Prananda Paloh: Capres Nasdem Paling Lambat Akhir Tahun Ini
Nasdem yakin bisa menembus dua besar parpol dengan suara terbanyak pada Pemilu 2024. Dalam wawancara khusus dengan ”Kompas”, Ketua Koordinator Pemenangan Pemilu Nasdem Prananda Paloh memaparkan sejumlah strateginya.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·7 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI (RAD)
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh berbicara kepada para peserta Kongres II Partai Nasdem yang berlangsung di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu (10/11/2019).
Menghadapi Pemilihan Presiden 2024, Partai Nasdem membuat gebrakan dengan mengumumkan tiga figur sebagai bakal calon presiden yang akan diusung Nasdem. Tak sebatas itu, Nasdem juga akan menyosialisasikan ketiga figur itu ke publik, juga menjadikannya sebagai salah satu dasar saat penjajakan koalisi pencalonan presiden-wakil presiden dengan partai politik lain.
Gebrakan itu bersama dengan strategi lain yang telah disusun partai, menjadi bagian dari ikhtiar melanjutkan tren positif peningkatan suara sejak partai dibentuk pada 2011. Tak tanggung-tanggung, pada Pemilu 2024, partai di bawah kepemimpinan Surya Paloh ini optimistis bisa masuk posisi dua besar partai dengan raihan suara terbanyak. Dari sisi jumlah kursi di DPR, ditargetkan bisa mencapai 100 kursi atau meningkat dua kali lipat dari capaian pada Pemilu 2019, sebanyak 59 kursi.
Ketua Koordinator Pemenangan Pemilu Nasdem Prananda Surya Paloh, dalam wawancara khusus dengan Kompas, di Nasdem Tower, Jakarta, Senin (8/8/2022), memaparkan sejumlah strategi Nasdem. Begitu pula rencana selanjutnya dari Nasdem setelah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Nasdem, Juni lalu, memutuskan tiga bakal capres Nasdem. Berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana proses yang berlangsung setelah Rakernas Nasdem memutuskan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa sebagai bakal capres dari Nasdem untuk Pilpres 2024?
KURNIA YUNITA RAHAYU
Ketua Koordinator Pemenangan Pemilu Partai Nasdem Prananda Surya Paloh saat ditemui di Nasdem Tower, Jumat (22/4/2022).
Ya, begitu selesai rakernas langsung ketiga nama itu dipromosikan dan memang sudah diperintahkan oleh pusat ke daerah untuk mempromosikan tiga nama itu. Tiga nama, tidak boleh satu nama. Tiga nama karena, ya, itu sudah saya jelaskan, mereka sama-sama berkualitas. Selanjutnya, Bappilu (Badan Pemenangan Pemilu) rencana roadshow, awal September mendatang. Kami akan mengecek sekali lagi apakah pilihan tiga nama itu benar-benar yang sudah diinginkan oleh publik di daerah-daerah itu. Kedua, tentu kita mengikuti mekanisme, pada hari yang baik, tanggal yang baik, tentu kita akan umumkan satu nama dari tiga nama itu setelah ketua umum kami menggunakan hak prerogatifnya memutuskan satu nama tersebut. Secara pasti belum tahu kapan, tapi saya berani menyatakan paling lambat di akhir tahun ini, sudah ada nama tersebut.
Tahapan pencalonan presiden di Pilpres 2024 baru dimulai Oktober 2023, mengapa lebih cepat nama capres diputuskan?
Kami sadar kita memerlukan satu nama karena kami ingin melakukan kampanye lebih awal agar bisa mendapatkan efek elektoral dari capres yang kami usung. Penentuan capres ini salah satu strategi kami dan faktor penting, meski bukan penentu, dalam meningkatkan suara partai.
Namun, Nasdem tidak bisa sendiri untuk mengusung capres-cawapres, sejauh mana penjajakan koalisi dengan parpol lain?
Kami ini terbuka dengan semua partai. Nasdem adalah partai yang terbuka untuk semua. Mau itu partai nasionalis atau religius, ya. Jadi, komunikasi-komunikasi yang lebih intens dari biasanya akan terus terjalin sampai dengan mungkin satu dua bulan ini. Memang untuk sementara komunikasi telah terjalin baik dengan Demokrat dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Sudah terjalin kesamaan persepsi dan kenyamanan dibandingkan dengan partai lain. Namun, kami ingin penjajakan yang lebih dalam, melihat apakah visi dan misinya cocok dengan Nasdem, selain kami juga terbuka dengan partai lain.
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono seusai melakukan pertemuan di Kantor DPP Paartai Nasdem, Nasdem Tower, Jakarta, Kamis (23/6/2022).
Terkait nama Ganjar yang juga kader PDI-P, apa itu artinya terbuka kemungkinan berkoalisi dengan PDI-P jika partai itu memilih Ganjar?
Ya, kan, saya sudah bilang. Nasdem ini terbuka untuk siapa saja. Dan, untuk partai mana pun. Kemungkinan itu masih ada. Besar kecilnya saya tidak tahu, tergantung kemauan. Kan, tidak mungkin kalau dalam berpasangan hanya ada salah satu pihak yang menginginkan itu. Saya ibaratkan seperti pacaran saja. Kalau cuma satu yang naksir, kan, bahaya. Mesti dua-duanya yang naksir, ya.
Apakah deklarasi koalisi Nasdem akan dilakukan dalam waktu dekat?
Ya, bersamaan dengan capres dari Nasdem. Yang pasti sebelum akhir tahun ini. Mengenai parpol yang diajak berkoalisi pun menjadi hak prerogatif ketua umum.
Selain mengejar efek elektoral dari capres yang akan diusung Nasdem, apa persiapan lainnya dari Nasdem untuk Pemilu 2024?
Amanat dari rakernas salah satunya adalah memperkuat struktur. Nah, jadi dalam waktu dekat ini saya dan teman-teman Bappilu akan roadshow ke seluruh Indonesia untuk mengecek struktur dan kesiapan partai dari tingkat provinsi, kecamatan, bahkan sampai tingkat ranting. Kita cek apakah mesin partai ini sudah siap untuk menghadapi Pemilu 2024. Saya rasa juga di samping melakukan cek secara faktual, kita juga ingin melihat apakah komposisi personalia yang selama ini sudah ada, cocok atau masih bisa dipertahankan atau memang perlu diperbarui. Kita lihat ke depan.
Selain itu, ketokohan dari caleg (calon anggota legislatif) yang akan diusung Nasdem di Pemilihan Legislatif 2024, dan juga pemantapan party ID (identitas kepartaian) menjadi kunci. Nah, pemantapan party ID ini, kan, bisa melalui beragam cara, seperti melalui billboard, baliho, spanduk, kampanye di TV, di koran, radio, dan sebagainya, tetapi kita juga paham sebagai partai yang ingin selalu membenahi diri sebagai partai modern, kita dan kami sadar ya salah satunya dengan penggunaan media sosial.
Sejumlah pesohor turut mengantar sejumlah perwakilan pimpinan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) memasukkan berkas dan mendaftarkan calon anggota legislatifnya untuk Pemilu 2019 di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat, Jakarta, Senin (16/7/2018).
Terkait caleg, seperti apa penentuannya di Nasdem?
Sebagai partai terbuka kami melakukan rekrutmen terbuka. Siapa saja boleh masuk. Tetapi, tentu kami melihat, ya, ada potensi dan apakah ada kapabilitas serta kemampuan dari mereka yang mendaftar. Ketika ada orang yang punya kapasitas dan punya pengikut banyak tetapi mungkin terganjal faktor ekonomi ataupun faktor logistik, sangat mungkin nanti dibantu modalnya dari partai. Tetapi, ini masih wacana, ya. Sementara anggota legislatif petahana dari Nasdem, kami lihat dulu sebelum dicalonkan kembali. Kalau dia kokoh di daerah pemilihannya, performanya sebagai anggota legislatif baik, bisa jadi prioritas. Namun, kalau sebaliknya, ya, bagaimana partai mempertahankan itu.
Di Pemilu 2019, partai banyak merekrut caleg dari kalangan pesohor, apakah hal yang sama di 2024?
Saya rasa fenomena itu, kan, kebetulan saja. Dari partai mana pun juga ada. Tidak terlalu mesti dikaitkan dengan Nasdem, ya. Saya rasa tentu itu bagian dari strategi wajar-wajar saja. Untuk 2024, saya rasa banyak, ya. Misalnya, hampir pasti maju lagi Nafa Urbach. Total kemungkinan sekitar 10 dari kalangan artis.
Bagaimana dengan anggota legislatif dari parpol lain, sudah ada yang mau ”menyeberang” ke Nasdem seperti jamak terlihat pula di Pemilu 2019?
Saya rasa banyak, mungkin lima sampai sepuluh ada, sudah mulai mendekati, tetapi ya karena ini belum disusun daftar caleg-nya, ditunggu saja tanggal mainnya. Dan, perlu ditekankan, ya. Ini, kan, wajar-wajar saja bukan karena Nasdem tidak mempunyai etika, lalu membajak kader parpol lain, tetapi mungkin mereka lebih nyaman di Nasdem itu, kan, wajar. Kedua, potensi Nasdem menjadi partai yang lebih besar itu pasti. Ketiga, mungkin suasana internal, suasana penuh kekeluargaan yang ada di Nasdem itu pasti. Itu saja.
Apakah ada dapil atau wilayah khusus yang menjadi prioritas untuk dikejar nanti?
Saya rasa secara garis besar, ya. Seluruh dapil kita yang sekarang ini, 83 dapil sama-sama mempunyai prioritas. Tetapi, kami sadar karena pemilih paling besar ada di Pulau Jawa tentu dapil di Jawa menjadi prioritas daripada di luar Jawa. Apalagi di luar Jawa, Nasdem sudah cukup kokoh. Saya memberikan gambaran, di seluruh Pulau Sumatera sudah cukup kokoh. Di Kalimantan, cukup kokoh, kecuali di Kalimantan Selatan. Di Sulawesi terisi semua. Kemudian, Indonesia timur terisi semua. Jadi, itu sudah menjadi gambaran. Tetapi, ya, untuk menambah kursi dan untuk mencapai target realistis dua besar tentu kami menaruh concern yang lebih pada Pulau Jawa, terutama Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Bagaimana dasar kalkulasinya Nasdem bisa mencapai target dua besar di Pemilu 2024?
Dua besar itu berarti lebih kurang bisa merebut 80 sampai 100 kursi DPR. Nah, Nasdem sudah tiga kali mengikuti pemilu. Pemilu 2014, 36 kursi. Lalu 2019, 59 kursi. Jadi, dengan capaian itu, sangat realistis di 2024 nanti kami mematok 100 kursi. Selain itu, kami sebagai partai modern selalu mendekatkan diri dengan scientific approach (pendekatan ilmiah). Jadi, secara periodik, per tiga bulan, kami survei per dapil. Jadi, kami bisa melihat peta itu, kira-kira kita berada di mana hari ini. Ini akan terus digunakan sampai mendekati Pemilu 2024. Dengan kombinasi pendekatan ilmiah, media sosial, ketokohan itu, kami optimistis bisa mencapai dua besar.