Marquez Hadirkan Esensi Balapan
Persaingan podium MotoGP menjadi semakin menarik dengan kembalinya Marc Marquez di lintasan balap. Gaya membalapnya yang agresif mampu menghadirkan esensi balapan, yaitu perebutan posisi di ruang manuver yang sempit.
MADRID, SELASA — Marc Marquez selalu mampu menghadirkan atmosfer persaingan yang lebih ketat dengan gaya membalapnya yang superagresif setiap kali berada di lintasan balap MotoGP. Sengatan Marquez itu pula yang membuat balapan di Le Mans, dua pekan pelalu, memiliki nuansa berbeda dibandingkan keempat seri berikutnya. Marquez yang sudah bisa memacu RC213V seperti sebelum cedera humerus pada musim 2020 berpotensi menjadi penyegar persaingan di tengah dominasi Ducati.
Performa Marquez di Le Mans menjadi kejutan karena dia bisa langsung menguasai motornya setelah absen selama satu setengah bulan. Itu bukanlah perkara mudah karena dia menggunakan sasis baru buatan Kalex yang belum pernah dia coba sebelumnya. Proses adaptasi yang dia jalani sangat cepat dengan sasis Kalex di sebagian sesi latihan pertama dan sepanjang sesi latihan kedua pada Jumat.
Pada hari berikutnya, juara dunia delapan kali di semua kelas itu sudah bisa mengendalikan motornya dengan baik. Bahkan, dia nyaris meraih pole position jika pebalap pabrikan Ducati, Francesco Bagnaia, tidak tampil brilian dalam kualifikasi.
Marquez tampil semakin solid dalam balapan sprint, di mana dia sempat bersaing ketat dengan Bagnaia dalam perebutan posisi ketiga. Marquez kemudian melancarkan manuver yang sangat berani di lap keenam, dengan masuk di sisi dalam tikungan untuk mendahului Bagnaia. Manuver yang sangat agresif tetapi bersih itu memaksa Bagnaia melebar sehingga kehilangan posisi ketiga.
Baca juga: Pecco Ungkap Cedera Engkel Kaki Kanan
Bagnaia mengaku lebih senang balapan dengan persaingan agresif seperti itu. Namun, dia merasa keputusan steward tidak konsisten dalam memberikan hukuman dalam manuver seperti itu. Dalam balapan di Jerez, pebalap berjuluk ”Pecco” itu diberi sanksi mundur satu posisi karena mendahului pebalap KTM, Jack Miller, dengan agresif.
”Kami harus terus seperti ini dan tidak seperti dua pekan lalu ketika, untuk manuver mendahului yang sama, saya mendapat penalti. Bagi saya, ini adalah kondisi normal,” ujar Bagnaia.
”Saya hanya mengatakan kepada dia bahwa balapan harus seperti ini. Memiliki pertarungan agresif dan kami harus dibolehkan melakukan itu serta tidak takut dengan penalti,” kata Bagnaia.
Potensi sanksi karena manuver di tikungan yang agresif membuat sejumlah pebalap merasa bimbang untuk melancarkan serangan saat memiliki kesempatan mendahului di ruang sempit. Pecco dan pebalap KTM, Brad Binder, mengakui efek itu dalam balapan.
Baca juga: Marquez: Cara Saya adalah Tancap Gas
”Ketika saya berada di belakang dia (Marquez) saya takut, saya memiliki dua kesempatan di tikungan tujuh dan di sana saya mengatakan kepada diri saya, ’saya masuk atau tidak’,” ungkap Pecco.
Binder mengalami momen keraguan untuk mendahului dalam balapan utama seri Spanyol di Jerez. Dia memiliki peluang mendahului Pecco pada lap terakhir untuk meraih kemenangan. Namun, pebalap asal Afrika Selatan itu berpikir jika dia menyenggol Pecco, maka dirinya akan kena penalti. Dia pun memilih bermain aman dan harus puas dengan posisi kedua di podium.
”Saat ini balapan tidak seperti sebelumya dan kenyataannya adalah Anda mendapat penalti jika Anda melakukan kesalahan atau menabrak pebalap lain, jadi sedikit mengurangi keseruan dari belapan. Namun, saya menduga itu membuat balapan lebih aman,” ungkap Binder.
Kekhawatiran mendapat penalti itu sepertinya tidak ada dalam kamus Marc Marquez. Pebalap tim Repsol Honda itu selalu membalap dengan agresif dan berusaha sekeras mungkin memeras potensi motornya. Bahkan, dengan motor RC213V yang belum solid, dia mampu berada dalam persaingan podium, baik dalam seri pertama di Portimao dan saat dia kembali balapan di Le Mans.
Baca juga: Kemenangan Rins, Perspektif Baru bagi Marquez
Marquez pernah mengakui bahwa dirinya hanya tahu cara menyerang. Itulah mengapa dia tidak akan balapan dengan apa adanya. Dia akan berjuang mengeluarkan seluruh kemampuan dan potensi motor saat ada di lintasan balap. Itulah mengapa dia menegaskan bahwa dirinya kembali di Le Mans untuk tancap gas, bukan bermain aman karena baru pulih dari cedera.
Saya tahu bahwa 90 persen pebalap akan menjalani dengan biasa saja dan setahap demi setahap (setelah kembali dari cedera), tetapi saya tidak seperti itu.
”Saya tahu bahwa 90 persen pebalap akan menjalani dengan biasa saja dan setahap demi setahap (setelah kembali dari cedera), tetapi saya tidak seperti itu. Jika saya kembali, itu karena saya siap untuk balapan, siap untup tancap gas, siap untuk bekerja demi tim dan mengendarai motor pada limit,” tegas Marquez dikutip Crash seusai sesi latihan Jumat di Le Mans.
”Tentu saja saya bisa setengah detik lebih lambat seperti para pebalap Honda lainnya dan berada di luar Q2. Namun, itu bukan cara saya. Cara saya adalah dengan tancap gas,” tegas Marquez.
Marquez kini sudah bisa berkendara seperti sebelum dirinya cedera karena kondisi fisiknya sudah bagus. Dia berpotensi semakin kuat dalam balapan berikutnya di Mugello, 9-11 Juni, karena ada jeda tiga pekan untuk meningkatkan kondisi fisik setelah cedera retak metacarpal pertama ibu jari tangan kanan.
Baca juga: Kemenangan Sprint di MotoGP Le Mans Bangkitkan Optimisme Jorge Martin
Kehadiran Marquez di lintasan balap pun dinilai oleh legenda hidup Giacomo Agostini menghadirkan balapan yang seharusnya, yaitu dengan persaingan ketat dan agresif. Persaingan itu sangat penting untuk membuat balapan MotoGP selalu dinanti.
”Olahraga kita adalah tontonan. Oleh karena itu, kita harus memberi penonton sebuah pertunjukan. Kita perlu dua, tiga, atau empat pebalap untuk menghadirkan tontonan. Menurut saya, Bagnaia, Marc Marquez, (Fabio) Quartararo, dan kemudian (Enea) Bastianini serta beberapa pebalap lain, mereka menjadi protagonis. Dia (Marquez) memberi tontonan. Dia membuat orang menghela napas, menghela napas dalam. Hal paling indah adalah melihat para pebalap bertarung meraih kemenangan. Itu yang berharga dan yang harus Anda berikan kepada penonton,” ungkap Agostini kepada Marca.
Marquez menghadirkan esensi balapan itu di Le Mans, baik dalam balapan sprint maupun balapan utama. Dalam balapan Minggu, Marquez pun bersaing sengit dengan para pebalap lain. Marquez berjuang gigih menahan Miller dalam perebutan posisi terdepan di lap kedua. Dia kemudian menutup setiap celah supaya Bagnaia tidak bisa mendahului. Dalam lap kedelapan, Marquez dipaksa melebar oleh pebalap VR46 Marco Bezzecchi sehingga turun dari posisi kedua ke urutan keempat. Marquez akhirnya terjatuh setelah bertarung sengit dengan pebalap Pramac Racing, Jorge Martin, dalam perebutan posisi kedua di lap ke-26 dari 27 putaran.
Hasil balapan di Le Mans memang tidak menggembirakan bagi Marquez. Namun, dia sangat puas dengan performanya karena bisa memacu motor menggunakan gaya berkendaranya dengan nyaman. Dia sudah sangat lama merindukan rasa itu.
Baca juga: Karier Balap Marquez Terancam Berakhir
”Saya berkendara dengan sangat bagus. Sudah sangat lama saya merasakan seperti ini dengan diri saya, bukan dengan motor. Diri saya, saya berkendara dengan baik. Saya memasuki tikungan dengan sliding, saya mengerem terlambat. Saya bisa kembali bertarung dengan para pebalap lain,” ungkap Marquez.
Marquez pun merasa dirinya lebih senang mengakhiri balapan dengan terjatuh dalam perebutan podium daripada finis di posisi belakang.
”Namun, apa pun hasilnya, saya lebih senang kalah balapan seperti ini dan tidak finis di posisi kesepuluh. Saya menikmati ini, tetapi kami perlu terus bekerja untuk menjadi lebih baik ke depan,” tegas Marquez.