Inggris boleh merasa mengenal sepak bola lebih lama, tetapi AS dengan potensi skuad mudanya siap memberikan kejutan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
AL KHOR, KAMIS – Inggris melabeli diri sebagai penemu sepak bola. Pendukung mereka mengamini dengan jargon ”Football’s Coming Home”. Beda dengan AS yang seolah tidak ditakdirkan memainkan olahraga dengan kaki. Mereka bahkan memakai padanan kata football untuk olahraga sejenis rugbi.
Popularitas sepak bola tidak tertandingi di Inggris, sudah seperti sebuah aliran kepercayaan. Tidak seperti AS yang lebih suka permainan bola basket dan bisbol. Di Stadion Al Bayt, Al Khor, Sabtu (25/11/2022) dini hari WIB, dua negara berbeda tradisi itu akan bersinggungan dalam laga kedua Grup B.
AS memang tertinggal dalam urusan sepak bola, tetapi mereka terus mengejar. Tim berjuluk ”Bintang dan Garis” itu lolos 8 kali dari 9 edisi Piala Dunia terakhir (1990-2022). Padahal, sebelumnya mereka gagal mengikuti 9 edisi beruntun sebelum 1990.
Mantan pemain tim AS era 1990-an, Eric Wynalda, mengaku, sempat cemburu dengan para pemain Inggris. ”Pemain Inggris kaya. Mereka punya liga yang besar dan pendukung yang luar biasa. Kami ingin menjadi mereka karena itu laga selalu menjadi urusan personal,” ujarnya seperti dikutip The Guardian.
Nasib berbeda terlihat dalam skuad muda tim AS di Qatar. Mereka memiliki pemain muda yang bersinar di kompetisi Eropa seperti penyerang Timothy Weah (22/Lille) dan gelandang Tyler Adams (23/Leeds). Pelatih Leeds asal AS, Jesse Marsch, sampai berani bermimpi skuad itu akan menjuarai Piala Dunia 2026.
Tim AS saat ini sangat serius dalam sepak bola. Jelang lawan Inggris, Pelatih Gregg Berhalter sampai menunda perayaan Thanksgiving yang jatuh pada Kamis ini. Thanksgiving sudah menjadi tradisi penting untuk dirayakan setiap tahun.
”Setiap Thanksgiving, setidaknya 30-40 orang teman dan keluarga berkumpul di rumah orangtua saya. Ya, kami akan merindukan itu. Kali ini akan berbeda karena ayah dan ibu saya di sini (untuk mendukung),” kata kiper AS Matt Turner.
Menurut The Athletic, Berhalter tidak ingin konsentrasi para pemainnya terganggu akibat perayaan. Makan malam bersama baru akan digelar pada Sabtu malam, sehari setelah menghadapi Inggris. Perayaan tertunda yang akan diikuti sekitar 200 orang itu juga diharapkan bisa menjadi motivasi lebih para pemain.
Beda kelas
Di sisi lain, Inggris akan kembali menegaskan perbedaan kelas dengan AS. Mereka mencatat 8 kali menang dalam 11 pertemuan terakhir. Adapun kekalahan terakhir Inggris dari AS 0-2 terjadi pada Juni 1993. Mereka berhasil menang 4 kali dan imbang 1 kali setelah itu.
Kepercayaan diri pasukan ”Tiga Singa” bagai menembus atmosfer. Mereka masuk kandidat terkuat juara setelah menang telak atas Iran 6-2 dalam laga pembuka. Tim asuhan Pelatih Gareth Southgate itu hanya membutuhkan satu kemenangan lagi untuk lolos ke 16 besar.
Harry baik-baik saja. Dia berlatih terpisah, tetapi tidak ada masalah untuk tampil Sabtu nanti. Dia sudah menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Southgate bisa bernapas lega. Penyerang sekaligus kapten tim, Harry Kane, bisa bermain di laga kedua setelah sempat bermasalah dengan engkelnya. ”Harry baik-baik saja. Dia berlatih terpisah, tetapi tidak ada masalah untuk tampil Sabtu nanti. Dia sudah menjalani pemeriksaan lebih lanjut,” ujar sang pelatih.
Kane, peraih Sepatu Emas Piala Dunia Rusia 2018, memang belum mencetak gol. Dia baru menyumbang satu asis. Namun, perannya begitu krusial dalam sistem 4-2-3-1 ala Southgate. Pemain Tottenham Hotspur itu berperan sebagai ujung tombak sekaligus pengatur serangan yang sering menarik diri hingga ke tengah lapangan.
Penyerang sayap Raheem Sterling dan Bukayo Saka, serta gelandang Jude Bellingham akan naik memanfaatkan lubang yang tercipta di pertahanan lawan. Serangan Inggris pun begitu sulit diprediksi. Tanpa Kane, Inggris akan seperti bumi yang kehilangan gravitasi. Pola serangan mereka bisa berantakan.
”Dia adalah pemain yang punya kemampuan fisik untuk menahan bola dan menciptakan peluang. Jadi, Anda harus selalu berada di sekitarnya karena dia punya mata yang bagus untuk mengumpan,” kata Sterling, yang mencetak satu gol berkat asis Kane saat lawan Iran.
Sementara itu, pertahanan AS yang dipimpin bek asal Fulham, Tim Ream, tampak kurang mampu mengatasi pemain dengan tipe target man seperti Kane. Mereka kewalahan melawan Wales setelah penyerang setinggi 1,96 meter, Kieffer Moore, masuk dari bangku cadangan. AS yang unggul 1-0 pada turun minum, dipaksa berbagi poin.
Bola mati juga bisa menjadi penentu kemenangan Inggris. Mereka selalu terlihat berbahaya ketika dalam skema tendangan bebas ataupun tendangan sudut. Inggris sempat mendapat dua peluang emas dari skema tendangan sudut ketika bertemu Iran. Salah satunya berbuah gol dari Saka.
Pemain spesialis bola mati, Kieran Trippier, bisa menjadi pengubah permainan. Adapun menurut Opta, Inggris mencetak gol terbanyak dari bola mati (13 gol) pada kualifikasi Piala Dunia zona Eropa. Mereka juga mencatatkan 75 persen gol (9 dari 12) lewat bola mati di Piala Dunia Rusia.
Ancaman sayap
Dengan rerata skuad termuda kedua, 25,2 tahun, AS bisa menghukum Inggris lewat serangan sayap. Tim asuhan Berhalter menyerang dengan memanfaatkan kelebihan pemain di sisi sayap. Setidaknya tiga pemain akan berada di salah satu sisi ketika menyerang.
AS menggunakan formasi 4-3-3. Ketika serangan di sisi kiri, bek sayap (Antonee Robinson), gelandang kiri (Yunus Musah), dan penyerang sayap (Christian Pulisic) akan saling membantu. Pendekatan sama dilakukan ketika serangan dari sisi kanan. Hanya gelandang jangkar, Adams, yang fokus menjaga di tengah.
Kata Turner, mereka bisa melukai Inggris asalkan bisa lebih baik memanfaatkan peluang. ”Kami melewatkan beberapa kesempatan transisi lawan Wales pada babak kedua. Kami seharusnya bisa lebih efektif di sepertiga akhir untuk mencetak lebih banyak gol,” pungkasnya.
Tiga Singa patut waspada dengan ancaman serangan balik lawan. Bek sayap mereka, Trippier dan Shaw, sering sekali membantu serangan terlalu jauh. Jika tidak sigap dalam transisi pertahanan, mereka akan dihukum oleh sayap-sayap AS.
Skuad AS memang potensial. Namun, skuad muda itu masih minim pengalaman. Mereka juga dipimpin pelatih debutan di Piala Dunia. Pengalaman tersebut yang bisa menjadi pembeda besar ketika bertemu Inggris nanti. (AP/REUTERS)