Disiplin Latihan dan Berdoa, Mengantarkan Jonatan Christie Raih Juara All England
Keberhasilan Jonatan Christie tidak lepas dari peran ayahnya, Andreas Adi. Jonatan sudah disiplin latihan sejak kecil.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
Tak lama setelah Jonatan Christie merengkuh gelar juara tunggal putra All England, telepon seluler Andreas Adi, ayah Jonatan, berdering. Dari balik telepon, Jonatan mengatakan, ”Tuhan memberikan tepat pada waktunya. Waktu Tuhan adalah benar untuk yang tepat dan indah,” kata Andreas menirukan percakapan dengan anaknya.
Rasa haru dan bangga masih menyelimuti Andreas saat ditemui langsung di rumahnya di Bidara Cina, Jakarta Timur, Senin (18/3/2024) sore. Andreas tak henti mengucapkan syukur kepada Tuhan atas prestasi yang baru saja diraih Jojo, panggilan akrab Jonatan Christie.
”Ini buah disiplin latihan dan penyerahan diri Jojo kepada Tuhan. Dua hal itu (disiplin latihan dan berdoa) adalah utama. Ini bukan saja Jojo, tetapi kemenangan Indonesia setelah 'puasa' 30 tahun. Selamat untuk semua pemain Indonesia,” kata Andreas menirukan ucapan anaknya.
Bagi Andreas, keberhasilan Jojo tak lepas dari perjuangan, tanggung jawab, konsistensi, kerja keras, dan dedikasi dalam latihan. Semua upaya dan sikap yang ditunjukkan Jojo itu sudah tumbuh jauh sebelum dirinya masuk pelatnas.
Jojo bukan seorang anak yang memiliki bakat. Namun, tak perlu bakat alami untuk menjadi atlet profesional dan mencetak juara. Modalnya hanya perlu disiplin latihan dan berdoa.
Besar di lingkungan penggila bulu tangkis, Andreas telah memupuk jiwa kompetitif Jojo kecil dengan berbagai program latihan seperti berenang, lari, lompat tali, dan latihan kekuatan tangan, hingga menerapkan pola makan ketat. Di usia belianya, kemampuan fisik Jojo sudah bisa menyaingi level anak 15-17 tahun.
Andreas, yang juga seorang pelatih bulu tangkis, sadar anaknya bukan seorang bertalenta dan berbakat dalam badminton. Namun, ia percaya seorang atlet profesional bisa dibentuk dengan pola kedisiplinan latihan.
”Jojo bukan seorang anak yang memiliki bakat. Namun, tak perlu bakat alami untuk menjadi atlet profesional dan mencetak juara. Modalnya hanya perlu disiplin latihan dan berdoa. Jojo kecil itu lucu gemesin karena gendut. Saya yakin Jojo bisa. Saya sudah bentuk itu dari kecil dengan latihan,” kenangnya sambil tersenyum.
Sebagai anak yang berusia 6-8 tahun, sangat wajar jika fokus Jojo kerap teralihkan dengan hal di luar latihan bulu tangkis. Di situ, cara Andreas untuk melihat apakah Jojo bisa melanjutkan ke tahap lebih tinggi untuk menjadi seorang atlet profesional.
Jika di fase umur itu Jojo berhasil melewati setiap tahapan proses latihan, maka Jojo akan terus dibimbing untuk berjuang mencapai level lebih tinggi lagi. Sebaliknya, jika Jojo kecil sulit untuk diarahkan dan dilatih dengan disiplin latihan, Andreas akan melepaskan keinginan mencetak Jojo menjadi atlet.
”Jojo sejak kecil sudah menunjukkan kemauan besar untuk latihan. Ternyata dia tidak menyerah. Di titik selanjutnya di usia 8-9 tahun, dia ikut kejuaraan kecil dan menang dapat hadiah uang. Meski tidak besar, itu membuat Jojo bahagia. Di titik ini, dia mulai berpikir untuk semakin serius berlatih,” lanjut Andreas.
Di usia 9 tahun Jojo berhasil mendapatkan tiga medali emas dari turnamen pelajar Asia. Dari prestasinya itu, Jojo mendapatkan Satya Lencana oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Di level klub, misalnya, lanjut Andreas, potensi Jojo semakin berkembang. Andreas bersama Hendri Saputra, pelatih di klub bulu tangkis Tangkas, terus mengembangkan kemampuan fisik dan teknis. Setelah latihan di klub, Jojo mendapatkan porsi latihan tambahan oleh Andreas.
Latihan intensif dan disiplin membuat Jojo mampu bersaing, bahkan melewati lawan dari level kategori usia taruna. Padahal, saat itu levelnya masih kategori pemula.
Di jenjang bulu tangkis ada level anak-anak, pemula, remaja, taruna, dan tertinggi masuk pelatnas. Waktu pemula, Jojo sudah mampu berlatih dan bertanding di level remaja dan taruna. Meski kalah secara jenjang, Jojo bisa juara. Dia pemula, tapi juara kelas taruna. Saat itu usianya berkisar 14-15 tahun mampu bersaing dengan usia 17-19 tahun.
Potensi itu menghantarkan anak bungsu dari dua bersaudara itu masuk pelatnas di usia 15 tahun 6 bulan. Masuknya Jojo ke pelatnas membuat Andreas pun semakin yakin bahwa kelak, dengan latihan keras dan berdoa, Jojo akan mengukir prestasi dan mengharumkan nama Indonesia.
”Juara All England sudah berlalu. Sekarang harus kembali fokus disiplin latihan untuk mencapai target selanjutnya. Juara All England menjadi modal untuk percaya diri dan tetap latihan on the track sembari berserah diri kepada Tuhan. Jika Tuhan berkehendak, Olimpiade Paris bukan hal mustahil,” ujarnya.
Juara All England 1993 dan 1994, Haryanto Arbi, menilai, all Indonesian final di All England 2024 menjadi momentum kebangkitan tunggal putra Indonesia untuk mengukir prestasi lebih baik lagi. Bukan hanya di ajang All England, melainkan juga kejuaraan lainnya, termasuk Olimpiade Paris 2024.
Level Jojo saat ini, kata Haryanto, sudah masuk level elite sehingga ke depan tantangan tidak mudah. Jalan terjal masih harus dihadapi untuk pertahanan level profesionalnya sehingga mampu bersaing dan meraih gelar bergengsi lainnya.
Kemenangan di All England seharusnya membuat Jojo bisa bermain lepas di turnamen-turnamen berikutnya dengan tetap menerapkan pola disiplin latihan ketat.
”Meski tidak mudah karena persaingan saat ini sangat ketat. Negara lainnya terus memperlihatkan kemajuan pesat. Juara All England menjadi modal pemain lainnya untuk terus meningkatkan mental, fisik, teknis, dan lainnya. Bukan hanya untuk Jojo dan Ginting, melainkan juga pemain lainnya,” kata Haryanto.