Wajah Berbeda Aktor di Balik Lapangan AC Milan dan Lazio
AC Milan dan Lazio mengambil keputusan besar merombak jajaran bangku manajemen. Paolo Maldini didepak dari jabatan direktur teknik Milan, sedangkan Igli Tare mengakhiri jabatan sebagai direktur olahraga Lazio.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
MILAN, SELASA – Baru saja Serie A Liga Italia 2022/2023 berakhir, AC Milan dan Lazio langsung mengambil keputusan besar dengan merombak jajaran di bangku manajemen. Keduanya tidak akan lagi bersama direktur tim yang telah berkontribusi besar membantu mereka bangkit beberapa musim terakhir.
Kabar mengejutkan datang dari ”Kota Mode Italia”, Milan seusai acara perpisahan antara penyerang kawakan Zlatan Ibrahimovic selepas AC Milan menang 3-1 atas tim tamu Hellas Verona dalam pekan pamungkas Serie A, Senin (5/6/2023). Legenda hidup ”Si Setan Merah”, Paolo Maldini, didepak dari jabatan sebagai direktur teknik yang diembannya sejak 14 Juni 2019. Itu menjadi pukulan yang menyakitkan bagi sejumlah pemain dan banyak penggemar Milan.
Pasalnya, Maldini sudah mengabdikan dirinya kepada Milan sepanjang hidupnya. Maldini lahir dan dibesarkan di Milan, bermain untuk tim yunior Milan 1978-1984, meneruskan karier untuk tim senior 1984-2009 dan selepas pensiun sebagai pemain menjadi direktur pengembangan 2018-2019 sebelum menjadi direktur teknik. Keluarga Maldini menghiasi sejarah Milan sejak era ayahnya, Cesare Maldini 1954-1966 hingga anaknya, Daniel Maldini sejak 2020.
Berdasarkan laporan Football-Italia, Senin, Maldini didepak pascapertemuan antara dirinya dan pemilik Milan, Gerry Cardinale yang berujung hasil negatif pada Senin pagi waktu setempat. Semula, muncul isu bahwa Maldini yang mengundurkan diri.
Namun, sejumlah media di Italia, seperti Calciomercato.com dan Sky Sport Italia, memastikan itu bukan keinginan Maldini melainkan keputusan klub yang memecatnya. Bahkan, bukan hanya Maldini yang didepak, melainkan juga tangan kanannya, direktur olahraga Frederic Massara. Padahal, keduanya masih terikat kontrak hingga 30 Juni 2024.
Pertemuan itu bertujuan untuk menyiapkan rencana musim depan. Akan tetapi, berbagai sumber mengklaim, pertemuan itu berjalan menegangkan, terutama antara Maldini dan Cardinale selaku pendiri RedBird Capital Partners yang menjadi pemegang saham mayoritas Milan per 1 Juni 2022.
Perbedaan visi
Pemecatan Maldini ditengarai sebagai puncak perbedaan visi antara Maldini dan pemilik Milan. Ada perbedaan ide tentang strategi transfer dan investasi untuk musim depan. Ketika berbicara kepada Sport Mediaset usai Milan disingkirkan Inter Milan di semifinal Liga Champions bulan lalu, Maldini ingin pemilik menginvestasikan modal lebih besar agar Milan lebih siap untuk bersaing di kompetisi domestik maupun internasional, terutama Serie A dan Liga Champions.
Mantan bek legendaris yang menjadi ikon Milan dan timnas Italia itu ingin pemilik mengoptimalkan momentum juara Serie A musim lalu dan lolos ke semifinal Liga Champions musim ini untuk melangkah lebih tinggi di musim depan. Nyatanya, harapan itu jauh panggang daripada api dan mengira bisa menjadi langkah mundur untuk kebangkitan Milan.
Seperti yang kami katakan musim lalu, kami belum dibangun untuk menangani dua kejuaraan. Kami mengatakan itu kepada media dan pemilik klub, jadi mereka tahu betul dengan situasi tersebut.
”Seperti yang kami katakan musim lalu, kami belum dibangun untuk menangani dua kejuaraan. Kami mengatakan itu kepada media dan pemilik klub, jadi mereka tahu betul dengan situasi tersebut,” ujar pria berusia 54 tahun tersebut.
Adapun Cardinale dan orang kepercayaannya, CEO Giorgio Furlani, ingin menekan biaya transfer dan lebih fokus dengan model bisnis mereka sendiri. Apalagi saat diberi anggaran untuk belanja, Maldini dianggap terlalu banyak membuang uang dengan percuma.
Salah satu yang disorot adalah pembelian penyerang sayap Charles De Ketelaere dari Club Brugge senilai 35,5 juta euro (Rp 563 miliar) pada musim panas lalu. Pemain asal Belgia itu dinilai gagal memberikan dampak, antara lain tidak tidak mencetak satu pun gol dari 40 laga di semua kompetisi.
Selain itu, Milan cenderung beruntung bisa mengamankan tiket ke Liga Champions musim depan dengan berada di urutan keempat klasemen akhir musim ini. Hal itu tak lepas dari jatuhnya sanksi pengurangan 10 poin dampak dari skandal laporan keuangan palsu yang diterima Juventus.
Perang kekuasaan
Di sisi lain, tersisihnya Maldini diduga dampak dari perang kekuasaan antara dirinya dan Furlani yang terjadi sejak akhir 2019. Saat itu, Maldini dan mantan manajer Milan Zvonimir Boban tidak setuju dengan ide Furlani yang masih menjabat anggota dewan klub dan mantan CEO, Ivan Gazidis yang ingin merekrut pelatih asal Jerman Ralf Rangnick untuk menggantikan Stefano Pioli.
Gagasan Maldini dan Boban mempertahankan Pioli mendapatkan dukungan besar dari para suporter yang membuat Pioli dipertahankan. Kendati demikian, silang pendapat itu tetap menimbulkan konsekuensi tak sedap yang membuat Boban didepak pada 7 Maret 2020.
Tuttomercatoweb mengabarkan, Furlani yang mengambil peran lebih sentral dalam tahap akhir perpanjangan kontrak penyerang sayap Rafael Leao akan mengontrol arah masa depan klub dengan bantuan dari pemandu bakat Geoffrey Moncada. Info lainnya, Igli Tare yang tidak memperpanjang kontrak sebagai direktur olahraga Lazio akan menggantikan posisi Maldini.
Terlepas dari itu, kepergian Maldini banyak disayangkan oleh sejumlah pihak, khususnya para pemain. Maldini adalah otak dari kebangkitan Milan. Empat tahun terakhir, dengan anggaran terbatas, dia membangun fondasi dari pemain-pemain muda hingga bisa mengakhiri paceklik scudetto alias juara Serie A musim lalu.
Itu merupakan gelar pertama Milan sejak terakhir mengangkat trofi tersebut 2010/2011. ”Si Merah-Hitam” juga bisa kembali menembus semifinal Liga Champions sejak lolos ke semifinal dan juara ajang terelite antar klub Eropa itu di musim 2006/2007.
Menurut La Repubblica dan Milannews.it, banyak pemain terkejut dan geram dengan berita tersebut. Mulai dari Leao yang duduk di antara Maldini dan Massara untuk menandatangani perpanjangan kontraknya beberapa hari lalu, gelandang Sandro Tonali, hingga bek Theo Hernandez, mereka tidak percaya Maldini yang puluhan tahun menjadi wajah sejarah Milan bisa dipecat.
Tare dan Lazio
Pada hari yang sama di Ibu Kota Italia, kabar tak kalah mengejutkan datang dari Tare. Pria asal Albania itu menanggalkan jabatan sebagai direktur olahraga Lazio yang embannya sejak 1 Juli 2008. Setelah bermain untuk Lazio medio 2005-2008, mantan penyerang itu gantung sepatu dan tetap mengabdi untuk ”Si Elang” dari bangku manajemen. ”Saya pergi setelah 18 tahun, itu adalah petualangan yang intens. Saya membawa semuanya dalam hati saya,” katanya kepada TG1 melalui La Gazzetta dello Sport.
Kepergian Tare disinyalir akibat hubungan buruknya dengan pelatih Lazio Maurizio Sarri yang membawa Lazio merebut tiket ke Liga Champions musim depan dengan berada di urutan kedua klasemen akhir musim ini. Keduanya dilaporkan tidak pernah bertemu langsung dan itu dianggap ancaman untuk masa depan klub. Pada akhirnya, Tare yang memilih meninggalkan klub.
Perpisahan Tare dan Lazio menimbulkan tanda tanya besar. Meski mengalami sejumlah momen pasang surut, secara keseluruhan, pria berusia 49 tahun itu banyak memberikan kontribusi yang mengantarkan Lazio keluar dari krisis hingga bisa merengkuh beberapa gelar, seperti Piala Italia 2008/2009, 2012/2013, dan 2018/2019, Piala Super Italia 2009, 2017, dan 2019, serta runner-up Serie A 2022/2023 yang menjadi capaian tertinggi ”Si Biru Langit” sejak juara musim 1999/2000.
Tare juga melakukan sejumlah kesepakatan transfer yang mengesankan, antara lain mendatangkan gelandang Sergej Milinkovic-Savic dari KRC Genk pada 2015, gelandang Luis Alberto dari Liverpool pada 2016, dan ujung tombak Ciro Immobile pada 2016. Namun, beberapa tahun terakhir, kepercayaan kepadanya agak berkurang, khususnya karena investasi 20 juta euro (Rp 317 miliar) untuk membeli penyerang Vedat Muriqi pada 2020 dan 10,5 juta Euro (Rp 166 miliar) untuk menggaet bek Denis Vavro pada 2019 yang tidak membuahkan hasil.
Kendati demikian, Tare mengaku, keputusan itu datang dari dirinya sendiri. ”Sudah lama saya memikirkan rencana ini. Tetapi, saya menunggu momen yang tepat hingga Lazio bisa mencapai target lolos ke Liga Champions,” ungkap Tare kepada Calciomercato.com seperti dilansir Thelaziali.com, Selasa.