Melestarikan Budaya hingga Terpengaruh Film, Sederet Alasan Wushu Mendunia
Olahraga asal China, wushu telah diakui di panggung kejuaraan internasional. Lebih dari 50 negara mendalami seni bela diri ini dengan berbagai alasan, mulai dari melestarikan budaya hingga terpengaruh tontonan.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS – Setidaknya 60 negara mengikuti Kejuaran Dunia Wushu Yunior 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten, Senin hingga Minggu (5-11/12/2022). Meski wushu berasal dari China, partisipasi dari seluruh benua membuktikan popularitasnya di kancah internasional. Mereka yang terlibat memiliki beragam alasan mendalami wushu, baik taolu maupun sanda.
Kejuaraan Dunia Wushu Yunior 2022 mengumpulkan 807 atlet dari lima benua. Mereka bersaing memperebutkan 71 medali emas, baik nomor taolu (peragaan jurus) dan sanda (pertarungan). Partisipasi ini menunjukkan wushu turut diperhitungkan dalam panggung olahraga dunia.
Mayoritas peserta wushu yunior merupakan keturunan Asia, meski mereka mewakili berbagai negara Barat, seperti Kanada, Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Para atlet ini berupaya untuk melestarikan budaya leluhur wushu yang berakar di negeri tirai bambu.
Perempuan asal Selandia Baru, Jane Wang, tak dapat menutupi kebahagiaan saat anak-anaknya dapat berlaga di Kejuaraan Dunia Wushu Yunior 2022, Sabtu (10/12/2022). Ketiga anaknya, Anna Jialan Zhou (16), Amber Jia Xin Zhou (13), dan Antony Jiaxi Zhou (11) bergabung dalam tim nasional Selandia Baru kategori taolu.
“Saya adalah ibu yang beruntung,” ujar Jane sumringah.
Ia dan suaminya mendorong anak-anaknya mendalami wushu untuk menjaga kesehatannya. Hal utama lainnya, pasangan itu berharap agar Anna, Amber, dan Antony ikut melestarikan budaya tradisional China yang kaya akan sejarah.
Di Selandia Baru, mayoritas pecinta wushu merupakan warga keturunan China. Namun, seiring berjalannya waktu, makin beragam pula warga kebangsaan lain yang menjajal dan mendalami seni bela diri ini.
Selain warga keturunan China, penduduk negara lain turut mendalami wushu. Pelatih tim nasional wushu Iran kategori taolu, Maryam Memari mengatakan, olahraga ini terkenal di negaranya. Semua orang di Iran menyukai seni bela diri wushu, sebab olahraga ini dikagumi karena keindahan gerakan-gerakannya.
Wushu menambah kepercayaan diri sekaligus banyak berpengaruh dalam hidup pemainnya. Mereka sangat kuat dalam banyak hal.
“Wushu menambah kepercayaan diri sekaligus banyak berpengaruh dalam hidup pemainnya. Mereka sangat kuat dalam banyak hal,” ujar Maryam yang telah melatih wushu selama 14 tahun.
Keseriusan Iran terhadap wushu tampak dari prestasi-prestasinya dalam berbagai kejuaraan. Dalam Kejuaraan Dunia Wushu Yunior 2022, Iran berhasil menyandang predikat juara umum. Prestasinya bahkan mengalahkan China, salah satu negara terkompetitif. Iran merebut 23 medali, yakni 13 emas, lima perak, dan lima perunggu.
Serupa dengan Maryam, pelatih wushu kategori taolu India, Pankai Jaswal juga mengakui bahwa wushu begitu masyhur di negaranya. Olahraga ini tak hanya terkenal di masyarakat, tetapi juga kalangan tentara India. Selain menerapkan meditasi, wushu turut mengajarkan strategi pertahanan diri.
Wushu dapat ditemukan di seluruh negara bagian India, walau terbagi antara taolu dan sanda di tempat-tempat tertentu. Pemerintah pun mendukung penuh tim nasional wushu di negaranya.
Wushu di Barat
Wushu di negara-negara Eropa dan Amerika tak sepopuler di Asia. Banyak penduduknya bahkan tak mengetahui seluk-beluk seni bela diri ini.
Pelatih taolu Swiss, Sami Ben Mahmoud menyebut bahwa wushu tak terkenal di negaranya. Olahraga itu kalah tenar dari sepak bola, ski, dan tenis.
“Ketika membahas wushu, orang-orang bertanya, ‘Apakah ini sesuatu yang dapat dimakan seperti sushi?’. Jika saya bercerita tentang kungfu, mereka mengasosiasikannya dengan aktor, Bruce Lee. Namun, mereka tak mengetahui secara spesifik tentang taolu dan sanda,” tutur Sami yang juga atlet wushu Swiss.
Ia menyimpulkan, memang butuh lebih banyak usaha dan waktu untuk memperkenalkan wushu pada masyarakat Swiss. Namun, negara-negara Barat yang telah memperhatikan wushu dilatarbelakangi setidaknya dua alasan.
Pertama, banyak penduduk negara Barat yang menonton film seni bela diri, seperti kungfu dan wushu. Alhasil, mereka tertarik untuk mendalami olahraga ini. Kedua, mereka yang mendalami wushu biasanya berlatih pertahanan diri guna meningkatkan kepercayaan diri.
Sebelum mengenal wushu, Sami telah mencoba bermain basket dan tari jalanan (breakdance). Namun, ia mengenal seni bela diri saat menonton film dan serial, seperti Dragon Ball. Berawal dari sana, ia terdorong mendalami wushu karena menyukai gerakan-gerakannya.
Sebagai atlet, Sami telah mengikuti enam hingga tujuh kejuaraan, sehingga ia makin termotivasi untuk mengembangkan cabang olahraga ini di Swiss. Hal itu dibuktikan dengan mendirikan akademi bela diri "WU" bagi anak-anak.
Dibanding Asia, wushu di Swiss mendapat prioritas yang berbeda. Selain mendapat dukungan penuh, anak-anak Asia dapat sekolah sekaligus fokus berlatih. Negara-negara Barat lebih memprioritaskan pendidikan dan pekerjaan untuk memastikan tiap warganya mampu menghasilkan uang untuk kehidupan yang layak.
Hal senada dikatakan atlet taolu Meksiko, Enrique Teyechea (18). Ia terkejut ketika banyak orang di Indonesia mengetahui wushu. Sebaliknya, hanya orang-orang di negaranya yang menerapkan seni bela diri mengenal olahraga itu. Ketenarannya masih kalah dengan sepak bola dan basket di Meksiko.
Atlet sanda, Vincenzo Rivela (17) mewakili Italia merasakan hal serupa. Wushu memang tak tersohor di negaranya, tetapi ia dan teman-temannya berupaya untuk memperkenalkan seni bela diri itu ke lebih banyak orang.
“Sanda dapat membentuk seseorang jadi lebih baik, secara fisik maupun mentalitas, termasuk pikiran,” ujar Vincenzo.