Jonatan Kembalikan Nama Indonesia
Jonatan mencapai prestasi terbaiknya dengan menjuarai All England. Dia mengalahkan temannya, Anthony, di final.
BIRMINGHAM, MINGGU — Jonatan Christie membawa nama Indonesia masuk kembali ke dalam daftar juara tunggal putra All England setelah 30 tahun. Ini menjadi momen kebangkitan sekaligus awal bagi Jonatan untuk terus berproses menjadi lebih baik dengan adanya ajang lebih besar, Olimpiade Paris 2024.
Sebenarnya tak hanya Jonatan yang membawa harum nama tunggal putra Indonesia di All England 2024 yang digelar 12-17 Maret. Rekan latihannya setiap hari di pelatnas bulu tangkis Cipayung, Jakarta, Anthony Sinisuka Ginting, menjadi aktor lain dalam terjadinya final sesama Indonesia di Arena Birmingham, Inggris, Minggu (17/3/3024).
Momen tersebut sama seperti ketika Hariyanto Arbi mengalahkan Ardy Bernadus Wiranata di tempat yang sama pada final All England 1994. Itulah gelar terakhir tunggal putra Indonesia dalam turnamen berusia 125 tahun ini sebelum Jonatan menjuarainya 30 tahun kemudian.
Namun, seperti pada final 1994, hanya ada satu pemenang dalam pertandingan bulu tangkis dan hanya ada satu juara dalam satu turnamen. Di laga puncak, Jonatan mengalahkan Anthony dengan skor 21-15, 21-14.
Baca juga: Penantian 30 Tahun Juara Tunggal Putra All England Terwujud
Pertandingan yang berlangsung 55 menit tersebut menjadi final pertama di All England bagi kedua pemain yang pernah berbagi kamar di asrama pada masa awal latihan di pelatnas Cipayung tersebut. Jonatan mengatakan, melawan teman yang berlatih bersama setiap hari tak membuat upayanya untuk menang menjadi lebih mudah.
Akan tetapi, Jonatan sedikit terbantu dengan banyaknya kesalahan yang dilakukan Anthony, termasuk kesalahan beruntun saat melakukan smes. Di sisi lain, Jonatan bermain lebih tenang hingga bisa bertahan dari serangan rekannya itu.
Pertemanan mereka diperlihatkan ketika Jonatan meminta Anthony memegang trofi bersama-sama di podium saat pemotretan. Pada momen ini pula, pelatih tunggal putra Irwansyah bergabung bersama kedua pemain.
Pertandingan tersebut menjadi final pertama All England dengan kehadiran tunggal putra Indonesia setelah Budi Santoso kalah dari Chen Hong pada 2002. Beberapa tahun sebelum Budi, ada Taufik Hidayat yang mencapai final 1999 dan 2000, tetapi kalah dari Peter Gade dan Xie Xuan Xe.
Baca juga: Ke Final All England, Anthony Ginting Akhiri Penantian 22 Tahun Tunggal Putra Indonesia
Setelah itu, tak ada yang bisa menembus laga puncak meski pemain-pemain tunggal putra tetap bermunculan. Padahal, tunggal putra Indonesia pernah berjaya di All England yang diawali oleh gelar juara dari Tan Hoe Hok pada 1959, lalu Rudy Hartono yang delapan kali juara pada era 1970-an.
Generasi terakhir tunggal putra, di antaranya Anthony dan Jonatan, menjadi bagian dari pemain yang muncul sejak mengantarkan Indonesia meraih medali emas beregu putra SEA Games Singapura 2015. Dalam perjalanan untuk berkembang setelah itu, mereka mengalami fase pasang surut, termasuk Jonatan. Apalagi, dalam usia 18 tahun, dia harus berhadapan dengan atlet-atlet top dunia dalam turnamen BWF. Fase peralihan dari yunior ke level elite memang biasanya menjadi fase sulit bagi pemain.
Final pertama Jonatan dalam turnamen BWF didapat dari Thailand Terbuka, lalu Korea Terbuka pada 2017, tetapi tanpa gelar juara. Asian Games Jakarta Palembang 2018 barulah menjadi momen baik pertamanya dengan perolehan medali emas tunggal putra.
Namun, dalam rentang empat tahun setelah itu, medali emas tersebut menjadi satu-satunya prestasi tertinggi Jonatan. Dia kesulitan menjuarai turnamen BWF World Tour di atas level Super 300 dan tertinggal dari Anthony yang memiliki gelar China Terbuka Super 1000 pada 2018.
Baca juga: Dua Final Beruntun Fajar/Rian di All England
Ini mimpi yang menjadi kenyataan dan saya senang kami membuat sejarah untuk Indonesia.
Keinginan besar Jonatan untuk menjuarai ajang lebih besar baru tercapai pada 2023 ketika menjuarai Indonesia Masters dan Hongkong Terbuka Super 500. Dia, bahkan, menambah gelarnya dari Perancis Terbuka Super 750.
Pada akhir 2023, tunggal putra peringkat kesembilan dunia tersebut menutupnya dengan semifinal turnamen Final BWF World Tour di China. Untuk tampil dalam ajang yang diikuti delapan pemain terbaik dari setiap nomor tersebut, Jonatan tetap berlatih sehari menjelang dan dua hari setelah menikah dengan Shania Junianatha pada 1 Desember. Jonatan, bahkan, tetap tinggal di asrama pelatnas Cipayung menjelang turnamen yang berlangsung pada 13-17 Desember tersebut.
Itu menjadi salah satu bentuk dedikasinya untuk bulu tangkis. Pemain berusia 26 tahun tersebut dikenal disiplin dan bertangggung jawab pada profesinya.
Namun, apa yang terjadi di lapangan tak selalu seirama dengan persiapan. Dalam pertandingan, terdapat faktor-faktor yang tidak ada dalam latihan, seperti intensitas persaingan dan suasana di lapangan atau kota tempat penyelenggaraan turnamen.
Baca juga: Tiga Wakil Indonesia ke Semifinal All England
Jonatan tak tampil dengan baik pada empat turnamen pertama 2024, dengan hasil tiga kali kalah pada babak pertama dan sekali pada babak kedua. Satu kekalahan pada babak pertama itu dialami di Perancis Terbuka, sepekan sebelum mendapat trofi juara All England.
”Saya tak percaya bahwa ini bisa terjadi karena saya kalah pada babak pertama di Perancis, pekan lalu. Ini mimpi yang menjadi kenyataan dan saya senang kami membuat sejarah untuk Indonesia,” tutur Jonatan yang mendapat sambutan meriah penonton, terutama warga Indonesia di Birmingham yang menonton di stadion.
Jonatan tak memungkiri bahwa banyak tekanan dan harapan besar untuk juara di tengah menurunnya prestasi bulu tangkis Indonesia secara umum sejak 2023. Untuk mewujudkan harapan itu, dia dan skuad tunggal putra selalu melakukan evaluasi.
”Kami melakukan latihan keras setiap hari. Setiap setelah turnamen, kami menganalisis penampilan. Kami terus mencoba dan mencoba hingga akhirnya bisa menciptakan momen baik di sini,” ujar Jonatan.
Baca juga: Menanti Kebangkitan ”Merah Putih” di All England
Dengan kerja keras itu dan momen baik di All England, Jonatan bersama Anthony akan memiliki bekal untuk membawa nama Indonesia di ajang yang lebih besar pada tahun ini, Olimpiade Paris, 26 Juli–11 Agustus. Berdasarkan peringkat kualifikasi, Indonesia akan mendapatkan dua jatah tunggal putra dan kedua pemain itulah yang berstatus sebagai dua tunggal putra terbaik Indonesia saat ini.
Pada tunggal putri, gelar juara didapat Carolina Marin yang kembali menjadi juara berselang sembilan tahun dari gelar sebelumnya di tempat yang sama. Marin menang atas Akane Yamaguchi 26-24, 11-1 yang tak dapat menyelesaikan pertandingan karena cedera kaki kanan. Sementara gelar juara ganda putri didapat Baek Ha-na/Lee So-hee yang menang atas Nami Matsuyama/Chiharu Shida 21-19, 11-21, 21-17.
Dari turnamen Orleans Masters yang berlangsung pada pekan yang sama dengan All England, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, yang tengah berburu peluang lolos ke Olimpiade Paris 2024, hanya bisa menjadi finalis. Dalam perebutan gelar juara, pasangan yang ditempatkan sebagai unggulan teratas itu kalah 21-16, 18-21, 15-21 dari pasangan non-unggulan asal China, Cheng Xing/Zhang Chi.
Sementara itu, gelar juara didapat ganda putri, Meilysa Trias Puspitasari/Rachel Alessya Rose, yang menang atas Rui Hirokami/Yuna Kato (Jepang), 21-12, 21-18.
Fajar/Rian juara
Pada nomor ganda putra, pasangan Indonesia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto berhasil mempertahankan gelar juara setelah menang atas pasangan Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik. Fajar/Rian menang dengan skor 21-16, 21-16.
Kesuksesan Fajar/Rian kali ini mengulangi keberhasilan mereka pada ajang yang sama tahun 2023. Saat itu, Fajar/Rian mengalahkan rekan senegaranya, Mohamad Ahsan/Hendra Setiawan.
Laga Fajar/Rian melawan Chia/Soh berlangsung ketat sejak awal gim pertama. Fajar/Rian mendominasi permainan dengan serangan smes Rian dan pukulan backhand Fajar. Ganda Indonesia itu memipin perolehan poin sejak interval gim pertama dan menyudahi laga tanpa kesulitan berarti.
Pada gim kedua, Fajar/Rian kembali membuka keunggulan, meskipun dapat disamakan sebelum interval gim kedua. Setelah itu, Fajar/Rian kembali menjaga selisih poin sampai akhir laga.
Kemenangan pada ajang badminton paling bergengsi itu membuka harapan bagi Indonesia untuk kembali meraih medali emas dari ganda putra dan tunggal putra. Jika sedang dalam performa terbaik, para wakil Indonesia sanggup mengalahkan para pemain bulu tangkis dunia yang memiliki ranking di atas mereka.