Setelah tumpul di enam laga awal musim ini, Son Heung-min kembali dengan ketajamannya dengan penuh kelas. Ia mencetak ”hattrick” ke gawang Leicester City guna membantu Spurs belum terkalahkan dan bersaing di papan atas.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, MINGGU — Son Heung-min, penyerang sayap Tottenham Hotspur, membuktikan ungkapan, ”performa sementara, kualitas permanen”, di awal musim ini. Setelah menjadi top scorer Liga Inggris 2021-2022 dengan 23 gol, Son gagal mencetak gol di enam laga awal musim ini, tetapi ia langsung menjawab kritik yang menghunjamnya dengan hattrick ke gawang Leicester City, Minggu (18/9/2022) dini hari WIB, di Stadion Tottenham Hotspur, untuk membantu Spurs menang telak 6-2.
Performa buruk Son di awal musim ini membuat Manajer Spurs Antonio Conte menempatkannya di bangku cadangan untuk pertama kali di laga melawan Leicester. Conte secara umum tidak kecewa dengan penampilan Son yang selalu berkerja keras dan menjadi bagian utama dalam permainan lini serang Spurs, tetapi manajer asal Italia itu berusaha keras untuk mengembalikan kepercayaan diri Son.
Son pun dimasukkan Conte ketika laga memasuki menit ke-59. Ia menggantikan Richarlison. Kehadiran kapten tim nasional Korea Selatan diharapkan bisa menambah daya gedor Spurs yang masih unggul tipis 3-2.
Harapan itu dibayar tuntas oleh pemain berusia 30 tahun itu. Ia mencetak tiga gol hanya dalam kurun 13 menit.
Gol pertama Son dicetak melalui tembakan dari luar kotak penalti di menit ke-73. Ia mencatatkan nama di papan skor melalui tembakan pertamanya di laga itu. Sebelumnya, Son melakukan 17 tembakan dalam enam laga Liga Inggris yang tidak berbuah satu pun gol.
Son pun terlihat amat emosional ketika bisa mengakhiri paceklik golnya. Tak ada senyum, ia hanya menatap dingin tribune penonton yang bergemuruh untuk merayakan gol keempat yang dicetak Spurs ke gawang Leicester.
Semua pemain Spurs pun langsung menghampiri dan memeluk Son. Ivan Perisic, yang sudah diganti Conte di menit ke-55, juga langsung berlari meninggalkan bangku cadangan untuk memeluk dan menyemangati Son.
Lalu, Son mencetak gol kedua melalui tembakan keduanya di laga itu melalui sepakan kaki kiri di menit ke-84. Son pun menyempurnakan performanya melalui tembakan dari dalam kotak penalti di menit ke-86.
Gol ketiga Son itu sempat dianulir karena asisten wasit telah mengangkat bendera yang menilai Son berada dalam posisi offside. Wasit Simon Hooper perlu berkonsultasi dengan asisten wasit peninjau video (VAR) sebelum mengesahkan gol itu.
Son ternyata berada dalam posisi onside karena berdiri sejajar dengan bek Leicester, Johnny Evans, sebelum menerima operan dari Pierre-Emile Hojbjerg.
Setelah mencetak gol ketiga itu, senyum baru kembali merekah di wajah Son. Gol ketiga yang berasal dari tembakan keempatnya di laga itu seakan melepas beban dan menjawab seluruh kritik yang menghampiri pemain bernomor punggung tujuh itu.
Son mengakui, dirinya menjalani awal musim yang sulit karena menghasilkan 17 tembakan yang tidak berbuah gol. Menurut dia, itu adalah momen gila di sepak bola yang kerap terjadi dan hanya gol yang bisa mengakhiri kesulitan itu.
”Saya masih tidak percaya akhirnya bisa mencetak gol. Semua perasaan frustrasi, kecewa, dan negatif telah pergi. Gol ini mengubah segalanya,” kata Son dilansir BBC.
Perasaan terberat dari performa saya adalah saya merasa telah mengecewakan rekan setim, fans, dan pelatih. Namun, saya telah belajar banyak dari periode sulit dan akan terus bekerja keras untuk mendapatkan peluang lebih baik.
Ia menambahkan, ”Perasaan terberat dari performa saya adalah saya merasa telah mengecewakan rekan setim, fans, dan pelatih. Namun, saya telah belajar banyak dari periode sulit dan akan terus bekerja keras untuk mendapatkan peluang lebih baik.”
Son telah mencetak 96 gol di Liga Inggris dan menghasilkan tiga hattrick. Kini, ia hanya kalah dari catatan gol tandemnya, Harry Kane, yang telah menghasilkan enam gol di Liga Inggris musim ini.
Conte pun sangat senang dengan penampilan Son. Rotasi yang dilakukan kepada Son, kata Conte, akan dirasakan oleh semua pemain karena Spurs akan menjalani musim yang panjang dan perlu penampilan prima pemain di setiap laga.
”Mungkin kami bisa mengulangi eksperimen (mencadangkan Son) ini jika itu membantunya mencetak gol,” kata Conte berkelakar terkait peran krusial yang diberikan Son dari bangku cadangan.
Jamie Redknapp, eks gelandang Spurs, menilai Conte telah melakukan keputusan yang tepat untuk merotasi Son. Di sisi lain, Redknapp juga memuji respons yang ditampilkan Son meski sempat kemarau gol yang menyebabkan dirinya kehilangan posisi pemain inti.
”Anda tidak bisa ngambek jika kesempatan bermain tidak sesuai harapan. Seorang pemain yang merajuk bisa memengaruhi kondisi klub. Son telah menunjukkan dirinya bukan pemain yang mudah menyerah sehingga ia bisa menampilkan respons yang sempurna,” tutur Redknapp kepada Sky Sports.
Permulaan terbaik
Kemenangan atas Leicester membantu Spurs menghasilkan permulaan musim terbaik dalam sejarah mereka tampil di Liga Inggris. Koleksi 17 poin dari tujuh laga serupa dengan raihan di musim 2016-2017 ketika Spurs finis di posisi kedua.
Tim berjuluk ”Si Lili Putih” itu menyamai perolehan poin Manchester City yang memuncaki klasemen sementara. Spurs berada di posisi kedua karena kalah selisih gol. Meski begitu, posisi kedua tim itu bisa menurun apabila Arsenal bisa mengalahkan Brentford, Minggu malam WIB.
Meski belum terkalahkan di musim ini, Conte belum sepenuhnya puas dengan performa anak asuhannya itu. Dikejutkan dua gol Leicester di babak pertama berkat eksekusi penalti Youri Tielemans dan sepakan voli James Maddison, ujar Conte, membuat pemainnya sempat kehilangan kepercayaan diri.
Conte senang dengan performa membaik skuadnya di babak kedua. Tidak hanya bisa mencetak empat gol, Spurs bisa mencegah Leicester menambah gol.
”Kami harus bermain lebih baik di setiap pertandingan dibandingkan musim lalu. Level kompetisi sangat sulit sehingga kami harus bertarung untuk menampilkan permainan terbaik dengan hati dan pikiran serta harus memiliki ambisi untuk selalu kompetitif,” ujar Conte.
Sementara itu, Brendan Rodgers siap bertanggung jawab atas performa buruk Leicester yang meraih enam kekalahan beruntun di musim ini. ”Si Rubah” juga mencatatkan rekor kebobolan terburuk dalam sejarah Liga Inggris setelah menjalani tujuh laga awal. Mereka telah kemasukan 22 gol.