Tampil Percaya Diri, Kiemas Tundukkan Atlet Wushu Malaysia dalam Semenit
Kiemas Sakti Negara (12) menang "win by point gap" atas atlet Malaysia, Kai Hao Foo (14) saat ronde pertama baru berjalan 68 detik dari 90 detik yang disiapkan.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS – Atlet wushu Indonesia, Kiemas Sakti Negara (12) berhasil melaju ke semifinal kategori sanda Kejuaraan Dunia Wushu Yunior 2022 di Tangerang, Banten, Rabu (7/12/2022). Tampil pada kelas prayunior 45 kilogram, Kiemas dinyatakan win by point gap atau menang dengan selisih poin jauh atas atlet Malaysia, Kai Hao Foo (14). Wasit memutuskan menghentikan pertandingan saat ronde pertama baru berjalan 68 detik dari 90 detik yang disiapkan karena Kiemas terlalu dominan dengan selisih di atas 12 poin.
Kemenangan tersebut tidak terlepas dari kepercayaan diri atlet termuda di tim Indonesia ini. Rasa percaya diri telah ditunjukkan Kiemas sejak sesi pemanasan. Meskipun terlihat fokus, tidak terlihat raut wajah tegang dari remaja belia asal Salatiga ini saat menghadapi pertandingan internasional pertamanya.
Saat pertandingan dimulai, Kiemas yang menempati sudut merah langsung menyerang dengan teknik low kick (teknik tendangan menyasar pinggang ke bawah). Setelah itu, saat pertandingan berjalan 10 detik Kiemas berhasil melakukan bantingan.
“Terlihat sejak awal, kuda-kudanya (Kai) kurang kuat, kemudian saya menyerang belakang lututnya dengan low kick. Setelah itu dia terlihatseperti melemah,” kata Kiemas seusai pertandingan.
Kiemas semakin nyaman bermain, menari-nari lincah di atas arena sembari menyerang dengan memadukan low kick dengan pukulan jab dan hook kepada Kai. Di sisi lain, meskipun kerap bergerak mendekati Kiemas, Kai tidak sekalipun melakukan serangan.
Kiemas seakan tidak ingin memberikan celah kepada lawan dengan mengandalkan kecepatan dan kelincahannya. Memasuki detik ke-38, Kiemas kembali melakukan bantingan, tetapi dengan teknik berbeda. Dia mengangkat badan Kai, kemudian dijatuhkan sambil membelakangi lawan. Sontak, pertunjukan tersebut langsung disambut riuh gemuruh dan tepuk tangan penonton.
Setelah dibanting, atlet Malaysia tersebut harus tertunduk lesu dan langsung mendapat perhatian dari wasit. Sempat diberi aba-aba tanda berhenti atau lanjut, Kai memilih melanjutkan pertarungan. Setelah itu, Kiemas kembali melakukan serangan-serangan dengan tendangan dan pukulan. Sempat kembali melakukan bantingan, tetapi justru menyebabkan Kiemas yang harus terlebih dulu menyentuh lantai.
Dengan tendangan-tendangan di atas dan bawah badan yang terus dilakukan, Kiemas kembali mendapatkan momentum melakukan bantingan. “Teknik low kick ini memang cukup efektif melemahkan lawan, sehingga mudah untuk melakukan bantingan,” ujar Kiemas.
Terlihat sejak awal, kuda-kudanya (Kai) kurang kuat, kemudian saya menyerang belakang lututnya dengan low kick.
Benar saja, saat bantingan keempatnya yang dilakukan pada detik ke-68, yang sebelumnya diawali dengan tendangan yang mengenai dada, membuat Kai kembali jatuh tersungkur. “Saya sudah melakukan yang terbaik, tapi kualitas dia (Kiemas) terlalu jauh,” kata Kai.
Bantungan Kiemas yang terakhir sekaligus, membuat juri menginstruksikan wasit untuk menyudahi pertarungan akibat poin yang sudah terlampau jauh. Pada akhirnya, perbedaan kualitas keduanya menjadi pembeda. Terhitung, atlet Malaysia tak mampu sekalipun melakukan serangan.
Hasil akhir ini membawa Kiemas lolos dan akan menghadapi atlet Vietnam, Nguyen Dang Khoa. Sebelumnya, Dang Khoa berhasil menghentikan perlawanan wakil Aljazair, Radouane Abderrahim.
Sementara itu, pelatih sanda Indonesia, Herman Syah Monginsidi mengatakan, kemenangan Kiemas sudah diprediksi sebelumnya. Meskipun dengan usia paling belia di antara atlet sanda Indonesia lainnya, tetapi mental dan teknik Kiemas menjadi yang terbaik.
“Setelah ini dia akan menghadapi atlet Vietnam yang memiliki power, sementara Kiemas memiliki kecepatan. Jadi, kita akan manfaatkan kecepatan Kiemas agar bisa kembali menang,” ujar Herman.
Adapun, nasib baik Kiemas belum menghampiri dua atlet wushu sanda Indonesia lainnya yang tampil pada hari yang sama, Shaddam Achmad Assegaf dan Ragesta Ganang Pangestu. Shaddam dan Ragesta justru harus takluk karena masing-masing lawan mereka dinyatakan win by point gap.
Shaddam yang tampil di kelas prayunior 48 kilogram, takluk dari atlet Iran, Hosein Valizadeh. Shaddam takluk saat ronde pertama menyisahkan delapan detik lagi, setelah sempat beberapa kali dibanting oleh Valizadeh. Sementara itu, Ragesta yang tampil di kelas yunior 60 kilogram, dinyatakan kalah saat ronde kedua berjalan 35 detik dari atlet Tunisia, Saifeddine Abdelajabbar.
“Ini menjadi evaluasi bagi tim kita. Ketika menghadapi negara kuat seperti Iran, mental anak-anak selalu drop duluan. Akhirnya ketika bertanding mereka tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Evaluasi bagi anak-anak, selain meningkatkan teknik, juga harus meningkatkan mental,” kata Herman.