Ada Apa Setelah Juara All England?
Ingar bingar perayaan juara All England telah usai. Saatnya atlet kembali ke lapangan latihan demi target lebih tinggi.
Dua gelar juara All England mengobati rindu akan gelar juara bulu tangkis Indonesia dari turnamen besar. Komunitas bulu tangkis di Tanah Air bersukacita setelah minimnya gelar juara pada 2023. Namun, tugas belum selesai dan akan kian berat.
Salah satu gelar juara dari turnamen bulu tangkis prestisius berusia 125 tahun itu bahkan didapat dari final sesama Indonesia pada tunggal putra. Jonatan Christie mengalahkan Anthony Sinisuka Ginting di final.
Dalam perjalanan menuju laga puncak di Arena Birmingham, Inggris, 12-17 Maret, mereka mengalahkan dua unggulan teratas pada perempat final. Jonatan memang menang karena lawannya Shi Yu Qi (unggulan kedua) tak bisa menyelesaikan pertandingan karena cedera, tetapi dia telah menunjukkan diri bisa bangkit setelah tiga kali kalah pada babak pertama dari empat turnamen. Salah satu kekalahan di babak awal dialami pada Perancis Terbuka, sepekan sebelum All England.
Anthony meruntuhkan tembok tebal yang sering menghalanginya menuju tahap akhir turnamen atau untuk menjadi juara. Dia mengalahkan pemain nomor satu dunia, Viktor Axelsen, setelah terakhir kali menang di semifinal Indonesia Masters 2020. Di antara turnamen itu dan All England 2024, Anthony kalah 11 kali beruntun.
Baca juga: Jangan Dulu Menginjak Rem, Fajar/Rian
Gelar lain dari All England didapat Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Gelar ini menjadi yang pertama dalam rentang setahun bagi ganda putra peringkat ketujuh dunia itu. Kebetulan, gelar terakhir didapat dari turnamen yang sama.
Setahun lalu, Fajar/Rian menjadi juara dengan status ganda putra nomor satu dunia. Namun, dengan status itu pula, mereka kesulitan tampil konsisten di level atas. Di antara All England 2023 ke 2024, mereka hanya menembus final di Korea Terbuka, Juli 2023.
Menjadi nomor satu dunia bisa memunculkan dua sisi berbeda pada seorang atlet, motivasi atau beban. Petenis putri nomor satu dunia, Iga Swiatek, pun pernah merasa terbebani hingga dia meminta saran Roger Federer tentang bagaimana harus bersikap dengan status tersebut. Sang maestro, dengan pengalaman 310 pekan sebagai tunggal putra nomor satu dunia, mengatakan, Swiatek tak harus terbebani dengan posisinya dalam ranking. Yang harus dilakukannya hanyalah fokus pada peningkatan performa dan pertandingan terdekat yang harus dihadapi.
Baca juga: Dari Oase All England, Emas Olimpiade Mulai Dibentuk
Fajar/Rian tampaknya bisa lepas dari beban tersebut ketika tampil di All England 2024 karena bukan unggulan teratas. Apalagi, status favorit juara berada di tangan pasangan nomor satu dan dua dunia, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India) dan Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae (Korea Selatan) yang tampil konsisten pada tahun ini.
Rankireddy/Shetty selalu menembus final pada tiga turnamen sebelumnya dengan gelar juara dari Perancis Terbuka. Adapun Kang/Seo menjuarai India Terbuka serta mencapai semifinal Malaysia dan Perancis Terbuka. Namun, Rankireddy/Shetty tersingkir pada babak kedua di All England, sementara Kang/Seo pada babak pertama.
Gelar juara dari All England seharusnya menumbuhkan kembali rasa percaya diri Fajar/Rian dan ini bisa menjadi bekal berharga untuk Olimpiade Paris 2024. Berdasarkan ranking kualifikasi Olimpiade, yang terakhir dikeluarkan BWF pada 19 Maret, mereka berada pada posisi ketujuh dan menjadi yang teratas dibandingkan ganda putra Indonesia lain. Fajar/Rian pun menjadi prioritas untuk mewakili ganda putra Indonesia di Paris meski keputusan akhir memilih atlet yang akan tampil menjadi hak federasi.
Sehari hingga dua hari setelah tiba dari Inggris, para finalis All England itu memulai kembali latihan dengan program menuju Kejuaraan Asia yang akan berlangsung di China pada 9-14 April. Ajang yang setara dengan turnamen Super 1000, seperti All England, itu merupakan turnamen terakhir bagi atlet Asia dalam masa kualifikasi Olimpiade yang berlangsung pada 1 Mei 2023 hingga 28 April 2024. Kejuaraan regional serupa digelar di Eropa dan Pan Amerika pada pekan yang sama.
Baca juga: Disiplin Latihan dan Berdoa Mengantarkan Jonatan Christie Raih Juara All England
Peluang ke Olimpiade masih terbuka. Kami hanya bisa berusaha semaksimal mungkin agar bisa lolos.
Seperti Kejuaraan Dunia, peserta Kejuaraan Asia adalah pemain yang memenuhi syarat berdasarkan ranking. Berdasarkan hal ini dan karena besarnya poin ranking yang diperebutkan, atlet-atlet Indonesia yang berada pada posisi aman lolos Olimpiade akan ikut serta. Mereka adalah Anthony, Jonatan, Fajar/Rian, Gregoria Mariska Tunjung, dan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti. Atlet lain yang juga lolos di antaranya Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari yang masih berlomba untuk bisa menjadi olimpian.
Kejuaraan Asia menjadi salah satu dari beberapa turnamen yang akan diikuti Anthony dan kawan-kawan sebelum bersaing di Olimpiade, 26 Juli-11 Agustus. Lima wakil yang berada pada posisi aman tersebut direncanakan hanya akan mengikuti turnamen wajib (Kejuaraan Asia, Singapura Terbuka, Indonesia Terbuka), ditambah Piala Thomas dan Uber pada 27 April-5 Mei di China.
Seperti disebutkan Yuni Kartika dari humas tim ad hoc Olimpiade Paris 2024, kejuaraan level Super 500 kemungkinan besar akan dilewatkan, kecuali jika benar-benar dibutuhkan untuk menaikkan ranking agar bisa menjadi unggulan di Paris. Masuk dalam daftar unggulan Olimpiade, terutama sebagai unggulan empat besar, bisa berpengaruh untuk menghindari pertemuan dengan unggulan atas pada fase-fase awal.
Namun, itu pun harus dilakukan dengan penuh perhitungan agar puncak penampilan atlet bisa tercapai saat bersaing di Adidas Arena, Paris, tempat berlangsungnya pertandingan cabang olahraga bulu tangkis di Olimpiade.
Baca juga: Pasang dan Surut di All England dari Masa ke Masa
Sengit hingga akhir
Saat Anthony dan kawan-kawan sudah diprogramkan dengan jadwal yang selektif, Fikri/Bagas dan Rinov/Pitha masih harus bersaing sengit dengan atlet negara lain demi tiket ke Paris 2024. Fikri/Bagas memiliki misi menambah satu wakil ganda putra. Hal itu bisa tercapai jika mereka dan Fajar/Rian berada pada posisi delapan besar ranking kualifikasi yang akan dikeluarkan BWF pada 30 April. Saat ini, Fikri/Bagas berada di posisi kesembilan.
Pesaing mereka adalah sesama pemain Asia, yaitu Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi (China) di ranking kedelapan. Liu/Ou memiliki target yang sama dengan Fikri/Bagas, yaitu agar China memiliki dua wakil setelah meloloskan Liang Wei Keng/Wang Chan di ranking ketiga.
Fikri/Bagas tertinggal 3.329 poin yang bisa didapat jika mereka melewati perempat final Swiss Terbuka pada pekan ini. Turnamen berlevel Super 300 ini menjadi kesempatan mereka untuk menyalip Liu/Ou yang tak ikut bersaing di Swiss.
Fikri/Bagas lolos ke babak kedua setelah mengalahkan Huang Di/Liu Yi (China) dengan skor 21-16, 21-18 pada Rabu (20/3/2024). Minimal, dua kemenangan lagi dibutuhkan Fikri/Bagas, salah satunya melawan Ming Chen Lu/Tang Kai Wei (Taiwan) pada babak kedua, Kamis.
Baca juga: Turnamen di Eropa Jadi Penentu ke Olimpiade Paris 2024
”Peluang ke Olimpiade masih terbuka. Kami hanya bisa berusaha semaksimal mungkin agar bisa lolos,” ujar Fikri.
Ganda putra lain yang bisa menggagalkan target dua tiket Indonesia adalah peraih emas Olimpiade Tokyo 2020, Lee Yang/Wang Chi Lin (Taiwan). Dengan berada di ranking kesepuluh, mereka sebenarnya sudah berada di posisi lolos. Namun, kesempatan Lee/Wang untuk menggeser posisi Fikri/Bagas tetap terbuka. Fikri/Bagas, Lee/Wang, dan Liu/Ou akan bertarung hingga detik-detik terakhir di Kejuaraan Asia.
Hal serupa akan dijalani Rinov/Pitha yang tersingkir pada babak pertama Swiss Terbuka. Mereka kalah dari Ye Hong Wei/Lee Chia Hsin (Taiwan), 21-19, 15-21, 15-21. Demi satu tiket Olimpiade ganda campuran, Rinov/Pitha menjalani turnamen keempat beruntun di Eropa, setelah Jerman Terbuka, Perancis Terbuka, dan All England, dan masih akan mengikuti Spanyol Masters pekan depan.
Beruntung bagi Rinov/Pitha karena pesaing terdekat dalam perebutan tiket ke Paris, yaitu Hee Yong Kai Terry/Tan Wei Han Jessica (Singapura), juga tersisih pada babak pertama di Swiss. Persaingan kedua pasangan itu akan berlanjut ke Spanyol Masters dan Kejuaraan Asia.
Baca juga: Loloskan Dulu Banyak Atlet Bulu Tangkis ke Olimpiade
Pasangan lain, Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati dan Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja, juga mengikuti lima turnamen Eropa beruntun. Namun, peluang mereka untuk berada di ranking 13 besar pada 30 April, agar bisa lolos ke Paris, lebih kecil dibandingkan Rinov/Pitha.
Rinov/Pitha sebenarnya pernah berada pada zona lolos, tetapi keluar dari posisi tersebut pada 5 Maret setelah tiga kali tersingkir pada babak pertama dan dua kali pada babak kedua. Strategi tampil di turnamen kecil, Orleans Masters, alih-alih All England pada pekan yang sama dengan hasil final menaikkan kembali mereka ke zona lolos.
Akan tetapi, status sebagai ganda campuran yang lolos dengan nomor urut 13 bukanlah posisi yang benar-benar aman, apalagi dengan selisih hanya 224 poin dengan Hee/Tan di bawah mereka. Mau tak mau, Rinov/Pitha harus bertahan di tengah kelelahan fisik dan mental untuk bersaing hingga finis kualifikasi, yaitu di Kejuaraan Asia.
Di bawah pimpinan Herry Iman Piergadi, yang melatih ganda campuran sejak September 2023 atau empat bulan setelah dimulainya kualifikasi Olimpiade, ganda campuran punya tugas berat. Tanpa pasangan di level elite dunia, skuad ganda campuran berusaha agar perwakilan ”Merah Putih” tak putus sejak nomor tersebut dipertandingkan di Olimpiade Atlanta 1996.
Baca juga: Target Kontras Bulu Tangkis dan Panjat Tebing di Paris
Rangkaian turnamen yang harus diikuti atlet dengan target berbeda setelah All England memperlihatkan bahwa tugas mereka masih jauh dari selesai. Dua gelar juara All England cukup dijadikan motivasi tanpa harus bergembira secara berlebihan, terutama dari mereka yang berada di luar lingkungan atlet. Apalagi, ada ungkapan bahwa setelah turun dari podium pada acara pemberian penghargaan, atlet bukan lagi juara.
Jonatan, Fajar/Rian, Anthony, dan rekan-rekan mereka yang akan mewakili Indonesia di Paris 2024 membutuhkan sistem pendukung yang benar-benar solid dan mau bekerja untuk bangsa. Apalagi, bulu tangkis memiliki reputasi yang harus dipertahankan, yaitu sebagai cabang yang selalu diandalkan meraih medali Olimpiade.