Kualitas Capres Pengaruhi Pilihan Pemilih pada Parpol
Dari hasil survei SMRC, terungkap pilihan pemilih dalam pemilu presiden akan dipengaruhi kualitas capres yang dipilih partai politik. Jika capres pilihan parpol tak sesuai keinginan, pemilih akan memilih parpol lain.
Oleh
Nina Susilo
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihan dalam pemilu. Pemilih bahkan berani meninggalkan partai politik yang mengusung calon presiden yang dinilai tidak berkualitas dan tidak berintegritas.
Ini terungkap dari hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) sepanjang 15-21 September 2021 yang salah satunya mengamati relasi pilihan masyarakat kepada calon presiden dan partai politik. Survei dilakukan kepada 1.220 responden dengan rata-rata respons 981 responden atau 80 persen dan batas kesalahan (margin of error) 3,19 persen. Hasil survei disampaikan Direktur Riset SMRC Deni Irvani secara virtual, Kamis (7/10/2021).
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Dari survei, secara semi-terbuka, beberapa nama yang memiliki elektabilitas tinggi antara lain Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (18,1 persen), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (15,8 persen), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (11,1 persen), dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Sandiaga Salahuddin Uno (4,8 persen).
Kecenderungan hasil survei semi-terbuka dalam beberapa survei, yakni Maret 2020, Oktober 2020, Maret 2021, Mei 2021, dan September 2021, elektabilitas Ganjar relatif meningkat dari 6,9 persen menjadi 15,8 persen. Adapun Prabowo cenderung menurun dari 19,5 persen menjadi 18,1 persen, demikian pula Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Dilihat dari tingkat dikenal tokoh capres yang dikaitkan dengan elektabilitas, Ganjar relatif mendapat tingkat kesukaan tinggi (85 persen) bersama Sandiaga (84 persen), Khofifah Indar Parawansa (82 persen), Ridwan Kamil (82 persen), Tri Rismaharini (82 persen).
Namun, hanya partai politik yang bisa mengajukan calon presiden. ”Bagaimana pengaruh kualitas capres terhadap pilihan pemilih partai? Mana yang lebih penting di mata pemilih partai, arah dukungan partai atau kualitas personal capres?” tutur Deni.
Survei eksperimental dilakukan untuk menguji hubungan antara pilihan terhadap partai politik dan sosok capres. Sampel 981 responden pun dibagi menjadi satu kelompok kontrol dan dua kelompok treatment. Dengan demikian, sampel setiap kelompok rata-rata 327 responden dengan batas kesalahan (margin of error) +-5,5 persen.
Dari eksperimen ini, kebanyakan pemilih (53 persen) tidak akan memilih sosok yang tidak disukai kendati diusung partai politik yang disukainya. Bahkan, sosok capres yang disukai akan tetap dipilih mayoritas (67 persen) kendati tidak diusung parpol pilihan.
Jika parpol yang dipilih mengusung sosok yang dinilai kurang perhatian kepada nasib rakyat, 83 persen responden juga menjawab tidak akan memilihnya. Sebanyak 80 persen responden juga menyebut tidak akan memilih capres yang diragukan integritasnya kendati diusung parpol pilihannya.
Selain itu, kebanyakan responden menyatakan akan memilih parpol yang mengusung capres yang disukainya dan meninggalkan parpol yang mengusung capres yang tidak diinginkan.
Hal ini, menurut Deni, karena pemilihan calon presiden dinilai lebih penting. Selain itu, identifikasi parpol pada masyarakat Indonesia sangat rendah. Kenyataannya, orang Indonesia yang mau menyatakan sebagai orang parpol tak lebih dari 15 persen.
”Pemilih juga memperhatikan sekali kualitas capres sehingga tidak akan memilih kalau capres tidak berintegritas dan korup,” kata Deni.
Menanggapi hal itu, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera Mardani Ali Sera mengatakan, untuk Pemilu 2024, parpol harus berani menawarkan tokoh dan gagasan. ”Demokrasi kita tidak bisa lagi emosional, tapi rasional. Elite harus mendobrak demokrasi prosedural dan emosional sehingga menjadi kontestasi karya dan gagasan,” tuturnya.
Adapun menurut politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Andreas Hugo Pareira, hasil survei SMRC akan sangat bermanfaat untuk parpol. Parpol, ujarnya, harus memperhitungkan faktor capres yang akan dicalonkan. Untuk PDI-P, capres berikut maupun elektabilitas parpol dalam Pemilu 2024 juga akan ditentukan dari kinerja pemerintahan yang dipimpin Presiden Joko Widodo saat ini.
Pada saatnya, kata Andreas, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri akan membuat keputusan paling tepat untuk Pemilu 2024.
Setiap partai politik juga berupaya mengusung capres dari kadernya sendiri dengan harapan ada efek ekor jas pada elektabilitas parpol. Hal ini disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Rahayu Saraswati dan Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Jazilul Fawaid dalam forum yang sama.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Nurul Arifin tak berkecil hati dengan elektabilitas ataupun tingkat pengenalan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang masih rendah. Partai Golkar akan solid dan optimistis dengan pencalonan Airlangga pada 2024.
Menyadari hasil survei yang menyebutkan elektabilitas parpol yang tidak mencalonkan capres yang diinginkan akan turun, Nurul melihatnya sebagai tantangan. ”Ini tantangan bagi kami sebagai kader partai,” ujarnya.