Figur Alternatif untuk Kandidat Presiden 2024 Belum Muncul
Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 21-28 Mei 2021 memperlihatkan belum ada figur kandidat presiden yang memperoleh dukungan besar dari responden. Selain itu, juga belum tampak figur alternatif.
JAKARTA, KOMPAS — Belum adanya figur alternatif yang menonjol sebagai calon presiden hingga saat ini merupakan kesempatan bagi partai politik untuk mendorong kader-kader terbaiknya. Waktu tiga tahun menuju Pemilu 2024 dinilai merupakan periode yang cukup panjang untuk mengajukan sosok baru maupun memperkuat ketokohan figur-figur yang sudah menonjol di publik saat ini.
Survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 21-28 Mei 2021 memperlihatkan 25,9 persen warga menyatakan akan memilih Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) jika pemilu diadakan ketika survei dilakukan. Sementara Partai Gerindra dan Golkar memperoleh dukungan yang hampir sama, yakni 10,9 persen untuk Partai Gerindra dan 10,7 persen untuk Partai Golkar.
Pada kelompok berikutnya, terdapat tiga partai politik dengan dukungan yang relatif stabil, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (9,7 persen), Partai Demokrat (6,6 persen), dan Partai Keadilan Sejahtera (4,6 persen). Partai tersebut disusul parpol seperti Partai Nasdem (3,7 persen), Partai Amanat Nasional (2,6 persen), dan Partai Persatuan Pembangunan (1,8 persen).
Untuk figur yang dipilih responden sebagai calon presiden adalah Prabowo Subianto (21,5 persen), yang disusul Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Tri Rismaharini. Dukungan terhadap Prabowo relatif stabil selama 7 tahun terakhir, sementara sosok Ganjar yang mengalami kenaikan signifikan pasca-Pilpres 2019.
Baca juga : Tahun Politik Datang Lebih Cepat
Manajer Program SMRC Saidiman Ahmad, dalam pemaparannya, Minggu (13/6/2021), mengatakan, dari survei SMRC yang dilakukan 3 tahun sebelum pilpres, yakni pada 2011 dan kini pada 2021, belum tampak adanya sosok yang mendapat dukungan dominan dari publik. Kedua survei tersebut sama-sama dilaksanakan menuju pilpres tanpa majunya petahana. Sementara pada survei tahun 2016, dukungan yang dominan sudah tampak pada figur Joko Widodo yang adalah Presiden RI.
”Ketika ada petahana, petahana sudah unggul jauh-jauh hari, seperti Pak Jokowi. Ketika tidak ada nama petahana, maka tidak ada nama yang kita lihat mendapat dukungan signifikan dari publik, relatif sama,” terang Saidiman.
Menurut Saidiman, banyak faktor pemilih dalam menentukan pilihan terhadap sosok capres. Pertama adalah pengetahuan dan baru kemudian kesukaan. Namun, tingkat pengenalan atau pengetahuan masyarakat terhadap seorang sosok tidak serta-merta selaras dengan tingkat kesukaannya.
Manajer Program SMRC Saidiman Ahmad, dalam pemaparannya, Minggu (13/6/2021), mengatakan, dari survei SMRC yang dilakukan 3 tahun sebelum pilpres, yakni pada 2011 dan kini pada 2021, belum tampak adanya sosok yang mendapat dukungan dominan dari publik. Kedua survei tersebut sama-sama dilaksanakan menuju pilpres tanpa majunya petahana.
Semisal, lanjut Saidiman, Prabowo sangat dikenal responden, kemudian disusul Anies. Namun, yang berada di urutan tertinggi untuk sosok yang disukai responden adalah Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, dan Khofifah Indar Parawansa.
”Implikasinya, karena untuk dipilih, seorang yang sudah dikenal harus disukai. Maka untuk sementara yang kompetitif dan potensial tersebut bukan ketua partai dan bukan elite partai. Ini tantangan bagi elite partai bahwa pemilih lebih menyukai tokoh-tokoh di luar elite,” ujar Saidiman.
Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor berpandangan, kondisi saat ini menunjukkan bahwa masyarakat cukup kritis terhadap parpol, khususnya terkait kasus-kasus korupsi. Dengan adanya pandemi Covid-19, peran masyarakat menjadi pasif dan pemerintah lebih banyak mengambil peran. Seiring dengan itu, demokrasi berada di persimpangan jalan karena hanya diurus segelintir elite partai.
Baca juga : Utak-Atik Calon Presiden 2024
Terkait dengan Pilpres 2024, Firman menilai pada dasarnya masih ada waktu yang cukup bagi partai untuk meningkatkan ketokohannya. Sosok yang sudah lama muncul di publik, seperti Prabowo, maupun sosok yang belum lama mengalami lonjakan dukungan, seperti Ganjar, sama-sama memiliki peluang. Demikian pula antara elite partai dan yang bukan elite partai memiliki kesempatan untuk meningkatkan dukungan publik.
Dalam kerangka ini, Firman menilai, sosok untuk kandidat calon wakil presiden (cawapres) juga penting. Sebab di dalam pilpres, ketepatan memilih cawapres akan memengaruhi pilihan publik, bisa jadi mendongkrak sosok capres atau sebaliknya.
Anggota DPR dari Fraksi PDI-P, Andreas Hugo Pareira, mengatakan, di dalam PDI-P, Ketua Umum PDI-P akan sangat menentukan tiket masuk bagi figur yang dinilai layak sebagai kandidat capres. Seturut Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga PDI-P, Ketum PDI-P mempunyai hak prerogatif untuk memutuskan hal-hal strategis.
”Yang paling mudah dan dipastikan memanfaatkan tiket capres untuk 2024 itu, ya, ada pada Pak Prabowo. Sementara Pak Ganjar bukan elite partai yang bisa menentukan dirinya sendiri. Tentu ini tantangan, tapi kita lihat publik memberikan apresiasi dan dukungan yang cenderung baik,” kata Andreas.
Politikus PKB yang juga Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid berpandangan, waktu menuju pilpres masih cukup panjang. Dalam periode tersebut, banyak hal masih bisa berubah. Untuk itu, PKB pada dasarnya akan tetap berusaha mendorong kadernya sendiri untuk naik dan ikut dalam kontestasi tersebut.
Baca juga : Sosok Ideal Pasangan Ganjar Pranowo
Terhadap nama-nama sosok yang muncul dalam survei, menurut Jazilul, hal itu menunjukkan belum adanya figur alternatif sampai saat ini. Di sisi lain, masyarakat tampaknya belum menemukan sosok atau figur yang sungguh diharapkan untuk memimpin ke depan.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Nurul Arifin berpandangan, hasil survei SMRC akan memacu kader Partai Golkar untuk melakukan sosialisasi agar Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto semakin dikenal publik. Menurut Nurul, saat ini Airlangga masih fokus menjalankan tugasnya sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Nurul Arifin berpandangan, hasil survei SMRC akan memacu kader Partai Golkar untuk melakukan sosialisasi agar Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto semakin dikenal publik.
Menurut Nurul, pada akhirnya semua tokoh memerlukan dukungan parpol. Sebab, jika hanya berlandaskan popularitas namun minus dukungan parpol, sosok tersebut juga tidak akan dapat dipilih. ”Saat ini memang kami baru pemanasan, belum 100 persen bekerja,” ujar Nurul.
Sementara itu, juru bicara Partai Solidaritas Indonesia, Dara Nasution, menyampaikan, PSI masih pada pilihan semula, mengajukan Giring Ganesha sebagai kandidat capres. Untuk itu, banyak pekerjaan rumah bagi kader PSI untuk meningkatkan popularitasnya di mata masyarakat.
Baca juga : Gelagat Pilpres 2024
Namun, lanjut Dara, pihaknya tidak menutup mata terhadap kandidat lain. Namun hingga saat ini, kebanyakan kandidat lain masih membisu. Oleh karena itu, PSI berharap agar kandidat mendeklarasikan diri untuk maju dalam kontestasi Pilpres 2024 jauh-jauh hari untuk menunjukkan niat baiknya sebagai calon pemimpin, bukan muncul tiba-tiba menjelang Pilpres 2024.
Hal senada diungkapkan Mardani Ali Sera, politisi PKS yang juga anggota DPR. Menurut Mardani, sebaiknya parpol sesegera mungkin memberikan nama-nama kandidat yang akan bersaing di Pilpres 2024. Hal itu diperlukan agar pada saat pilpres nanti, publik mengenal sosok-sosok yang maju, bukan ibarat membeli kucing dalam karung.
Terkait hal itu, menurut Mardani, pihaknya dalam waktu tidak terlalu lama akan mengumumkan kandidat yang akan didukung PKS. Hal tersebut sekaligus sebagai pertanggungjawaban parpol kepada publik sebagai saluran politik.
Adapun Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Rahayu Saraswati mengatakan, hingga saat ini kader akar rumput dari Partai Gerindra menginginkan Prabowo Subianto untuk maju kembali sebagai capres 2024. Meski demikian, dalam konteks ambang batas presidensial, seluruh partai kecuali PDI-P mesti melakukan koalisi untuk mengajukan calonnya.
”Masih banyak hal yang bisa terjadi, apalagi ketika tidak ada petahana,” ujar Rahayu.
Menurut anggota DPR dari Fraksi Partai Nasdem Saan Mustopa, nama-nama sosok yang muncul dalam setiap survei relatif tidak banyak berubah. Masih adanya waktu menuju 2024 menjadi kesempatan bagi setiap sosok untuk memperkuat ketokohan, popularitas, dan keterpilihannya.
Partai Nasdem, lanjut Saan, akan melakukan rekrutmen capres melalui konvensi terbuka. Melalui konvensi tersebut, tokoh-tokoh yang selama ini sudah muncul ke publik maupun yang belum dapat mengikutinya. Demikian pula Partai Nasdem terus berkomunikasi dengan partai-partai lain untuk membangun ruang koalisi.
Bagi anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat Benny K Harman, terlalu dini untuk memprediksi yang akan terjadi pada 2024 dengan memotret saat ini.
Bagi anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat Benny K Harman, terlalu dini untuk memprediksi yang akan terjadi pada 2024 dengan memotret saat ini. Di sisi lain, survei SMRC tersebut tidak memasukkan variabel kasus korupsi. Padahal, sebagaimana dialami Partai Demokrat, kasus korupsilah yang ditengarai menyebabkan partai tersebut ditinggalkan pemilih.
Baca juga : Cawapres Pasangan Anies Paling Potensial
Demikian pula terhadap sosok yang popularitasnya naik dinilai wajar. Sebab, mereka saat ini juga merupakan pejabat publik dan berada di lingkar kekuasaan.