau apa. Capres dan cawapres nanti dari KIB, dilihat siapa yang bisa mengusung visi dan misi, atau program kerja bersama dari KIB. Prinsip dasarnya, kan, itu.
Baca Juga: Prananda Paloh: Capres Nasdem Paling Lambat Akhir Tahun Ini
Bahwa nanti Partai Golkar juga mengusulkan (capres/cawapres), Partai Persatuan Pembangunan juga mengusulkan, itu oke oke saja, itu bagian dari cara kita bekerja untuk mengusung pimpinan nasional. Jadi mengusulkan nama dalam rakernas itu calon-calon pimpinan nasional yang dianggap mampu oleh PAN. Calon ini nanti dibicarakan bersama KIB.
Bagaimana jika enam nama itu tidak diterima oleh KIB?
Tidak mungkin, pasti ada yang diterima, pasti ada irisannya. Nanti dilihat dan dirapatkan. Nanti ada rasionalitas yang terbangun, yang pokok mana yang terbaik untuk Indonesia, tidak boleh ditawar-tawar.
Ada isu bahwa KIB sebenarnya disiapkan menjadi sekoci untuk Ganjar jika dia tidak diusung partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan?
Nanti kita lihat di rakernas saja karena ini masih cair, semua partai politik masih bergerak. Politik, kan, tidak berada di ruang kosong.
Terkait KIB, kabarnya akan ada parpol lain yang akan bergabung?
Kalau bahasanya itu, partai ini selalu menjaga komunikasi dengan yang lain, tetapi antarparpol dalam KIB sudah lebih dekat. Kalau ada teman yang mau gabung, kan, biasa saja. Saya kira antarparpol saling berkomunikasi. Kira-kira kalau kuat sekali, ya, enggak. Namun, kalau telepon, sudah bisa untuk Whatsapp. Kalau sinyal buka E, tetapi sudah 4G.
Kita lihat saja nanti. Pokoknya di rakernas banyak kejutan. Mulai dari nama-nama calon pimpinan nasional, caleg (calon anggota legislatif untuk Pemilihan Anggota Legislatif 2024) kita keluarkan, mungkin KIB diundang. Kemudian, siapa tahu ada yang mau bergabung ke KIB. Lihat saja nanti.
Baca Juga: Ahmad Doli Kurnia: 2024 Momentum Kembalinya Kejayaan Golkar
Apa strategi lainnya dari PAN untuk menghadapi Pemilu 2024?
Yang paling pertama dan utama adalah konsolidasi internal. Sekarang kondisinya 100 persen kita sudah siap. Kemudian secara paralel banyak hal yang sudah dilakukan.
Strategi pengembangan basis misalnya. Jadi, basis massa kita, yang loyal ini, apakah loyal kepada partai atau loyal kepada para tokoh PAN, kita perkuat kemudian diperluas. Saya kira apa yang dilakukan Ketum PAN sampai ke mana-mana, dari Sabang sampai Merauke, sudah menunjukkan hasil, misalnya daerah tapal kuda (Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi) PAN susah masuk, tetapi ketum dengan segala kemampuan dan sumber daya bisa masuk ke wilayah-wilayah yang tadinya bagi kita wilayah yang tidak tersentuh, moga-moga bisa menambah basis yang signifikan.
Keputusan PAN bergabung koalisi parpol pendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wapres Ma’ruf Amin dan Zulkifli Hasan menjadi Menteri Perdagangan ada efek positifnya ke PAN?
Kita berharap, dengan dipercayanya ketum PAN masuk ke kabinet, sedikit banyak ada insentif bagi PAN. Kan, orang pasti melihat bahwa di dalam diri Pak Jokowi, selain menteri Pak Jokowi juga sebagai ketum PAN. Jadi, apa yang beliau lakukan pasti ada korelasinya. Apakah korelasinya besar atau kecil, itu perlu penelitian yang lebih detail. Namun, saya yakin itu ada pengaruhnya.
Bagaimana dengan strategi untuk pencalonan anggota legislatif?
Caleg ini menjadi bagian penting dari skuad atau tim pemenangan PAN. Caleg kita yang paling utama adalah petahana, mereka harus maju menjadi caleg lagi, itu sumber utama. Kemudian yang kedua adalah para anggota DPRD provinsi yang sudah tiga hingga empat kali diharapkan naik ke atas (menjadi calon anggota DPR).
Ketiga, kami jaring caleg dari tokoh masyarakat yang berasal dari berbagai macam unsur, berbagai macam sumber. Termasuk dari kalangan pesohor. Namun, yang utama, pemilihan caleg bukan sekadar melihat popularitas, melainkan juga kapasitasnya harus bagus.
Baca Juga: Caleg Pesohor, dari Panggung Turun ke Kampung
Sejauh mana efek dari keluarnya pendiri PAN Amien Rais dari PAN dan mendirikan Partai Ummat?
Saya tidak mau mengatakan besar atau kecil. Akan tetapi, kalau bahasa kita, berlomba-lomba dalam kebaikan. Kita semua, kan, tujuannya sama, ingin membangun negara ini.
Nah, kalau kita lihat, para pemegang suara itu adalah anggota DPR, DPRD provinsi serta kabupaten/kota. Itu saja prinsipnya. Ujung tombaknya, kan, itu bersama pengurus sekarang. Kalau kita lihat para pengurus yang dulu, kemudian yang para anggota DPRD daerah masih bersama kami, jadi saya kira, bagi kita, kita tetap percaya diri. Bahwa ada tantangan itu biasa saja, tetapi tentu ini berlomba-lomba dalam kebaikan.
Apa target PAN di Pemilu 2024?
Kami sudah tergetkan pada rakernas sebelumnya, raihan suara harus 11 persen atau sekitar 60 kursi di DPR (pada Pemilu 2019, raihan kursi PAN di DPR sebanyak 44 kursi). Kita berpikir realistis. Prinsipnya sederhana; satu, mempertahankan yang sudah ada; kedua, mengambil kembali (kursi DPR) yang pada Pemilu 2019 hilang, kemudian ditambah dari daerah pemilihan yang raihan suara kita kurang tipis di pemilu lalu. Jadi, cara berpikir kita sangat rasional.