”Menang telak” sama maknanya dengan ”menang mutlak”. Namun, tahukah Anda berapa skor yang disebut ”menang telak” itu? Bagaimana pula dengan ”menang tipis” dan ”kalah telak”?
Oleh
Pamusuk Eneste
·3 menit baca
Kalau kita amati berita sepak bola di rubrik olahraga media cetak, sering skor pertandingan yang dicantumkan sudah diembel-embeli dengan kata tertentu. Tidak disebut ”Kesebelasan putri Inggris menang 2-1 atas kesebelasan putri Jerman”, tetapi ”Kesebelasan putri Inggris menang tipis 2-1 atas kesebelasan putri Jerman”.
Juga tidak disebut ”Kesebelasan Indonesia U-16 menang 9-0 atas kesebelasan Singapura”, tetapi ditulis ”Kesebelasan Indonesia U-16 menang besar 9-0 atas kesebelasan Singapura”.
Lantas, pernahkah Anda mendengar istilah menang telak? Mungkin pernah. Akan tetapi, apakah Anda tahu skor menang telak itu berapa?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia V (2017: 1698) telak berarti (1) ’kena benar; tepat; (2) mutlak; penuh’. Contoh: Kesebelasan kami menang telak atas kesebelasan lawan.
Makna telak dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu-Zain, 1994: 1457) agak mirip. Telak berarti (1) ’kena benar, tepat pada sasarannya; (2) mutlak, tak diragukan lagi’. Contoh: Kesebelasan kami menang telak terhadap kesebelasan lawan.
Jadi, menang telak itu sama dengan menang mutlak. Sayangnya, kedua kamus tersebut tidak menyebutkan secara spesifik skor menang mutlak itu berapa.
Perhatikan kutipan dari media cetak berikut.
(1) Pada laga sebelumnya, Belanda menang telak, 4-1, atas tuan rumah Belgia di Grup A4. (Kompas, 6/6/2022)
(2) Tim nasional sepak bola Indonesia menang telak, 7-0, atas Brunei Darussalam pada laga Grup A Piala AFF U-19, Senin malam. (Kompas, 5/7/2022)
(3) Indonesia menang telak, 9-0, pada laga itu. (Kompas, 6/8/2022)
Dari berita-berita di atas, kita dapatkan data berikut: menang telak 4-1 (selisih 3 gol), menang telak 7-0 (selisih 7 gol), dan menang telak 9-0 (selisih 9 gol).
Data yang saya kumpulkan secara acak dan terbatas menunjukkan skor yang selisih dua gol tidak disebut menang telak. Kenapa? Kemungkinan 2-0 atau 3-1 atau 4-2 belum disebut menang telak, tetapi masih termasuk kategori menang tipis.
Jadi, ketika kesebelasan Jerman mengalahkan kesebelasan Brasil 7-1 pada semifinal Piala Dunia 2014 di Stadion Mineira, Belo Horizonte, Brasil (9 Juli 2014), kita dapat mengatakan bahwa Jerman menang telak.
Akan tetapi, ketika Jerman mengalahkan Argentina 1-0 di final Piala Dunia yang sama di Stadion Maracana, Rio de Janeiro (14 Juli 2014), kita tidak bisa mengatakan Jerman menang telak, tetapi hanya menang tipis.
Begitu pula ketika tim sepak bola putri Inggris merebut Piala Eropa Putri 2022 dengan mengalahkan tim putri Jerman 2-1, di Stadion Wembley, London (31 Juli 2022), itu bukan menang telak, melainkan hanya menang tipis.
Lalu, adakah istilah kalah telak? Tentu saja ada, yaitu kebalikan dari menang telak. Berikut contoh dari media cetak.
(1) Sebelumnya, Brunei juga kalah telak, 0-7, dari Myanmar. (Kompas, 5/7/2022)
(2) Indonesia kalah telak 0-4 saat bertemu Australia dalam pertandingan lanjutan grup A AFF Women’s Championship 2022 kemarin sore di Rizal Memorial Stadion, Manila. (Jawa Pos, 9/7/2022)
Dengan demikian, ketika kesebelasan putri Indonesia kalah 0-18 dari kesebelasan putri Australia pada Piala Asia Putri 2022 di Mumbai, India (21 Januari 2022), jelas Indonesia kalah telak. Mungkin bisa juga dikatakan tim Indonesia kalah supertelak karena kemasukan lebih dari 10 gol.
Jadi, pada skor berapa baru kita sebut menang telak? Dari paparan di atas, selisih gol paling sedikit tiga. Bisa 3-0, 4-1, bisa juga 4-0, 5-1, atau 7-0, 18-0.
Pamusuk Eneste, Pengajar di Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), Depok