Satu per satu, bintang sepak bola yang lahir dari generasi milenial pergi meninggalkan ingar-bingar sepak bola Eropa. Nama-nama baru dari generasi lebih muda pun bermunculan untuk melanjutkan tongkat estafet kejayaan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
MILAN, SENIN — Satu per satu, bintang sepak bola yang lahir dari generasi milenial pergi meninggalkan ingar-bingar sepak bola Eropa. Sekuat apa pun mereka bertahan, raga yang menua dimakan zaman tidak bisa untuk dinafikan.
Momen haru menyelimuti Stadion San Siro di kota Milan, Italia, seusai tim tuan rumah, AC Milan, menang 3-1 atas Hellas Verona pada pekan terakhir Serie A Liga Italia musim ini, Senin (5/6/2023). Bukan karena kemenangan itu yang membuat seisi stadion menjadi melankolis, melainkan karena momen perpisahan dengan penyerang kawakan, Zlatan Ibrahimovic, yang menyatakan mundur alias pensiun sebagai pesepak bola.
Hampir semua penonton yang memadati stadion berkapasitas sekitar 80.000 tempat duduk itu menangis. Pengurus klub, staf pelatih, dan rekan-rekan pemain ikut larut dalam haru. Puncaknya, Ibrahimovic yang dikenal garang dengan julukan ”Sang Raja” itu pun sesenggukan dan tak kuasa menahan tetes air mata.
Ini adalah momen untuk mengucapkan selamat tinggal kepada sepak bola. Terlalu banyak emosi untuk saya saat ini. Forza Milan dan selamat tinggal.
”Ini adalah momen untuk mengucapkan selamat tinggal kepada sepak bola. Terlalu banyak emosi untuk saya saat ini. Forza Milan dan selamat tinggal,” ujar Ibrahimovic yang menjalani dua periode karier bersama Milan pada 2010-2012 dan 2020-2023 itu saat mengucapkan salam perpisahan di tengah lapangan.
Ucapan selamat tinggal yang disampaikan Ibrahimovic itu bukan hanya berlaku antara dirinya dan Milan, tetapi juga penanda berakhirnya era bintang sepak bola yang lahir dari periode awal generasi milenial atau awal 1980-an. Sebagai pemain kelahiran 3 Oktober 1981, Ibrahimovic boleh jadi pemain terakhir dari generasinya yang bertahan di kasta tertinggi kompetisi Eropa.
Ketika pemain satu generasinya mayoritas sudah pensiun, bahkan menjadi pelatih, Ibrahimovic masih terus bermain hingga melewati usia kepala empat. Di usia senja, skill dan semangat pemain asal Swedia itu tidak pernah luntur. Terbukti, musim lalu, Ibrahimovic yang menginjak umur 40 tahun bisa membantu Milan meraih scudetto alias juara Serie A sejak terakhir 2010/2011.
Akan tetapi, raga yang terus menua tidak bisa dilawan oleh Ibrahimovic yang dikenal keras kepala. Cedera lutut bertubi-tubi membuatnya nyaris tidak bisa bermain sepanjang musim ini. Maka itu, Ibrahimovic akhirnya berpikir bijaksana untuk mengakhiri karier panjangnya yang telah mewarnai sejarah sepak bola.
Setidaknya, sejak menjalani debut dengan Malmo FF pada 1999 dan berkelana ke delapan tim di enam negara hingga akhir musim ini atau selama 24 tahun terakhir, Ibrahimovic menjelma sebagai ujung tombak produktif dengan 511 gol dari 866 laga di semua kompetisi. Dia sukses memenangi gelar liga dan piala domestik serta penghargaan individu yang tidak terhitung jumlahnya.
Hanya dua yang kurang dari Ibrahimovic, dia tidak pernah menjuarai Liga Champions dan berprestasi bersama timnas. ”Itu adalah karier yang panjang, sangat panjang. Terima kasih kepada semua orang yang memberi saya kekuatan, adrenalin, dan emosi untuk melanjutkannya,” kata Ibrahimovic yang menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa timnas Swedia dengan 62 gol dari 122 laga.
Perpisahan Karim Benzema
Sehari sebelumnya, penyerang andalan sekaligus kapten Real Madrid, Karim Benzema, juga menjalani laga perpisahan dengan tim yang dibelanya sejak 2009 tersebut. Dalam laga yang berakhir imbang 1-1 dengan tim tamu Athletic Bilbao di pekan pamungkas Liga Spanyol tersebut, penerima penghargaan Pemain Terbaik Dunia 2022 itu sempat mencetak gol dari titik penalti di menit ke-72.
Dua menit berselang, Benzema ditarik keluar dan mendapatkan tepuk tangan berdiri dari semua penonton yang memenuhi kandang Real Madrid, di Stadion Santiago Bernabeu. ”Saya telah melatih salah satu pemain terhebat di dunia. Kami tidak senang dengan kepergiannya, tetapi kami harus menghormati keputusannya. Dia memiliki hak untuk memilih dan kami berterima kasih atas semua yang dia lakukan untuk klub ini. Dia menjadi sosok yang legendaris dan tak terlupakan, dia akan selamanya dikenang oleh klub ini,” tutur pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti.
Sebagai pemain kelahiran 19 Desember 1987, perpisahan Benzema dan Real Madrid kian menguatkan sinyal berakhirnya gerbong generasi milenial di tanah Eropa. Apalagi pemain asal Perancis itu disinyalir akan hengkang ke Liga Arab Saudi, mengikuti jejak mantan rekannya di Real Madrid, Cristiano Ronaldo, yang kini bermain untuk Al-Nassr FC.
Selain Benzema, megabintang asal Argentina, Lionel Messi, juga santer dikabarkan akan berlabuh ke liga negara ”Petro Dollar” itu setelah dirinya tidak memperpanjang kontrak dengan Paris Saint-Germain (PSG). Sementara itu, rekan seangkatan Benzema, seperti mantan penyerang sayap Real Madrid, Gareth Bale, lebih dahulu memutuskan gantung sepatu pada awal tahun ini. Setelah tidak memperpanjang kontrak di PSG, mantan bek Real Madrid Sergio Ramos kemungkinan segera menyusul Bale.
Kepergian Ibrahimovic, Benzema, Ronaldo, ataupun Bale menandakan berakhirnya suatu era dalam pentas sepak bola Benua Biru. Nama-nama baru dari generasi lebih muda, seperti penyerang Perancis, Kylian Mbappe, dan ujung tombak Norwegia, Erling Haaland, bersiap melanjutkan tongkat estafet kejayaan tersebut. Sebagaimana pepatah mengatakan, setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya.