Tunggal putri senior, Ons Jabeur dan Caroline Garcia, unjuk gigi pada Grand Slam Amerika Serikat Terbuka. Mereka, bahkan, berpeluang meraih gelar pertama Grand Slam dalam usia 28 tahun.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
NEW YORK, SELASA-Panggung persaingan tunggal putri Grand Slam Amerika Serikat Terbuka menjadi momentum petenis senior untuk mendapat yang belum pernah dicapai. Mereka, bahkan, berkesempatan menjuarai Grand Slam untuk pertama kalinya.
Dua di antara mereka akan berhadapan pada semifinal, yaitu petenis berusia 28 tahun yang telah bersaing sejak masa yunior, Caroline Garcia dan Ons Jabeur. Jabeur menjadi tunggal putri pertama yang mendapat tempat di semifinal setelah mengalahkan Ajla Tomljanovic 6-4, 7-6 (4) pada perempat final di Flushing Meadows, New York, Selasa (6/9/2022) siang waktu setempat atau Rabu dini hari waktu Indonesia.
Beberapa jam setelah itu, Garcia memastikan diri menjadi lawan Jabeur pada semifinal, usai mengalahkan bintang tuan rumah, Cori “Coco” Gauff, 6-3, 6-4. Bagi Garcia, semifinal yang akan berlangsung Kamis menjadi yang pertama di ajang Grand Slam. Petenis Perancis itu bersabar menantinya sejak menjalani debut pada babak kualifikasi Perancis Terbuka 2010.
“Sulit menggambarkan perasaan saya saat ini. Yang pasti, saya memang harus bermain agresif pada pertandingan tadi dengan memukul secepat mungkin. Pada masa persiapan, saya pun melatih pergerakan agar bisa lebih cepat,” tutur Garcia yang pernah menjuarai Grand Slam dalam nomor ganda putri, tetapi baru kali ini melewati perempat final pada tunggal.
Gelar juara ganda putri itu didapat dari Perancis Terbuka 2016 dan 2022 saat berpasangan dengan sesama petenis Perancis, Kristina Mladenovic. Mereka, juga, tampil bersama di AS Terbuka dan akan bersaing pada perempat final, Rabu waktu setempat.
“Bermain pada dua nomor membuat saya harus bertanding setiap hari. Itu menyadarkan saya bahwa saya harus tetap kompetitif,” kata petenis yang pernah menempati peringkat keempat dunia pada September 2018 itu.
Kemenangan atas Jabeur akan membawa Garcia pada final Grand Slam untuk melawan salah satu dari empat petenis dari paruh atas undian, yaitu Iga Swiatek yang akan berhadapan dengan Jessica Pegula atau Karolina Pliskova yang akan melawan Aryna Sabalenka. Perempat final mereka akan berlangsung Rabu tengah malam hingga Kamis pagi waktu Indonesia.
Di antara tunggal putri tersisa, hanya Swiatek yang pernah menjuarai Grand Slam. Juara Perancis Terbuka 2020 dan 2022 berusia 21 tahun itu menjadi perempat finalis termuda kedua di AS Terbuka tahun ini, setelah Coco (19 tahun).
Namun, Garcia harus melewati dulu Jabeur yang selalu mengalahkannya pada dua pertemuan. Keduanya berlangsung di ajang Grand Slam, yaitu babak pertama AS Terbuka 2019 dan babak kedua Australia Terbuka 2020.
Jabeur, juga, berada pada performa terbaik pada tahun ini dengan mencapai final Wimbledon, sebelum dikalahkan Elena Rybakina. Di Flushing Meadows, Jabeur menjadi petenis putri Afrika pertama yang mencapai semifinal pada era Terbuka yang berlangsung sejak 1968.
Saya hanya menjalankan tugas. Semoga ini menginspiriasi lebih banyak orang dan generasi di Afrika. Ini sangat berarti bagi saya. Final Wimbledon, juga, memberi kepercayaan diri bahwa saya bisa menjuarai Grand Slam.
“Saya hanya menjalankan tugas. Semoga ini menginspiriasi lebih banyak orang dan generasi di Afrika. Ini sangat berarti bagi saya. Final Wimbledon, juga, memberi kepercayaan diri bahwa saya bisa menjuarai Grand Slam,” kata Jabeur, asal Tunisia. Performa terbaik itu telah membawa Jabeur pada posisi terbaiknya dalam peringkat dunia, yaitu urutan kedua pada akhir Juni.
Peringkat 10 besar
Sementara, meski tersingkir pada perempat final, Coco akan berada pada ranking sepuluh besar dunia untuk pertama kalinya. Dia akan menjadi petenis termuda pada posisi itu sejak Nicole Vaidisova melakukannya pada usia 17 tahun, 16 tahun lalu.
Berdasarkan laman resmi WTA, Coco pun akan menjadi petenis AS Terbuka yang menjalani debut dalam sepuluh besar sejak Serena Williams. Dalam usia 17 tahun, Serena, yang pensiun pekan lalu, mencapai peringkat sepuluh besar pada 5 April 1999. Coco, yang saat ini memiliki ranking ke-12, pernah berada pada posisi ke-11 sebagai prestasi tertingginya.
Namun, dalam persaingan pada panggung besar, dia masih memiliki banyak kekurangan yang harus dibenahi. Saat melawan Garcia, dia lemah dalam posisi mengembalikan servis. Dalam posisi ini, Coco hanya meraih 27 poin dari 71 kesempatan (38 persen). Dia, juga, lebih banyak membuat unforced error (24) dibandingkan winner (18).
Pada tunggal putra, petenis Norwegia, Casper Ruud, menjadi yang pertama mendapat tiket semifinal. Petenis berusia 23 tahun itu mengalahkan Matteo Berrettini 6-1, 6-4, 7-6 (4). Lawannya pada semifinal adalah pemenang laga Nick Kyrgios melawan Karen Khachanov.
Ini menjadi semifinal kedua Ruud di ajang Grand Slam setelah mencapai semifinal Perancis Terbuka. Bersama Carlos Alcaraz dan Rafael Nadal, Ruud, bahkan, memiliki peluang menjadi petenis nomor satu dunia seusai AS Terbuka.
Ruud bisa naik dari posisi keenam jika lolos ke final, dengan syarat Alcaraz mendapat hasil lebih buruk darinya. Jika keduanya lolos ke final, laga puncak pun akan menjadi perebutan gelar Grand Slam pertama sekaligus status petenis nomor satu dunia. Akan tetapi, jika mereka gagal ke final, posisi teratas akan ditempati Nadal yang kalah dari Frances Tiafoe pada babak keempat. (AFP/AP)