Bertolak ke Luar Negeri, Presiden Jokowi Akan Temui Presiden Ukraina dan Rusia
Presiden Jokowi bertolak ke Jerman menghadiri KTT G7 dan selanjutnya ke Ukraina dan Rusia. Misinya membuka ruang dialog demi mengupayakan perdamaian di Ukraina dan mencari solusi krisis pangan dan krisis energi dunia.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO, NINA SUSILO
·5 menit baca
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN - LUKAS
Presiden Joko Widodo saat memberikan keterangan pers terkait kunjungan kerja luar negeri di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu (26/6/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo bersama rombongan terbatas memulai rangkaian kunjungan kerjanya ke beberapa negara. Selain menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G7 di Jerman, Presiden Jokowi juga akan mengunjungi Ukraina dan bertemu Presiden Volodymyr Zelenskyy serta ke Rusia untuk berjumpa Presiden Vladimir Putin.
Sebelum kembali ke Tanah Air, Presiden juga akan berkunjung ke Uni Emirat Arab untuk melanjutkan kembali pembahasan kerja sama ekonomi dan investasi antara kedua negara.
”Pagi hari ini saya dan rombongan terbatas akan berangkat untuk berkunjung ke beberapa negara. Yang pertama akan ke Jerman untuk menghadiri KTT G7, di mana kita di sini adalah sebagai partner country dari G7 dan juga diundang untuk menghadiri KTT G7 ini sebagai Ketua Presidensi G20,” kata Presiden Joko Widodo saat memberikan keterangan pers terkait kunjungan kerja luar negeri di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu (26/6/2022).
Kepala Negara menuturkan, pada KTT itu Indonesia akan mendorong dan mengajak negara-negara G7 untuk bersama-sama mengupayakan perdamaian di Ukraina. Negara-negara G7 juga akan didorong dan diajak untuk secepat-cepatnya mencari solusi dalam menghadapi krisis pangan dan krisis energi yang sedang melanda dunia.
”Memang upaya ini tidak mudah, tapi kita, Indonesia, akan terus berupaya. Setelah dari Jerman, saya akan mengunjungi Ukraina dan akan bertemu dengan Presiden Zelenskyy. Misinya adalah mengajak Presiden Ukraina, Presiden Zelenskyy, untuk membuka ruang dialog dalam rangka perdamaian, untuk membangun perdamaian,” kata Presiden Jokowi.
Indonesia akan mendorong dan mengajak negara-negara G7 untuk bersama-sama mengupayakan perdamaian di Ukraina serta secepat-cepatnya mencari solusi dalam menghadapi krisis pangan dan krisis energi yang sedang melanda dunia. Memang upaya ini tidak mudah tapi kita, Indonesia, akan terus berupaya.
Presiden Joko Widodo saat memberikan keterangan pers terkait kunjungan kerja luar negeri di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu (26/6/2022).
Buka ruang dialog
Menurut Presiden, ruang dialog perlu dibuka karena perang memang harus dihentikan dan hal terkait rantai pasok pangan juga harus kembali diaktifkan. ”Dari Ukraina saya akan menuju ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Sekali lagi, dengan misi yang sama, saya akan mengajak Presiden Putin untuk membuka ruang dialog dan sesegera mungkin untuk melakukan gencatan senjata dan menghentikan perang,” ujarnya.
Selanjutnya, Presiden Jokowi menuturkan, dirinya juga akan berkunjung ke Uni Emirat Arab untuk melanjutkan kembali pembahasan kerja sama ekonomi dan investasi antara Indonesia dan Uni Emirat Arab. ”Kunjungan ini bukan hanya penting bagi Indonesia, tetapi juga penting bagi negara-negara berkembang untuk mencegah rakyat negara-negara berkembang dan berpenghasilan rendah jatuh ke jurang kemiskinan ekstrem dan kelaparan,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowi menuturkan bahwa selama ia berada di luar negeri pemerintahan akan dipimpin oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Kepala Negara bersama rombongan lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, dengan menggunakan Pesawat Garuda Indonesia (GIA-1) sekitar pukul 10.36. Presiden Jokowi dan rombongan akan menempuh penerbangan menuju Munich selama kurang lebih 13,5 jam dan diperkirakan tiba di Munich International Airport pada pukul 19.00 waktu setempat.
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN - MUCHLIS JR
Presiden Joko Widodo saat memberikan keterangan pers terkait kunjungan kerja luar negeri di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu (26/6/2022).
Turut mendampingi Presiden Jokowi dan Ibu Iriana dalam penerbangan menuju Munich, Jerman, yaitu Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, Sekretaris Militer Presiden Marsda TNI M Tonny Harjono, Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri/Kepala Protokol Negara Andy Rachmianto, dan Komandan Paspampres Mayjen TNI Tri Budi Utomo.
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana dan Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin juga turut mendampingi Presiden Jokowi dan Ibu Iriana. Adapun Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah berada di Jerman untuk menyiapkan kunjungan Presiden Joko Widodo.
Tampak melepas keberangkatan Presiden Jokowi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Wakil Presiden Ma'ruf Amin beserta Ibu Wury Ma'ruf Amin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, dan Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar.
Terkait rencana kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana, melalui rilis pers, menuturkan, probabilitas Jokowi menghadirkan gencatan senjata dan mengakhiri tragedi kemanusiaan sangat besar. Dia menyebut ada lima alasan untuk hal ini.
”Pertama, baik Rusia maupun Ukraina telah lelah berperang. Rusia menargetkan operasi militer khusus berlangsung cepat, tetapi hingga sekarang belum berakhir. Demikian pula Ukraina telah banyak menderita akibat serangan ini yang memunculkan tragedi kemanusiaan,” kata Hikmahanto.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Hikmahanto Juwana
Kedua, legitimasi dari kedua pemimpin di masyarakat masing-masing semakin tergerus. Legitimasi kuat bagi kedua pemimpin dari masyarakat masing-masing di awal serangan yang mulai memudar tersebut mengingat perang tidak berpihak pada rakyat.
Ketiga, saat ini Rusia dan Ukraina sedang mencari jalan untuk mengakhiri perang, tetapi secara bermartabat. Mereka tidak ingin kehilangan muka. ”Bila Rusia menghentikan serangan secara sepihak, ini akan berakibat pada hilangnya muka Presiden Putin dan Rusia. Demikian pula bila Presiden Zalenskyy menyerah, Zalenskyy akan kehilangan muka di mata masyarakatnya,” ujar Hikmahanto.
Bila Rusia menghentikan serangan secara sepihak, ini akan berakibat pada hilangnya muka Presiden Putin dan Rusia. Demikian pula bila Presiden Zalenskyy menyerah, Zalenskyy akan kehilangan muka di mata masyarakatnya.
Keempat, hingga saat ini tidak ada negara yang berinisiatif untuk mengupayakan gencatan senjata. Turki dan Israel pernah mengupayakan, tetapi gagal karena saat itu kedua negara masih bersemangat untuk berkonflik dengan menggunakan senjata.
Terakhir, ada pandangan bahwa gencatan senjata, bila terjadi, harus dimulai dari Rusia. Terkait pertanyaan apakah Rusia berkeinginan untuk menghentikan serangan, ada indikasi bahwa Rusia hendak menghentikannya.
Hal ini karena Rusia bersedia menerima kunjungan Presiden Jokowi meski Rusia tahu Indonesia adalah ko-sponsor dari sebuah Resolusi Majelis Umum PBB, yang disponsori oleh Amerika Serikat, yang mengecam serangan Rusia sebagai suatu agresi.
”Bila Rusia tidak memiliki keinginan untuk menghentikan perang, tentu Rusia akan menolak kehadiran Presiden Jokowi yang menganggap Indonesia telah berpihak pada AS dan sekutunya,” ujarnya.