Timsel KPU-Bawaslu Siarkan Proses Wawancara, Publik Berpeluang Menakar Kualitas Calon
Timsel KPU-Bawaslu membuka akses tes wawancara calon anggota Bawaslu melalui Youtube. Wawancara untuk calon anggota Bawaslu berlangsung 26-27 Desember, sedangkan untuk calon anggota KPU pada 28-30 Desember 2021.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keterbukaan Tim Seleksi Calon Anggota Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu diapresiasi setelah membuka tes wawancara untuk bisa diakses masyarakat secara daring. Publik jadi dapat melihat kualitas para calon melalui paparan mereka dan jawaban mereka terhadap pertanyaan yang dilontarkan tim seleksi.
Mulai Minggu (26/12/2021), timsel membuka tes wawancara untuk calon anggota Bawaslu melalui kanal Youtube ”Timsel KPU BAWASLU”. Tes wawancara untuk calon anggota Bawaslu berlangsung 26-27 Desember, sedangkan tes wawancara untuk calon anggota KPU berlangsung 28-30 Desember 2021.
Wawancara dipimpin oleh Ketua Timsel KPU-Bawaslu Juri Ardiantoro dan diikuti semua anggota timsel. Pada awal tes, calon diberikan kesempatan untuk memaparkan makalahnya paling lama sepuluh menit. Setelah itu, timsel secara bergantian memberikan pertanyaan seputar makalah yang dipaparkan dan kepemiluan sekitar satu jam.
Beberapa pertanyaan dilontarkan oleh timsel terkait dengan tugas dan kewenangan Bawaslu. Selain itu, beberapa pertanyaan yang diberikan menyangkut solusi terhadap permasalahan yang ada pada kepemiluan, seperti politik uang, politik identitas, dan netralitas aparatur sipil negara.
Akan tetapi, ada juga pertanyaan yang terkait keahlian dari masing-masing anggota timsel, seperti anggota timsel Hamdi Muluk yang merupakan Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia melontarkan pertanyaan kepada calon untuk menyebutkan empat calon lain yang layak untuk mendampinginya sebagai anggota Bawaslu.
Begitu juga dengan anggota timsel Poengky Indarti yang merupakan komisioner Komisi Kepolisian Nasional melontarkan pertanyaan kepada calon bagaimana menjalin kerja sama dengan Polri dalam mengatasi masalah kepemiluan. Sejumlah pertanyaan terkait persoalan hukum dalam kepemiluan dilontarkan oleh anggota timsel Edward Omar Sharif Hiariej, Chandra M Hamzah, dan I Dewa Gede Palguna.
Hamdi menyampaikan, seluruh proses wawancara akan disiarkan melalui Youtube. Setiap hari dijadwalkan ada 9-10 calon yang diwawancarai.
Peneliti Konstitusi dan Demokrasi Inisiatif, Ihsan Maulana, yang menjadi koordinator Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu 2024 mengapresiasi keterbukaan timsel yang menyiarkan secara langsung tes wawancara melalui Youtube. Meskipun demikian, ia memberikan catatan kepada timsel yang memberikan pertanyaan yang hampir mirip kepada semua calon.
Dengan pertanyaan yang sama tersebut, calon yang lebih dahulu diwawancarai bisa dirugikan karena tidak mengetahui kisi-kisi pertanyaan yang diberikan. Sebab, jawaban calon selanjutnya seperti mengulang jawaban calon sebelumnya. Mereka hanya memberikan penambahan untuk melengkapi jawaban dari calon sebelumnya. Hal itu juga akan membuat publik sulit membedakan kualitas setiap calon.
Selain itu, beberapa anggota timsel memberikan respons yang mendukung atau tidak mendukung jawaban dari calon. Menurut Ihsan, hal itu menunjukkan timsel memiliki preferensi terhadap seorang calon. Seharusnya, timsel hanya melontarkan pertanyaan. ”Ketika timsel mendengar (jawaban dari calon), tidak perlu memberikan ekspresi atau jawaban,” kata Ihsan.
Menurut Ihsan, timsel seharusnya memberikan pertanyaan yang berbeda kepada setiap calon. Pilihan lain yang bisa dilakukan dengan menempatkan calon di ruang khusus tanpa boleh mengakses Youtube.
Ihsan memberikan penilaian positif kepada timsel yang menanyakan kepada para calon terkait hasil pemantauan rekam jejak yang dilakukan masyarakat dan hasil penelusuran yang dilakukan oleh timsel ke sejumlah instansi. Menurut Ihsan, hal itu menjadi salah satu bentuk pendidikan politik yang baik.
Anggota KPU periode 2012-2017, Hadar Nafis Gumay, berharap, keterbukaan yang dilakukan timsel dapat menghasilkan calon yang terbaik. Dengan keterbukaan ini, publik dapat melihat kualitas para calon meskipun tidak lengkap. Menurut Hadar, akan menjadi lengkap apabila publik bisa ikut bertanya dan membaca makalah dari para calon.
Hadar mengungkapkan, proses wawancara yang dilakukan timsel mirip dengan lima tahun lalu. Pada seleksi lima tahun lalu, wawancara dapat dihadiri oleh pegiat pemilu, bahkan diberikan kesempatan bertanya.
Menurut dia, proses wawancara yang terbuka dapat memberikan kesempatan kepada publik untuk mengenal dan mencermati kapasitas para calon. Ia berharap timsel obyektif dalam menilai mereka dan mengklarifikasi kepada calon yang mendapat catatan dari masyarakat.
”Juga baiknya timsel menjelaskan bagaimana menilai mereka. Termasuk kalau ada penilaian yang dikombinasikan dengan penilaian lain, seperti tes psikologi kedua, pemeriksaan yang melibatkan BIN (Badan Intelijen Negara), dan sebagainya,” kata Hadar.