Pasang dan Surut di All England dari Masa ke Masa
Pebulu tangkis Indonesia mengalami pasang dan surut prestasi di panggung turnamen All England.
Dua gelar juara All England 2024 yang diraih Jonatan Christie dan Fajar Alfian/Muhammad Rian di Birmingham, Inggris, menambah deretan koleksi gelar All England Indonesia. Nama mereka akan tercatat bersama legenda lainnya yang berhasil menjuarai turnamen All England.
Sebagai turnamen tertua di dunia, sudah banyak pemain Indonesia mencatatkan namanya sebagai peraih gelar All England. Di sektor tunggal putra Indonesia memiliki catatan manis di All England. Berikut nama yang berhasil mengukir prestasi bahkan mencatatkan rekor di ajang bergengsi All England dari masa ke masa.
Berdasarkan catatan Kompas, nama pertama yang mengukir tinta emas pada kejuaran All England yaitu Tan Joe Hok pada 1959. Ia meraih gelar juara setelah mengalahkan rekan senegaranya, Ferry Sonneville.
Lalu, ada Rudy Hartono yang menjadi pemain pertama Indonesia bahkan di dunia sebagai pemilik gelar terbanyak di sektor tunggal putra. Rudy berhasil menjuarai All England pertamanya pada 1968. Kedigdayaan Rudy berlanjut dengan berhasil menjuarai turnamen enam kali dari 1969, 1970, 1971, 1972, 1973, dan 1974.
Baca juga: Jonatan Kembalikan Nama Indonesia
Dua kemenangan beruntun itu, mempertahankan gelar juara sangat luar biasa mengharumkan nama Indonesia di ajang bergengsi. Apalagi pada 1993 masih berlangsung di Wembley Arena, London. Lalu pada 1994 dipindah ke Birmingham.
Pada tahun 1975, rentetan gelarnya terhenti oleh pemain asal Denmark, Svend Pri. Namun, pada 1976, Rudy kembali menjuarai turnamen sehingga mencatatkan namanya sebagai tunggal putra Indonesia tersukses dengan 8 gelar juara dengan mengalahkan Liem Swie King.
Selanjutnya, Liem Swie King meneruskan kejayaan supremasi tunggal putra Indonesia dengan menjuarai All England sebanyak tiga kali pada 1978, 1979, dan 1981. Pada edisi final 1978, pemain yang dijuluki ”King Smash” itu berhasil membalas kekalahannya dari Rudy.
Setelah dua era itu, tunggal putra Indonesia puasa gelar All England selama sembilan tahun. Baru pada 1991, Ardy B Wiranata mengakhiri dahaga panjang itu.
Tunggal putra selanjutnya yaitu Hariyanto Arbi. Ia berhasil naik podium juara sebanyak dua kali pada 1993 dan 1994. Dua kemenangan itu diraih dengan mengalahkan sesama pemain Indonesia. Pada 1993, Hariyanto mengalahkan Joko Suprianto. Lalu, pada 1994 mengalahkan Ardy B Wiranata. Pada edisi 1995, Hariyanto gagal mempertahankan gelar juara setelah kalah dari pemain Denmark, Paul Erik Hoyer Larsen.
Baca juga: Penantian 30 Tahun Juara Tunggal Putra All England Terwujud
”Dua kemenangan beruntun itu, mempertahankan gelar juara sangat luar biasa mengharumkan nama Indonesia di ajang bergengsi. Apalagi pada 1993 masih berlangsung di Wembley Arena, London. Lalu pada 1994 dipindah ke Birmingham. Itu tidak bisa lupa karena juara di dua tempat, menutup era All England di Wembley dan membuka era di Birmingham dengan menjadi juara,” kata Hariyanto saat dihubungi, Senin (18/3/2024).
Setelah era Hariyanto, tidak ada lagi wakil tunggal putra Indonesia yang berhasil mengukir prestasi di All England. Baru pada 2024, Jonatan Christie atau Jojo mengembalikan nama Indonesia.
Ganda putra
Selain tunggal putra, catatan manis juga ditorehkan oleh ganda putra. Keberhasilan mempertahankan gelar juara Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto menambah panjang catatan peraih gelar All England.
Ganda putra pertama yang berhasil meraih gelar All England adalah Christian Hadinata/Ade Chandra pada 1972. Setahun kemudian atau 1973, Hadinata/Chandra mempertahankan gelar juara, dengan menaklukkan rekan senegara, Tjun Tjun/Johan Wahjudi.
Kekalahan pada 1973 seperti menjadi penyemangat bagi pasangan Tjun Tjun/Johan Wahjudi untuk mendominasi panggung podium All England tahun-tahun berikutnya. Tercatat, sejak 1974, 1976, dan beruntun dari 1977 hingga 1980, Tjun/Wahjudi meraih enam gelar All England.
Pada 1981, Tjun/Wahjudi kembali masuk final. Namun, mereka harus mengakui keunggulan rekan senegaranya, Rudy Heryanto/Hariamanto Kartono. Pasangan Rudy/Kartono kembali juara pada 1984.
Baca juga: Ke Final All England, Anthony Ginting Akhiri Penantian 22 Tahun Tunggal Putra Indonesia
Setelah era Rudy/Kartono, tidak ada lagi ganda putra Indonesia naik podium. Baru pada All England 1992, Rudy Gunawan/Eddy Hartono menjadi juara dengan mengalahkan Jan Paulsen/Henrik Svarrer di final.
Rudy kembali meraih juara pada 1994 bersama Bambang Suprianto dengan mengalahkan pemain muda Ricky Subagja/Rexy Mainaky.
Dua pemuda itu lalu melanjutkan tongkat estafet dengan meraih gelar juara pada 1995 dan 1996. Kejayaan ganda putra terus berlanjut di era Candra Wijaya/Tony Gunawan yang meraih gelar pada 1999, Tony Gunawan/Halim Haryanto pada 2001, dan Candra Wijaya/Sigit Budiarto pada 2003.
Ganda putra kembali puasa juara. Butuh 11 tahun untuk kembali mencatatkan nama Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan terukir di Birmingham Arena pada 2014.
Baca juga: Dua Final Beruntun Fajar/Rian di All England
Ganda putra seperti tidak pernah habis kehilangan generasi penerus juara di All England. Belum habis era Ahsan/Hendra yang dijuluki ”The Daddies”, Indonesia mempunyai juara baru pada Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. ”The Minions” itu juara dua kali beruntun pada 2017 dan 2018. Lalu, pada 2019 Ahsan/Hendra kembali juara.
Dominasi ganda putra Indonesia sempat diganggu oleh Jepang pada 2020 dan 2021. Namun, gelar juara kembali direbut pada 2022 oleh Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana setelah mengalahkan Ahsan/Hendra. Selang setahun pada 2023, giliran Fajar/Rian mengalahkan Ahsan/Hendra. Fajar/Rian kembali mempertahankan juara pada 2024 dengan menundukkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik. Kemenangan atas pasangan Malaysia itu menambah koleksi All England di sektor ganda putra sebanyak 24 gelar.
Ganda campuran
Di sektor ganda campuran, Christian Hadinata/Imelda Wiguna menjadi pasangan pertama yang berhasil membawa gelar All England pada 1979. Pasangan kembali dua kali berturut mencapai final All England 1980 dan 1981. Namun, mereka harus mengakui keunggulan Mike Tredgett/Nora Perry asal Inggris.
Ganda campuran kembali menempatkan wakilnya di final All England 1997. Sayang, Tri Kusherjanto/Minarti Timur harus mengakui keunggulan pemain asal China, Liu Yong/Ge Fei. Pada edisi 2008 dan 2010, pasangan Indonesia yang diwakili oleh Nova Widianto/Lilyana Natsir hanya bisa meraih runner-up setelah tumbang oleh pasangan China, Zheng Bao/Gao Ling (2008) dan Zhang Nan/Zhao Yunlei (2010).
Baca juga: Tiga Wakil Indonesia ke Semifinal All England
Baru pada 2012 atau setalah penantian 33 tahun, ganda campuran berhasil juara oleh pasangan Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir. Pasangan itu kembali juara pada 2013 dan 2014 dengan mengalahkan Zhang Nan/Zhao Yunlei. Tantowi/Lilyana berpeluang mencatatkan namanya untuk juara keempat kali pada 2015. Sayang, langkah mereka dihentikan oleh musuh yang sama, Zhang Nan/Zhao Yunlei.
Gelar All England kembali diraih oleh Praveen Jordan/Debby Susanto pada 2016. Praveen Jordan kembali juara dengan pasangan barunya, Melati Daeva Oktavianti, pada 2020.
Dibandingkan tiga nomor sebelumnya yang sering menyumbangkan gelar All England, pada sektor tunggal putri dan ganda putri Indonesia kesulitan bersaing dengan negara lainnya. Sepanjang perhelatan All England, juara ganda putri Indonesia tercatat pada 1968, Minarni Sudaryanto/Retno Koestijah. Lalu pada All England 1979 diraih oleh Verawaty Fajrin/Imelda Wigoeno. Sementara di Tunggal putri, hanya Susi Susanti yang berhasil membawa Indonesia di podium tertinggi All England edisi 1990, 1991, 1993, dan 1994.